Metode Pengumpulan Data Definisi Operasional

59 yang dapat mengembalikan pinjamannya sesuai dengan tanggal jatuh tempo pinjaman atau bayar lewat dari tanggal jatuh tempo pinjaman tetapi masih dalam bulan wajib bayar. Sedangkan nasabah dengan pinjaman tidak lancar menunggak adalah nasabah yang tergolong ke dalam kolektibilitas pinjaman Dalam Perhatian Khusus DPK, Kurang Lancar KL, Diragukan D, dan Macet M, hal ini berdasarkan ketetapan Bank Indonesia. BRI menetapkan bahwa nasabah dengan pinjaman tidak lancar menunggak adalah nasabah KUR yang mengembalikan pinjaman lewat dari bulan wajib bayar tergolong nasabah DPK sampai umur tunggakan lebih dari enam bulan tergolong nasabah macet.

4.3 Metode Pengumpulan Data

Nazir M 2009 mendefinisikan pengumpulan data sebagai prosedur yang sistematis dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan yang berhubungan dengan penelitian. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer berupa informasi yang diperoleh melalui kegiatan wawancara dengan panduan kuesioner dengan responden debitur KUR dan pihak manajemen BRI Unit Cibinong, Cabang Bogor, Jawa Barat yang terkait langsung dan mengetahui secara benar mengenai mekanisme dan tata cara pemberian kredit kepada nasabah, mulai dari awal pengajuan pinjaman sampai dengan perealisasian pinjaman serta tata cara pembayaran kredit. Data sekunder berupa data-data internal dan data eksternal BRI. Data internal tersebut dapat berupa laporan bulanan BRI Unit Cibinong, Bogor - Jawa Barat, laporan keragaan BRI Unit Cibinong dan dokumen permohonan kredit seluruh debitur KUR. Pengumpulan data sekunder dapat dilakukan dengan mengidentifikasi data-data terkait dengan penelitian yang berasal dari dokumen perusahaan, instansi terkait seperti Kementrian Negara Koperasi dan UKM Republik Indonesia, Laporan Publikasi Bank Indonesia, Badan Pusat Statistik, perpustakan, majalah, jurnal-jurnal perbankan, jurnal-jurnal penelitian, skripsi, tesis, penelusuran internet, dan sumber lain yang relevan dengan penelitian ini. 60

4.4 Metode Analisis Data

Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan perangkat digital komputer dengan aplikasi program Microsoft Office Excel 2007 dan Minitab 14 for windows. Nazir M 2009 mendefinisikan analisis data merupakan bagian yang sangat penting dalam metode ilmiah, karena dengan analisis, data tersebut dapat diberi arti dan makna yang berguna dalam memecahkan masalah penelitian. Analisis data yang dilakukan adalah analisis kualitatif dan analisis kuantitatif.

4.4.1 Analisis Kualitatif

Analisis kualitatif merupakan suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuannya adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Dengan analisis kualitatif dapat juga diselidiki kedudukan atau status fenomena atau faktor dan melihat hubungan antara satu faktor dengan faktor yang lain. Analisis kualitatif dapat digunakan untuk menjelaskan gambaran umum BRI Unit Cibinong, Cabang Bogor, Jawa Barat, syarat-syarat penyaluran kredit serta prosedur untuk memperoleh kredit, dan mekanisme penyaluran kredit, serta analisis karakteristik debitur KUR berdasarkan prinsip lima C yaitu : Character, Capacity, Capital, Collateral, Condition of Economy. Selain itu, analisis kualitatif digunakan sebagai deskripsi dari karakteristik pelaku Usaha Mikro sebagai debitur KUR yang didukung penyajian data dalam bentuk tabulasi sehingga dapat diketahui karakteristik masyarakat yang menerima KUR, serta dapat mengetahui perbedaan karakteristik antara debitur yang lancar dengan debitur yang tidak lancar menunggak dalam pengembalian kreditnya.

