115
Tabel 25. Jumlah dan Proporsi Responden Debitur KUR BRI Unit Cibinong
menurut Waktu Perealisasian
Waktu Perealisasian KUR
Hari Jumlah Responden untuk Realisasi:
Total 2 juta x 5 juta
5 juta x 10 juta 10 juta x 20 juta
Resp Orang
Proporsi Resp
Orang Proporsi
Resp Orang
Proporsi Resp
Orang Proporsi
2 -
- 3
6 -
- 3
6 3
1 2
4 8
1 2
6 12
4 -
- -
- 1
2 1
2 5
1 2
1 2
2 4
4 8
6 4
8 5
10 -
- 9
18 7
2 4
9 18
2 4
13 26
8 2
4 4
8 -
- 6
12 9
- -
3 6
- -
3 6
10 -
- 1
2 -
- 1
2 11
- -
1 2
- -
1 2
14 -
- -
- 2
4 2
4 21
- -
1 2
- -
1 2
Total 10
20 32
8 50
100
Dapat disimpulkan bahwa waktu perealisasian KUR dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam menilai karakter nasabah. Apabila waktu perealisasian
KUR cepat maka pihak BRI diduga sudah memiliki kepercayaan terhadap calon nasabahnya. Selain itu, usaha yang dijalankan sudah dinilai layak dan persyaratan
pengajuan kredit KUR sudah dipenuhi oleh calon nasabah.
6.2.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkiat Pengembalian Kredit
Usaha Rakyat KUR pada BRI Unit Cibinong Responden yang dimaksud adalah debitur KUR BRI Unit Cibinong yang
usahanya bergerak dalam bidang agribisnis dan masih tergolong aktif. Berdasarkan tingkat pengembalian pinjaman, maka nasabah KUR dibedakan
menjadi dua kelompok yaitu lancar dan menunggak. Kelompok pertama adalah kelompok nasabah yang tergolong ke dalam kolektibilitas pinjaman lancar, yang
termasuk dalam kelompok ini adalah nasabah yang dapat mengembalikan pinjaman sebelum tanggal jatuh tempo pinjaman atau bayar lewat dari tanggal
jatuh tempo pinjaman tetapi masih dalam bulan wajib bayar.
116 Kelompok kedua adalah nasabah yang yang tidak lancar atau menunggak,
yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah nasabah yang mengembalikan pinjaman lewat dari bulan wajib bayar nasabah Dalam Perhatian Khusus sampai
umur tunggakan lebih dari enam bulan nasabah Macet. Kelompok nasabah ini tersebut tergolong ke dalam kolektibilitas pinjaman DPK Dalam Perhatian
Khusus, KL Kurang Lancar, D Diragukan dan M Macet. Proporsi responden debitur KUR yang tidak lancar menunggak sebanyak lima orang atau sekitar 10
persen dari total responden debitur KUR, sedangkan responden debitur KUR yang lancar sekitar 45 orang atau sekitar 90 peren dari total responden debitur KUR
BRI Unit Cibinong. Hal ini menunjukkan bahwa debitur KUR BRI Unit Cibinong yang bergerak di sektor agribisnis terjadi pengembalian yang tidak lancar yaitu
sekitar 10 persen dari total debitur KUR BRI Unit Cibinong yang bergerak di sektor agribisnis. Proporsi jumlah responden debitur KUR BRI Unit Cibinong
berdasarkan tingkat pengembalian pinjaman dapat dilihat pada Gambar 10.
Gambar 10. Proporsi Jumlah Responden Debitur KUR BRI Unit Cibinong
Berdasarkan Tingkat Pengembalian Pinjaman
Karakteristik responden baik
lancar maupun tidak lancar dalam
pengembalian KUR BRI Unit Cibinong diidentifikasi berdasarkan beberapa faktor yang diduga berpengaruh terhadap tingkat pengembalian, meliputi karakteristik
individu, karakteristik usaha, dan karakteristik kredit. Karakteristik individu yang diduga berpengaruh terhadap pengembalian KUR terdiri dari usia, jenis kelamin,
tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, dan waktu tempuh dari tempat
117 tinggal ke BRI. Karakteristik usaha terdiri dari jenis usaha, lama usaha, omzet
usaha per bulan, nilai RPC per bulan, dan waktu tempuh dari lokasi usaha ke BRI. Selain itu, karakteristik kredit yang diduga berpengaruh terhadap pengembalian
KUR terdiri dari frekuensi peminjaman kredit, agunan, nilai plafon kredit debitur, kewajiban per bulan, dan jangka waktu pengembalian.
