Hubungan antara Realisasi dan Pengembalian KUR

164 Kesimpulan dari analisis tersebut bahwa debitur yang dapat mengembalikan kredit KUR dengan lancar adalah debitur yang memiliki kewajiban per bulan yang lebih besar di atas satu juta rupiah, sedangkan debitur yang memiliki kewajiban per bulan yang lebih rendah di bawah satu juta rupiah memiliki peluang untuk menunggak dalam pengembalian KUR.

7.2.15 Jangka Waktu Pengembalian

Jangka waktu pengembalian kredit merupakan waktu jatuh tempo seorang debitur dalam membayar seluruh nilai pinjaman yang diberikan termasuk di dalamnya pembayaran pokok pinjaman berserta bunga pinjaman. Jangka waktu pengembalian diduga berpengaruh positif terhadap kelancaran pengembalian kredit KUR. Koefisien variabel jangka waktu pengembalian kredit yang bernilai positif. Hal ini sesuai dengan hipotesis penelitian ini, dimana jangka waktu pengembalian kredit berpengaruh positif terhadap kelancaran pengembalian KUR. Namun, variabel ini tidak signifikan karena p-value lebih besar pada taraf nyata 10 persen. Dapat diartikan bahwa omzet usaha per bulan berpengaruh positif namun tidak signifikan. Variabel jangka waktu pengembalian kredit memiliki nilai odds ratio sebesar 7,81, artinya bahwa setiap bertambahnya jangka waktu pengembalian kredit satu bulan akan menyebabkan lancarnya pengembalian kredit KUR sebesar 7,81 kali dari sebelum penambahan jangka waktu pengembalian.