4.4.2 Analisis Kuantitatif

Model analisis kuantitatif yang digunakan adalah analisis terhadap faktor- faktor yang berpengaruh pada realisasi KUR dengan menggunakan model analisis Regresi Linier Berganda, sehingga dapat diketahui variabel-variabel independent yang berpengaruh secara nyata atau tidak terhadap tingkat realisasi kredit sebagai 61 variabel dependent. Variabel-variabel independent dari model tersebut terdiri dari variabel usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, jenis pekerjaan, waktu tempuh dari tempat tinggal ke BRI, jenis usaha, lama usaha, omzet usaha per bulan, pendapatan bersih per bulan, frekuensi peminjaman kredit, nilai agunan, jumlah kredit yang diajukan, dan waktu perealisasian KUR. Analisis terhadap faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kelancaran pengembalian KUR dilakukan pada data sampel debitur yang sama. Model analisis kuantitatif yang digunakana dalah model analisis Regresi Logistik Logit Biner sehingga dapat diketahui variabel-variabel independent yang secara nyata berpengaruh atau tidak terhadap tingkat kelancaran pengembalian KUR sebagai variabel dependent. Variabel-variabel independent model tersebut terdiri dari usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, waktu tempuh dari tempat tinggal ke BRI, jenis usaha, lama usaha, omzet usaha per bulan, pendapatan bersih per bulan, RPC per bulan, waktu tempuh lokasi usaha ke BRI, frekuensi peminjaman kredit, agunan, nilai plafon kredit, jangka waktu pengembalian, kewajiban per bulan.

4.4.2.1 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Realisasi KUR

Analisis terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi KUR menggunakan model analisis Regresi Linier Berganda. Model Regresi Linier Berganda merupakan suatu model analisis untuk mengetahui pengaruh variabel- variabel independent yang berskala metrik variabel yang belum metrik maka dirubah menjadi dummy terhadap variabel dependent yang juga berskala metrik. Model ini merupakan model terbaik untuk memprediksi arah, besar koefisien dan sensitivitas perubahan variabel dependent atas perubahan variabel-variabel independent. Variabel dependent adalah jumlah realisasi kredit terakhir yang diterima oleh nasabah. Variabel independent diturunkan dari tiga jenis karakteristik nasabah yaitu karakteristik individu, karakteristik usaha, dan karaketristik kredit. karakteristik individu yang diduga dapat mempengaruhi realisasi kredit antara lain: usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, jenis pekerjaan, waktu tempuh dari tempat tinggal ke BRI. Karakteristik usaha yang 62 diduga dapat mempengaruhi realisasi kredit antara lain: jenis usaha, lama usaha, omzet usaha per bulan, pendapatan bersih per bulan. Selain itu, karakteristik kredit terdiri atas: frekuensi peminjaman kredit, agunan, jumlah kredit yang diajukan, dan waktu perealisasian KUR. Variabel-variabel tersebut diduga berpengaruh terhadap realisasi KUR di BRI Unit Cibinong, Cabang Bogor, Jawa Barat. Semua variabel tersebut diturunkan dari prinsip kredit 5C. Estimasi model untuk analisis faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi KUR adalah : Y = o + 1 X 1 + 2 X 2 + 2 X 3 + + 12 X 12 + 13 X 13 Keterangan : Y = Variabel dependent, yaitu jumlah realisasi kredit Rupiah o = Konstanta atau intercept model garis regresi X 1 , ,X 13 = Variabel independent X 1 = Usia tahun X 2 = Jenis kelamin, sebagai variabel dummy pria = 1, dan wanita = 0 X 3 = Tingkat pendidikan tahun X 4 = Jumlah tanggungan keluarga orang X 5 = Waktu tempuh dari tempat tinggal ke BRI menit X 6 = Jenis usaha, sebagai variabel dummy usaha off farm =1, dan usaha on farm =0 X 7 = Lama usaha Tahun X 8 = Omzet usaha per bulan Rp X 9 = Pendapatan bersih per bulan Rp X 10 = Frekuensi peminjaman kredit kali X 11 = Agunan, sebagai variabel dummy ada agunan = 1, dan tanpa agunan = 0 X 12 = Jumlah kredit yang diajukan Rp X 13 = Waktu perealisasian KUR hari 1 , ., 13 = Koefisien variabel independent 63