6.2.2.1 Karakteristik Individu Responden
Seluruh responden dari masing-masing kategori kelancaran pengembalian kredit KUR diidentifikasi karakteristik individu berdasarkan usia, jenis kelamin,
tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, dan waktu tempuh dari tempat tinggal ke BRI, sebagai berikut :
a Usia
Usia mempengaruhi kematangan berpikir dan kebijakan serta sikap seseorang dalam mengambil keputusan dan bertindak, karena dianggap dengan
semakin bertambahnya usia biasanya pengalaman hidup semakin banyak dalam memecahkan suatu permasalahan. Peningkatan usia juga dapat meningkatkan
pengalaman dalam mengelola dan menjalankan usaha, sehingga dapat menjamin keberhasilan usaha yang dijalankan. Pada tingkatan usia yang tinggi dianggap
memiliki tanggungjawab jawab yang besar khususnya dalam melunasi pinjaman di bank. Usia responden pada penelitian ini berada pada kisaran 22 tahun hingga
51 tahun. Jumlah dan proporsi responden debitur lancar dan menunggak KUR BRI Unit Cibinong menurut usia, dapat dilihat pada Tabel 26.
Tabel 26. Jumlah dan Proporsi Responden Debitur Lancar dan Menunggak KUR
BRI Unit Cibinong menurut Usia
Usia Tahun
Jumlah Responden untuk Pengembalian: Total
Lancar Menunggak
Resp Orang
Proporsi Resp
Orang Proporsi
Resp Orang
Proporsi 22 - 25
3 6
- -
3 6
26-36 12
24 -
- 12
24 37-47
28 56
4 8
32 64
48 - 51 2
4 1
2 3
6 Total
45 90
5 10
50 100
118 Berdasarkan Tabel 26, diketahui bahwa mayoritas responden berada pada
kisaran usia antara 37 hingga 47 tahun yaitu mencapai 64 persen dari jumlah keseluruhan responden debitur KUR. Namun, pada kisaran usia tersebut, proporsi
responden menunggak juga lebih besar dibandingkan dengan kisaran usia lainnya. Oleh karena itu, perlu dilakukan pembinaan dan pengawasan KUR yang lebih
intensif dan sikap prudent kehati-hatian pada kelompok usia tersebut dengan, karena memungkinkan adanya peluang tunggakan yang lebih tinggi. Berdasarkan
hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa usia produktif juga memungkinkan bagi debitur untuk lebih berani melakukan penunggakan dalam pembayaran
pinjaman dibandingkan usia lainnya. Namun, dapat diketahui bahwa pada kisaran usia di atas 48 tahun juga memiliki peluang terjadinya tunggakan dalam
pengembalian KUR, namun proporsinya lebih kecil dibandingkan usia 37 47
tahun usia produktif. Artinya, perbedaan usia debitur responden KUR dapat mempengaruhi tingkat pengembalian KUR.
b Jenis Kelamin
Pada umumnya, wanita lebih mengedepankan perasaan daripada pikiran dalam melakukan tindakan maupun membuat keputusan, namun pria sebaliknya.
Diduga bahwa perilaku pengembalian KUR baik lancar maupun menunggak berkaitan dengan perbedaan gender. Jenis kelamin diduga berpengaruh terhadap
kelancaran pengembalian kredit. Lubis AM 2009 melalui penelitiannya mengungkapkan bahwa debitur wanita berpeluang lebih besar melakukan
penunggakan dalam mengembalikan kredit dibandingkan debitur pria. Berbeda halnya dengan hasil penelitian Agustania VI 2009, mengungkapkan bahwa
karakteristik debitur yang mampu mengembalikan kredit dengan baik dan menunggak tidak dapat dibedakan oleh jenis kelamin. Jumlah dan proporsi
responden debitur lancar dan menunggak KUR BRI Unit Cibinong menurut jenis kelamin, dapat dilihat pada Tabel 27.