7.3 Hubungan antara Realisasi dan Pengembalian KUR

Realisasi dan tingkat pengembalian yang lancar maupun menunggak dapat mempengaruhi kinerja perbankan dalam pengambilan keputusan kreditnya karena akan berdampak pada status Well performing bank itu sendiri. BRI salah satu bank pelaksana yang ditunjuk oleh pemerintah dalam merealisasikan KUR bagi UMKM. Dalam hal ini BRI memiliki kontribusi yang cukup besar dalam merealisasikan KUR khususnya bagi UMKM. BRI dapat menanggung risiko sebesar 30 persen dari nilai pinjaman dengan sumber dana sepenuhnya dari bank. Oleh karena itu, pihak BRI Unit Cibinong harus memiliki sikap kehati-hatian prudent dalam merealisasikan KUR, serta intensif dalam melakukan pengawasan dan pembinaan kepada debitur KUR khususnya. 165 Realisasi dan pengembalian KUR merupakan dua variabel yang sangat berhubungan sehingga perlu dilakukan analisis korelasi. Analisis korelasi yang tujuan utamanya adalah untuk mengukur kuat atau derajat hubungan linier antara dua variabel yang sangat erat berhubungan tetapi sangat berbeda dalam konsep dari analisis regresi Gujarati D, 1997. Analisis korelasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Korelasi Biserial. Korelasi Biserial digunakan apabila ingin mengetahui hubungan antara realisasi dan pengembalian KUR, dimana realisasi sebagai variabel X dan pengembalian sebagai variabel Y. Hubungan antara realisasi dan pengembalian KUR BRI Unit Cibinong, dapat dilihat pada Tabel 44. Tabel 44. Hubungan Realisasi dan Pengembalian KUR BRI Unit Cibinong Resp Realisasi dalam juta rupiah Pengembalian Resp Realisasi dalam juta rupiah Pengembalian 1 5 Lancar 26 10 Lancar 2 3 Lancar 27 8 Lancar 3 5 Lancar 28 4 Lancar 4 8 Lancar 29 2 Lancar 5 5 Lancar 30 5 Lancar 6 5 Lancar 31 10 Lancar 7 20 Lancar 32 5 Lancar 8 10 Lancar 33 5 Lancar 9 2 Lancar 34 20 Lancar 10 10 Lancar 35 6 Lancar 11 3 Lancar 36 8 Lancar 12 5 Lancar 37 6 Lancar 13 5. Lancar 38 5 Lancar 14 5 Tidak Lancar 39 5 Lancar 15 5 Lancar 40 5 Lancar 16 20 Lancar 41 5 Lancar 17 10 Lancar 42 5 Lancar 18 5 Lancar 43 5 Tidak Lancar 19 5 Lancar 44 3 Lancar 20 5 Lancar 45 3 Lancar 21 5 Lancar 46 5 Lancar 22 3 Lancar 47 5 Lancar 23 7 Tidak Lancar 48 3 Tidak Lancar 24 6 Lancar 49 5 Lancar 25 5 Lancar 50 3 Tidak Lancar Untuk menganalisa data di atas digunakan analisis Korelasi Biserial, dengan hipotesis sebagai berikut: H : b H 1 : b 166 Berikut merupakan perhitungan dengan menggunakan analisis Korelasi Biserial untuk menganalisis hubungan antara realisasi dan pengembalian KUR BRI Unit Cibinong, dapat dilihat pada Tabel 45. Tabel 45. Hasil Perhitungan Analisis Korelasi antara Realisasi dan Pengembalian Keterangan Pengembalian Lancar Tidak Lancar n 45 5 i 290 23 i 2 2.644 117 6,44 4,60 S T = 12,55 Fk = 0,9 Z k = 0,3986 Z = 8,163 Maka Z Tabel = Z 0,05 = 1,645 167 Dengan demikian Z Z Tabel , yang artinya H ditolak. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut dengan risiko kesalahan sebesar lima persen dapat disimpulkan bahwa semakin lancar pengembalian KUR maka semakin tinggi peluangnya untuk memperoleh realisasi KUR di kemudian hari. Artinya, keeratan hubungan antara realisasi dan pengembalian adalah kuat yaitu sebesar 1,2. Dengan menganalisis hubungan antara realisasi dan pengembalian dapat disimpulkan bahwa semakin lancar pengembalian KUR oleh debitur maka semakin lancar bank akan merealisasikan KUR. Hal ini mengindikasikan pada kekhawatiran BRI Unit Cibinong untuk mengantisipasi jika terjadi kredit macet. Dalam mekanisme penyaluran KUR pada BRI Unit Cibinong, terdapat beberapa tahap atau prosedur yang harus dilaksanakan. Hal yang dilakukan oleh pihak BRI Unit Cibinong adalah melakukan pemeriksaan terhadap usaha calon debitur. Pemeriksaan terhadap aspek-aspek usaha calon debitur juga sangat penting dilakukan untuk meminimalkan risiko terhadinya penunggakan pengembalian pada pinjaman oleh debitur tersebut. Pemeriksaan tersebut dilakukan secara langsung oleh Mantri. Pada saat melakukan kunjungan ke rumah tempat tinggal calon debitur tersebut, Mantri KUR sebagai pihak BRI membawa Laporan Kunjungan Nasabah LKN. Pada LKN tersebut terdapat beberapa hal mengenai identitas responden, lama usaha, alamat usaha, modal usaha, penghasilan per bulan, dan pengeluaran keluarga. Kemudian Mantri KUR akan menganalisis pendapatan bersih, RC ratio, jumlah angsuran dan nilai RPC per bulan untuk mengetahui kemampuan calon debitur tersebut. Sehingga salah satu faktor yang diduga berpengaruh terhadap kelancaran pengembalian KUR adalah nilai RPC Repayment Capacity. RPC adalah kapasitas pengembalian kredit yang dimiliki oleh debitur akan nilainya maksimal 75 persen dari penghasilan bersih per bulan, diukur setiap bulannya dalam satuan rupiah. Hal inilah yang menjadi ukuran oleh Mantri KUR dalam menganalisis kemampuan calon debitur dalam pengembalian kredit. Semakin tinggi nilai RPC per bulan seorang debitur maka diharapkan debitur tersebut semakin lancar dalam mengembalikan kredit. Dengan demikian nilai RPC juga berpengaruh terhadap realisasi KUR. calon debitur harus memiliki nilai RPC yang besar apabila ingin kredit yang diajukan dapat direalisasikan oleh pihak bank. 168 VIII KESIMPULAN DAN SARAN

8.1 Kesimpulan