1. Uji Signifikansi Model

Pengujian terhadap kelayakan model menggunakan statistik F yang merupakan nisbah kemungkinan maksimum untuk mengetahui peran faktor-faktor X i secara bersamaan simultan terhadap variabel terikat Y. Uji F dirumuskan sebagai berikut : Keterangan : = Sum Square Regression jumlah kuadrat kolom = Degree of Freedom Regression derajat bebas kolom = Sum Square Error jumlah kuadrat galat = Degree of Error derajat bebas galat = Mean Square Regression jumlah kuadrat untuk nilai tengah kolom = Mean Square Error jumlah kuadrat untuk nilai tengah galat Hipotesis : = Minimal ada satu slope Statistik F hit menyebar mengikuti sebaran F dengan derajat bebas pembilang = DF Regression = v1 = k, dan derajat bebas penyebut = DF Error = v2 = n k -1. Jika nilai F hit X v1,v2 atau bila nilai P dari statistik F lebih kecil dari taraf nyata =0,050 maka keputusannya adalah menolak H o, artinya setidak- tidaknya ada satu variabel independent yang berpengaruh nyata terhadap variabel dependent. 64

2. Akurasi Model Dugaan

Akurasi model dugaan goodness of fit model dilakukan dengan memperhatikan koefisien determinasi R 2 yang mengukur besarnya variasi variabel independent yang dapat dijelaskan oleh model. Semakin besar tingkat keragaman yang dapat dijelaskan oleh suatu model maka semakin besar koefisien determinasi yang diperoleh Gujarati D, 1997. Koefisien determinasi dirumuskan sebagai berikut:

3. Uji Signifikasi Variabel Prediktor Secara Individu

Pengujian terhadap signifikansi masing-masing variabel independent secara individu dilakukan dengan uji T, dengan rumus : Keterangan : b j = Slope variabel X j = Slope konstanta dijelaskan pad H = Standard Error Hipotesis : H = j = 0 variabel Xj tidak mempengaruhi variabel Y H = j 0 variabel Xj mempengaruhi variabel Y Statistik T hit menyebar mengikuti sebaran T dengan derajat bebas = DF Error = n- k- 1 . Jika nilai T hit atau bila nilai P dari statistik T lebih kecil dari taraf nyata =0,050 maka keputusannya adalah menolak H artinya variabel independent ke-j tersebut berpengaruh secara nyata signifikan terhadap variabel dependent. 65

