163 Namun, variabel ini tidak signifikan karena p-value lebih besar pada taraf nyata
10 persen. Dengan demikian, dapat diartikan bahwa nilai plafon kredit berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap lancarnya pengembalian KUR.
Variabel nilai plafon kredit memiliki nilai odds ratio sebesar 1,00, artinya bahwa setiap kenaikan nilai plafon kredit satu rupiah akan menyebabkan penurunan
peluang lancarnya pengembalian kredit KUR sebesar satu kali dari sebelum penambahan nilai plafon kredit. Hal ini sesuai dengan analisis deskriptif
sebelumnya, bahwa responden dengan nilai plafon kredit di atas dua juta rupiah memiliki peluang yang besar untuk menunggak pengembalian kredit KUR.
7.2.14 Kewajiban Per Bulan
Kewajiban per bulan diduga berpengaruh negatif terhadap kelancaran pengembalian kredit, karena semakin besar kewajiban per bulannya maka
semakin sulit bagi debitur untuk membayar kewajiban tersebut. Namun, hasil analisis Analisis regresi logistik menghasilkan koefisien variabel kewajiban per
bulan yang bernilai positif. Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis penelitian ini, dimana
kewajiban per bulan
berpengaruh negatif terhadap kelancaran pengembalian KUR. Namun, variabel ini tidak signifikan karena p-value lebih
besar pada taraf nyata 10 persen. Artinya, bahwa omzet usaha per bulan berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap lancarnya pengembalian
KUR. Hal ini mengindikasikan bahwa, semakin besar besar kewajiban per bulan maka akan semakin besar peluang mengembalikan pengembalian dengan lancar
dan cepat dalam pelunasannya. Berdasarkan Tabel 43, variabel kewajiban per bulan memiliki nilai odds
ratio sebesar 1,00 dapat diartikan bahwa setiap kenaikan kewajiban per bulan satu rupiah akan menyebabkan kenaikan peluang lancarnya pengembalian kredit KUR
sebesar 1,00 kali dari sebelum penambahan kewajiban per bulan. Hal ini sesuai dengan hasil perhitungan proporsi responden debitur lancar dan menunggak,
dimana responden dengan kewajiban per bulan lebih dari satu juta rupiah berpeluang dalam kelancaran pengembalian KUR.
164 Kesimpulan
dari analisis tersebut bahwa
debitur yang dapat
mengembalikan kredit KUR dengan lancar adalah debitur yang memiliki kewajiban per bulan yang lebih besar di atas satu juta rupiah, sedangkan debitur
yang memiliki kewajiban per bulan yang lebih rendah di bawah satu juta rupiah memiliki peluang untuk menunggak dalam pengembalian KUR.
7.2.15 Jangka Waktu Pengembalian
Jangka waktu pengembalian kredit merupakan waktu jatuh tempo seorang debitur dalam membayar seluruh nilai pinjaman yang diberikan termasuk di
dalamnya pembayaran pokok pinjaman berserta bunga pinjaman. Jangka waktu pengembalian diduga berpengaruh positif terhadap kelancaran pengembalian
kredit KUR. Koefisien variabel jangka waktu pengembalian kredit yang bernilai positif. Hal ini sesuai dengan hipotesis penelitian ini, dimana jangka waktu
pengembalian kredit berpengaruh positif terhadap kelancaran pengembalian KUR. Namun, variabel ini tidak signifikan karena p-value lebih besar pada taraf nyata
10 persen. Dapat diartikan bahwa omzet usaha per bulan berpengaruh positif namun tidak signifikan. Variabel jangka waktu pengembalian kredit memiliki
nilai odds ratio sebesar 7,81, artinya bahwa setiap bertambahnya jangka waktu pengembalian kredit satu bulan akan menyebabkan lancarnya pengembalian kredit
KUR sebesar 7,81 kali dari sebelum penambahan jangka waktu pengembalian.
7.3 Hubungan antara Realisasi dan Pengembalian KUR