119
Tabel 27. Jumlah dan Proporsi Responden Debitur Lancar dan Menunggak KUR
BRI Unit Cibinong menurut Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Jumlah Responden untuk Pengembalian:
Total Lancar
Menunggak Resp
Orang Proporsi
Resp Orang
Proporsi Resp
Orang Proporsi
Pria 25
50 3
6 28
56 Wanita
20 40
2 4
22 44
Total 45
90 5
10 50
100
Berdasarkan Tabel 27, dapat diketahui bahwa jenis kelamin responden secara keseluruhan didominasi oleh pria dengan proporsi sebesar 56 persen dan
wanita dengan proporsi sebesar 44 persen. Proporsi debitur pria lebih besar dibandingkan debitur wanita dalam mengembalikan KUR secara lancar yaitu 50
persen. Begitu juga dalam melakukan tunggakan KUR yaitu sebesar enam persen proporsi debitur pria lebih besar dibandingkan debitur wanita. Namun, proporsi
dalam melakukan tunggakan KUR tersebut tidak jauh berbeda dengan proporsi debitur wanita yaitu empat persen. Artinya, bahwa karakteristik debitur yang
mampu mengembalikan kredit dengan baik ataupun menunggak tidak dapat dibedakan oleh jenis kelamin.
c Tingkat Pendidikan
Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka semakin luas kemampuan dalam mengaktualkan potensi dirinya dalam mengelola usaha serta
mengembangkannya. Selain itu, pada umumnya semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka akan semakin lebih berdisiplin dan bertanggung
jawab dalam menjalankan kewajibannya. Adapun
kaitannya antara
tingkat pendidikan seseorang dengan
pengembalian kredit, semakin tinggi tingkat pendidikan debitur maka diharapkan semakin besar juga rasa tanggungjawabnya untuk mengembalikan kredit dengan
lancar, dengan memenuhi kewajiban angsuran pinjaman baik pokok pinjaman beserta bunganya sebelum batas waktu jatuh tempo. Tingkat pendidikan
responden debitur KUR berkisar antara lulusan SD jenjang pendidikan paling rendah hingga SarjanaS1 jenjang pendidikan paling tinggi. Jumlah dan
proporsi responden debitur lancar dan menunggak KUR BRI Unit Cibinong menurut tingkat pendidikan, dapat dilihat pada Tabel 28.
120
Tabel 28. Jumlah dan Proporsi Responden Debitur Lancar dan Menunggak KUR
BRI Unit Cibinong menurut Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendidikan
Jumlah Responden untuk Pengembalian: Total
Lancar Menunggak
Resp Orang
Proporsi Resp
Orang Proporsi
Resp Orang
Proporsi SD
5 10
1 2
6 12
SMP 11
22 4
8 15
30 SMA
28 56
- -
28 56
Sarjana S1 1
2 -
- 1
2 Total
45 90
5 10
50 100
Pada Tabel 28, dapat dilihat bahwa mayoritas responden debitur KUR pada tingkat pendidikan SMA dengan proporsi terbesar dalam pengembalian
KUR secara lancar yaitu sebesar 56 persen dan tidak ada responden debitur yang melakukan penunggakan dalam pengembalian KUR. Selain itu, pada responden
debitur KUR dengan tingkat pendidikan Sarjana S1 juga tidak terjadi penunggakan dalam pengembalian KUR, walaupun dalam pengembalian kredit
secara lancar pada tingkat pendidikan ini memiliki proporsi terkecil yaitu sebesar 2 persen dari jumlah responden yang ada. Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat
diketahui bahwa pengembalian yang menunggak terjadi pada tingkat pendidikan SMP dan SD dengan proporsi masing-masing yaitu sebesar delapan persen dan
dua persen. Sejak didaulat sebagai Ibu Kota Kabupaten Bogor, Kecamatan Cibinong termasuk wilayah perkotaan dimana penduduknya telah menyadari
pentingnya menempuh pendidikan di perguruan tinggi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pada tingkat pendidikan yang lebih tinggi SMA dan SarjanaS1
dapat mengembalikan KUR secara lancar, sedangkan tingkat pendidikan yang lebih rendah SD dan SMP mempunyai peluang yang lebih besar dalam
melakukan tunggakan dalam pengembalian KUR. Artinya, perbedaan tingkat pendidikan responden debitur KUR mempengaruhi tingkat pengembalian KUR.
d Jumlah Tanggungan Keluarga
Jumlah tanggungan keluarga yang harus dipenuhi dan ditanggung kebutuhan hidupnya oleh seorang kepala keluarga mempengaruhi besarnya
pengeluaran dalam keluarga tersebut. Dengan asumsi, bahwa semakin banyak jumlah tanggungan dalam keluarga secara langsung akan membuat kebutuhan
hidup keluarga tersebut semakin besar sehingga biaya yang dikeluarkan juga akan
121 semakin besar juga pada proporsi dari pendapatan yang harus dibelanjakan untuk
memenuhi kebutuhan tanggungan dalam keluarga. Hal tersebut diduga dapat mengurangi kemampuan seseorang dalam memenuhi kewajiban angsuran
pinjaman baik pokok pinjaman beserta bunganya. Jumlah tanggungan dalam keluarga responden mulai dari satu hingga tujuh orang. Jumlah dan proporsi
responden debitur lancar dan menunggak KUR BRI Unit Cibinong menurut jumlah tanggungan keluarga, dapat dilihat pada Tabel 29.