4. Asumsi Dalam Analisis Regresi Linier

Analisis regresi dipergunakan untuk menelaah hubungan antara dua variabel atau lebih, terutama untuk menelusuri pola hubungan yang modelnya belum diketahui dengan sempurna, atau untuk mengetahui bagaimana variasi dari beberapa variabel independen mempengaruhi variabel dependen dalam suatu fenomena yang kompleks Muhidin SA dan Abdurahman M, 2007. Jika X 1 , X 2 , X K adalah variabel-variabel independen dan Y adalah variabel dependen, maka terdapat hubungan fungsional antara variabel X dan Y. Menurut Iriawan N 2006, variabel respons Y sering dikenal variabel dependen karena peneliti tidak bisa bebas mengendalikannya., sedangkan variabel predictor X atau yang disebut variabel independen karena peneliti bebas mengendalikannya. Menurut Nazir M 2009, analisis regresi dapat mempelajari bagaimana eratnya hubungan antara satu atau beberapa bariabel independen dengan sebuah variabel dependen. Dalam analisis regresi, ada empat usaha pokok yang akan dilaksanakan, yaitu:  Mengadakan estimasi terhadap parameter berdasarkan data empiris  Menguji berapa besar variasi variabel dependen dapat diterangkan oleh variasi variabel independen  Menguji apakah estimasi parametertersebut signifikan atau tidak  Melihat apakah tanda dan magnitude dari estimasi parameter cocok dengan teori. Menurut Nazir M 2009, jika parameter dari suatu hubungan fungsional antara satu variabel dependen dengan lebih dari satu variabel ingin diestimasikan, maka analisis regresi yang dikerjakan berkenaan dengan regresi berganda multiple regression, atau dengan kata lain analisis Regresi Berganda memiliki lebih dari satu variabel predictor. Selain itu, dapat diartikan bahwa analisis Regresi Berganda adalah alat untuk meramalkan nilai pengaruh dua variabel bebas atau lebih terhadap satu variabel terikat, untuk membuktikan ada tidaknya hubungan fungsional atau kausal antara dua atau lebih variabel X independen terhadap variabel Y dependen. 66 Menurut Yamin S, Rachmach LA, dan Kurniawan K 2011, asumsi pada analisis Regresi Linier Berganda, yaitu: 1. Normalitas error error mengikuti fungsi distribusi normal 2. Varians error yang konstan error bersifat homoskedastisitas atau tidak ada problem heteroskedastisitas 3. Tidak adanya korelasi serial di antara error pengamatan tidak ada masalah otokorelasi 4. Tidak adanya hubungan yang sangat tinggi multikolinearitas di antara variabel independen Normalitas dalam analisis regresi berganda yang dapat diketahui melalui sebaran regresi yang merata di setiap nilai. Salah satu cara untuk melihat normalitas data adalah dengan melihat plot garis dari Standardized Residual Cumulative Probability. Apabila sebaran data berada pada garis normal maka dapat dikatakan bahwa data yang diuji memiliki sebaran yang normal. Homoskedastisitas adalah kondisi dimana komponen error pada model memiliki ragam yang sama. Uji homoskedastisitas pada dasarnya menyatakan bahwa nilai variabel respon Y bervariasi dalam satuan yang sama. Asumsi ini diuji dengan dibuat plot antara Standardized Residual dengan faktor X, jika tidak terdapat suatu pola dalam plot tersebut maka dapat dikatakan bahwa data tersebut homogeni. Autokorelasi error lag k adalah kondisi dimana terdapat hubungan antara i dan i-k sehingga ragam koefisien regresi StDev bj dan ragam error MSE underestimate maka hasil uji T dan uji F tidak valid. Autokorelasi dapat dideteksi melalui analisis grafik dan uji Durbin-Watson. Multikolinearitas kolinier ganda merupakan hubungan linier yang sama kuat antara peubah-peubah bebas dalam persamaan regresi berganda. Adanya kolinier berganda ini menyebabkan pendugaan koefisien menjadi tidak stabil. Pendeteksian terjadinya suatu kolinier ganda, dapat dilihat pada hasil VIF Variance Inflation Factors. Nilai VIF lebih besar dari 10 menunjukkan bahwa peubah tersebut berkolinier berganda. Adanya kolinier ganda dalam model akan mengakibatkan penduga koefisien regresinya menjadi tidak nyata walaupun R 2 j nya tinggi. 67

4.4.2.2 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengembalian KUR

Analisis terhadap faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kelancaran pengembalian KUR dengan menggunakan model analisis Regresi Logistik. Model analisis Regresi Logistik merupakan suatu model analisis untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel independent yang berskala metrik kontinyu atau kategorik nominal terhadap variabel dependent yang berskala kategorik. Dengan model logit, dapat mudah menangani model dimana variabel tak bebas merupakan dummy atau biner, dengan menggunakan nilai 1 atau 0. L log rasio peluang, tidak hanya linier dalam X tapi juga dari sudut pandang estimasi linier dalam parameter. L disebut Logit, sehingga model tersebut di atas disebut model logit Gujarati 2006. Variabel dependent-nya adalah tingkat kelancaran pengembalian kredit nasabah yaitu Y=1, jika lancar dan Y=0, jika menunggak. Variabel independent diturunkan dari tiga jenis karakteristik nasabah yaitu karakteristik individu, karakteristik usaha, dan karakteristik kredit. Berdasarkan karakteristik individu terdiri dari : usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, dan waktu tempuh dari tempat tinggal ke BRI. Karakteristik usaha terdiri dari jenis usaha, lama usaha, omzet usaha per bulan, RPC per bulan, dan waktu tempuh lokasi usaha ke BRI. Sedangkan karakteristik kredit terdiri dari frekuensi peminjaman kredit, agunan, nilai plafon kredit, jangka waktu pengembalian, dan kewajiban per bulan. Estimasi model untuk analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pengembalian KUR adalah: = + 1 X 1 + 2 X 2 + 3 X 3 + .+ 14 X 14 + 15 X 15 Keterangan : Y = Variabel dependent yaitu tingkat kelancaran pengembalian kredit Y=1 = Jika pengembalian kredit lancar Y=0 = Jika pengembalian kredit tidak lancar menunggak = Konstanta X 1 ,.., X 16 = Variabel independent X 1 = Usia Tahun X 2 = Jenis kelamin, sebagai variabel dummy Pria=1 dan wanita=0 68 X 3 = Tingkat pendidikan tahun X 4 = Jumlah tanggungan dalam keluarga orang X 5 = Waktu tempuh dari Tempat Tinggal ke BRI menit X 6 = Jenis usaha, sebagai variabel dummy usaha off farm = 1 dan usaha on farm = 0 X 7 = Lama usaha Tahun X 8 = Omzet usaha per bulan Rp X 9 = RPC per bulan Rp X 10 = Waktu tempuh lokasi usaha ke BRI menit X 11 = Frekuensi peminjaman kredit kali X 12 = Agunan, sebagai variabel dummy ada agunan = 1, dan tanpa agunan = 0 X 13 = Nilai plafon kredit Rp X 14 = Jangka waktu pengembalian bulan X 15 = Kewajiban per bulan Rp 1 , ., 15 = Koefisien variabel independent

1. Uji Kelayakan Model

Pengujian terhadap kelayakan model menggunakan statistik G yang merupakan nisbah kemungkinan maksimum untuk mengetahui peran variabel- varaibel independent dalam model secara simultan bersama-sama Gujarati D, 1997. Rumus uji G adalah sebagai berikut : Keterangan : = Likelihood tanpa variabel independent = Likelihood dengan variabel independent Hipotesis : = Minimal ada satu nilai Jika nilai G X 2 P atau p-value dari statistik G lebih kecil dari taraf nyata =0,050 maka keputusannya adalah menolak H 0, artinya setidak-tidaknya ada satu variabel independent yang berpengaruh nyata terhadap varaibel dependent. 69

2. Uji Akurasi Model

Uji akurasi model atau uji kebaiksuaian goodness of fit model dilakukan dengan memperhatikan nilai sebaran chi-square dari metode Pearson, Deviance dan Hosmes Lemeslow Gujarati 1997. Hipotesis : H = Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai observasi dengan nilai prediksi oleh model H 1 = Terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai observasi dengan nilai prediksi oleh model Jika P-value dari ketiga alat uji statistik tersebut lebih besar dari taraf nyata = 0,050, maka keputusannya adalah menerima H , artinya model tersebut cukup layak untuk digunakan dalam prediksi

3. Uji Signifikansi Variabel Prediktor Secara Individu

Pengujian terhadap signifikansi masing-masing variabel independent secara individu dilakukan dengan uji Walad W j dengan rumus : Keterangan : = Penduga = Penduga standard error dari = Koefisien variabel independent ke-k Hipotesis : Statistik Wj mengikuti sebaran normal Z, jika nilai Wj Z 2 atau two- tailed p-value dari statistik Wj lebih kecil dari taraf nyata =0,050 maka keputusannya adalah menolak H , artinya variabel independent ke-k tersebut berpengaruh secara nyata signifikan terhadap variabel respon. 70

4.4.2.3 Analisi Hubungan antara Realisasi dan Pengembalian

Analisi hubungan antara realisasi dan pengembalian dilakukan dengan analisis korelasi. Analisis korelasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasi biserial. Korelasi biserial digunakan apabila ingin mengetahui hubungan antara variabel X dan Y, dimana salah satu skala pengukurannya mempunyai tingkat pengukuran ordinal dichotomous dan satu lagi interval. Menurut Yamin S, Rachmach LA, Kurniawan H 2011, ada tiga interpretasi yang akan diperoleh dari analisis korelasi yaitu : 1. Melihat kekuatan hubungan antar variabel Untuk melakukan interpretasi kekuatan hubungan di antara dua variabel dilakukan dengan melihat angka koefisien hasil perhitungan dengan menggunakan kriteria sebagai berikut : - Pertama : jika angka koefisien korelasi menunjukkan 0, maka kedua variabel tidak mempunyai hubungan - Kedua : jika angka koefisien korelasi mendekati 1, maka kedua variabel mempunyai hubungan semakin kuat - Ketiga : jika angka koefisien korelasi mendekati nol, maka kedua variabel mempunyai hubungan yang sangat lemah - Keempat : jika angka koefisien korelasi sama dengan 1, maka kedua variabel mempunyai hubungan linier sempurna positif. - Kelima : jika angka koefisien korelasi sama dengan -1 maka kedua variabel mempunyai hubungan linier sempurna negatif. Untuk memudahkan dalam melakukan interpretasi mengenai kekuatan hubungan antar dua variabel, berdasarkan kriteria yang telah ditentukan Sarwono, 2006 dikutip dalam Yamin S, Rachmach LA, Kurniawan H, 2011 a. 0 : tidak ada korelasi b. 0 - 0,25 : korelasi sangat lemah c. 0,25 0,5 : korelasi cukup kuat d. 0,5 0,75 : korelasi kuat e. 0,75 0,99 : korelasi sangat kuat f. 1 : korelasi sempurna 71 2. Melihat signifikansi hubungan Melihat signifikansi hubungan dua variabel dengan didasarkan pada angka signifikansi yang dihasilkan dari penghitungan. Interpretasi ini akan membuktikan apakah hubungan kedua variabel tersebut signifikan atau tidak. 3. Melihat arah hubungan Korelasi ada dua arah korelasi yaitu searah dan tidak searah. Arah korelasi dapat dilihat dari angka koefisien korelasi. Pertama, korelasi positif atau direct correlation, yaitu apabila perubahan pada suatu variabel diikuti oleh perubahan pada variabel yang lain dengan arah yang sama. Kedua, korelasi negatif atau inverse correlation negative correlation, yaitu apabila perubahan pada suatu variabel diikuti oleh perubahan pada variabel yang lain dengan arah yang berlawanan Yamin S, Rachmach LA, Kurniawan H, 2011 .

4.5 Definisi Operasional

1. Nasabah adalah pihak yang menggunakan jasa bank. Pada penelitian ini nasabah yang dimaksud adalah nasabah pengguna KUR pada BRI Unit Cibinong, Cabang Bogor. Nasabah pengguna KUR tersebut dikenal dengan debitur. 2. Kredit lancar KL yaitu kredit yang tidak mengalami penunggakan dalam pembayaran pokok pinjaman dan bunga dari waktu yang ditetapkan atau maksimal masih dalam bulan wajib bayar kewajiban. 3. Kredit tidak lancar TL atau menunggak yaitu kredit yang pembayaran pokok pinjaman dan bunganya telah mengalami penundaaan minimal selama satu minggu tujuh hari kerja atau sembilan hari tanggalan atau lewat dari bulan wajib bayar kewajiban. 4. Usia yaitu umur debitur sejak lahir hingga proses pengajuan pinjaman yang terdata dalam dokumen permohonan KUR, dihitung dalam satuan tahun. 5. Tingkat pendidikan yaitu jenjang pendidikan terakhir yang diperoleh debitur, diukur berdasarkan lama pendidikan yang dijalani dalam satuan tahun. 72 6. Jumlah tanggungan keluarga yaitu banyaknya orang yang masih dibiayai hidupnya oleh debitur dalam keluarganya termasuk debitur sendiri, dihitung dalam satuan orang. 7. Waktu tempuh debitur ke BRI yaitu waktu tempuh debitur ke BRI Unit Cibinong, Cabang Bogor dengan tempat tinggal debitur, diukur dalam satuan menit. 8. Lama usaha adalah berapa lama usaha yang telah dijalankan sejak dari awal berdiri hingga debitur mengajukan permohonan kredit hingga kredit terealisasi, diukur dalam satuan tahun. 9. Omzet usaha yaitu jumlah penerimaan kotor rata-rata per bulan dari hasil usaha debitur yang tercatat dalam dokumen permohonan kredit, dihitung dalam satuan rupiah. 10. Pendapatan bersih per bulan yaitu selisih antara jumlah penerimaan kotor usaha dikurangi dengan pengeluaran untuk usaha, rumah tangga, dan biaya lain-lain per bulan, diukur dalam satuan rupiah. 11. Nilai RPC Repayment Capacity yaitu kemampuan debitur dalam mengembalikan pinjaman dan nilai maksimal adalah 75 persen dari pendapatan bersih debitur, diukur setiap bulannya dalam satuan rupiah. 12. Jumlah kredit yang diajukan selalu lebih besar atau sama dengan jumlah kredit yang direalisasikan oleh bank sehingga jumlah kredit yang diajukan diduga berpengaruh positif terhadap besarnya realisasi kredit. 13. Nilai plafon kredit yaitu nilai nominal pinjaman kredit KUR yang diterima oleh debitur atau kredit yang terealisasi, dikur dalam satuan rupiah. 14. Nilai agunan adalah nilai pasar baik barang atau surat berharga lainnya yang diserahkan ke bank sebagai jaminan kredit, diukur dalam satuan rupiah. Hal ini merupakan jaminan untuk menutupi segala risiko terhadap kemungkinan macetnya suatu kredit baik yang ada unsur kesengajaan ataupun tidak. 15. Frekuensi peminjaman kredit atau pengalaman kredit yaitu berapa kali peminjam kredit KUR di BRI Unit Cibinong, Cabang Bogor. 73 16. Jangka waktu pengembalian kredit yaitu lama pengembalian atau pelunasan kredit yang telah disepakati dalam perjanjian, diukur dalam satuan bulan. 17. Waktu perealisasian terhitung sejak tanggal pengajuan pinjaman KUR dengan menyerahkan persyaratan-persyaratan pengajuan pinjaman hingga dana pinjaman tersebut dicairkan. 18. Bunga pinjaman adalah bunga yang diberikan kepada para peminjam atau harga yang harus dibayarkan oleh nasabah peminjam kepada bank. 19. Kewajiban per bulan adalah jumlah yang disetorkan oleh debitur setiap bulann yang terdiri dari pembayaran pokok pinjaman dan bunga, dalam satuan rupiah. 74 V GAMBARAN UMUM BRI 5.1 Sejarah BRI Bank Rakyat Indonesia atau yang dikenal dengan nama Bank BRI didirikan di Purwokerto, Jawa Tengah pada Tanggal 16 Desember 1895 oleh seorang patih yang bernama Raden Bei Aria Wirjaatmadja. Awalnya bank tersebut bernama De Poerwokertosche Hulp en Spaarbank dere Inlandsche Hoofdeen Bank Bantuan dan Simpanan Milik Kaaum Priyayi yang berkebangsaan Indonesia atau pribumi, Selanjutnya berubah menjadi Halp Spaarbank der Inlandsche Bestuurs Ambtenaren Bank Bantuan dan Simpanan Milik Pegawai Pangreh Praja Berkebangsaan Pribumi. Pada kegiatan awalnya, bank tersebut menggunakan uang kas masjid untuk kemudian digunakan sebagai pinjaman bagi masyarakat dengan angsuran ringan. Dalam perkembangannya terdapat berbagai perubahan dan pembenahan sistem, yaitu : a. Pada tahun 1987 namanya diubah menjadi Purwokertosche Hulp Spaar en Landbouw Creditbank oleh W.P.D. de Wollf Van Westerrode, seiring dengan reorganisasi yang meliputi, pembentukan badan hokum, penyusunan prosedur, perluasan keanggotaan, perluasan bidang usaha, dan lain-lain. b. Pada tahun 1898 namanya lebih dikenal sebagai Volksbank atau Bank Rakyat yang tumbuh dengan pesat diberbagai tempat sehingga mulai melibatkan pemerintahan Hindia Belanda secara langsung dan namanya berganti lagi menjadi Vokscredietwezwn. c. Berdasarkan surat keputusan Ratu Belanda No.118 tanggal 10 Juli 1912, Staatsblad 1912 No.392, berubah menjadi Centrale Kas Voor het Volkscredietwezen . d. Pada tahun 1934 berubah menjadi Agemeene Volscredietbank AVB, berdasarkan Staatsblad No.82 menyatakan bahwa AVB bukanlah usaha yang dimiliki oleh Negara meskipun didirikan berdasarkan keputusan pemerintah. AVB diusahakan untuk diatur dan dikelola sebagaimana perusahaan swasta. e. Pada masa kedudukan Jepang di Indonesia, tanggal 3 Oktober 1934 AVB berganti nama menjadi Syomin Ginko Bank Rakyat. Kemudian setelah kemerdekaan Republik Indonesia berdasarkan peraturan Pemerintah No.1 75 tanggal 22 November 1946 Pasal 1 disebutkan bahwa BRI adalah Bank Pemerintah pertama di Republik Indonesia. f. Adanya situasi perang mempertahankan kemerdekaan pada tahun 1948, kegiatan BRI sempat terhenti untuk sementara waktu dan baru mulai aktif kembali setelah perjanjian Renville pada tahun 1949 dengan berubah nama menjadi Bank Rakyat Indonesia Serikat. Pada waktu itu melalui PERPU No.41 tahun 1960 dibentuk Bank Koperasi Tani dan Nelayan BKTN yang merupakan peleburan dari BRI, Bank Tani Nelayan dan Nederlandsche Maatschappij NHM. g. Berdasarkan Penetapan Presiden Penpres No.9 tahun 1965, BKTN diintegrasikan ke dalam Bank Indonesia dengan nama Bank Indonesia Urusan Koperasi Tani dan Nelayan. Setelah berjalan selama satu bulan keluar Penpres No.17 tahun 1965 tentang pembentukan bank tunggal dengan nama Bank Negara Indonesia. Dalam ketentuan baru itu, Bank Indonesia Urusan Koperasi Tani dan Nelayan eks BKTN diintegrasikan dengan nama Bank Negara Indonesia Unit II bidang rural, sedangkan NHM menjadi Bank Negara Indonesia Unit II bidang ekspor Impor Exim. h. Berdasarkan Undang-undang No.14 tahun 1967 tentang Undang-undang Pokok Perbankan dan Undang-undang No.13 tahun 1968 tentang Undang- undang Bank Sentral, yang intinya mengembalikan fungsi Bank Indonesia sebagai Bank Sentral dan Bank Negara Indonesia unit II Bidang rural dan ekspor impor dipisahkan masing-masing menjadi dua bank yaitu Bank Rakyat Indonesia dan Bank Ekspor Impor Indonesia. Selanjutnya berdasarkan Undang-undang No.21 tahun 1968 menetapkan kembali tugas-tugas pokok BRI sebagai bank umum. i. Sejak 1 Agustus 1992 berdasarkan Undang-undang Perbankan No.7 tahun 1992 dan Peraturan Pemerintah RI No.21 tahun 1992 status BRI berubah menjadi PT. Bank Rakyat Indonesia Persero yang kepemilikannya masih 100 persen ditangan pemerintah. Sejak bulan Oktober 2003, BRI melakukan go public sehingga dengan kepemilikannya, BRI telah menjadi perusahaan public dan namanya ditambah menjadi PT. Bank Rakyat Indonesia Persero Tbk, yang dikenal dengan nama Bank BRI. 76 PT. Bank Rakyat Indonesia Persero yang didirikan sejak tahun 1895 didasarkan pelayanan pada masyarakat kecil, yaitu dengan fokus pada pemberian fasilitas kredit kepada golongan pengusaha kecil. Hal ini terlihat pada perkembangan penyaluran Kredit Usaha Kecil KUK pada tahun 1994 sebesar 6.419,8 milyar rupiah yang meningkat menjadi 8.231,1 milyar rupiah pada tahun 1995. Seiring berjalannya waktu dan pesatnya perkembangan dunia perbankan, BRI semakin melebarkan sayapnya dengan memperbanyak unit-unit kerja. Sampai tahun 2006, BRI mempunyai 4.447 Unit Kerja, yang terdiri dari satu Kantor Pusat BRI, 12 Kantor Wilayah, 170 Kantor Cabang Dalam Negeri, 145 Kantor Cabang Pembantu, 3.705 BRI Unit.

5.2 Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Jangka Panjang BRI