Tabel 29. Jumlah dan Proporsi Responden Debitur Lancar dan Menunggak KUR
BRI Unit Cibinong menurut Jumlah Tanggungan Keluarga
Jumlah Tanggungan Keluarga
Orang Jumlah Responden untuk Pengembalian:
Total Lancar
Menunggak Resp
Orang Proporsi
Resp Orang
Proporsi Resp
Orang Proporsi
1 5
10 -
- 5
10 2
12 24
- -
12 24
3 17
34 2
4 19
38 4
5 10
3 6
8 16
5 4
8 -
- 4
8 6
1 2
- -
`1 2
7 1
2 -
- 1
2 Total
45 90
5 10
50 100
Berdasarkan Tabel 29, proporsi terbesar dimiliki oleh responden dengan jumlah tanggungan dalam keluarga sebanyak tiga orang yaitu mencapai 38 persen
dari jumlah keseluruhan responden debitur KUR. hal ini mengindikasikan bahwa sebagian besar responden debitur memiliki keluarga kecil karena hanya satu
hingga tiga orang yang harus dibiayai. Proporsi debitur lancar mayoritas pada responden debitur dengan jumlah tanggungan dalam keluarga sebanyak dua
hingga tiga orang, masing-masing sebesar 24 persen dan 34 persen. Selain itu, pada pada jumlah tanggungan sebanyak tiga orang juga terjadi pengembalian
KUR yang menunggak yaitu sekitar empat persen. namun, mayoritas proporsi responden debitur KUR yang menunggak dalam pengembalian KUR dengan
jumlah keluarga sebanyak empat orang. Hal ini dapat mengindikasikan bahwa semakin banyak jumlah tanggungan keluarga dapat mempengaruhi kelancaran
pengembalian KUR. dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perbedaan jumlah tanggungan keluarga responden debitur KUR dapat mempengaruhi
pengembalian KUR secara lancar.
122
e Waktu Tempuh dari Tempat Tinggal ke BRI
Secara administratif, penyaluran KUR didasarkan pada wilayah kerja masing-masing BRI Unit yang telah ditetapkan oleh Kantor Cabang. Wilayah
kerja BRI Unit Cibinong melingkupi kecamatan Cibinong. Batasan wilayah ini seringkali menjadi salah satu kendala bagi para nasabah dalam menerima fasilitas
KUR dari suatu wilayah unit kerja BRI. Seorang nasabah dan atau calon nasabahharus mengajukan pinjaman KUR kepada BRI Unit yang wilayah
kerjanya mencakup tempat tinggal nasabah. Waktu tempuh dari tempat tinggal responden ke BRI diduga berpengaruh terhadap pengembalian KUR. Jumlah dan
proporsi responden debitur lancar dan menunggak KUR BRI Unit Cibinong menurut waktu tempuh tempat tinggal ke BRI, dapat dilihat pada Tabel 30.
Tabel 30. Jumlah dan Proporsi Responden Debitur Lancar dan Menunggak KUR
BRI Unit Cibinong menurut Waktu Tempuh Tempat Tinggal ke BRI
Waktu Tempuh dari Tempat Tinggal ke
BRI Menit Jumlah Responden untuk Pengembalian:
Total Lancar
Menunggak Resp
Orang Proporsi
Resp Orang
Proporsi Resp
Orang Proporsi
5 - 15 25
50 5
10 30
60 16 - 30
14 28
- -
14 28
31 - 45 6
12 -
- 6
12 Total
45 90
5 10
50 100
Jarak tempat tinggal dengan bank sering kali menjadi kendala bagi kelancaran pengembalian KUR. Diduga bahwa semakin lama waktu yang
ditempuh maka akses terhadap bank relatif lebih sulit. Waktu tempuh responden debitur KUR dari tempat tinggal ke BRI berkisar antara lima hinga 45 menit.
Berdasarkan Tabel 30, mayoritas waktu tempuh responden debitur KUR dari tempat tinggal ke BRI berada pada kisaran lima hingga 15 menit yaitu sebesar 60
persen, selain itu pada kisaran waktu tempuh ini juga terjadi pengembalian yang menunggak sebesar 10 persen dari jumlah keseluruhan responden debitur KUR
yang ada. Namun, dapat diketahui bahwa waktu tempuh responden debitur KUR pada kisaran 16 hingga 45 menit tidak terjadi penunggakan dalam pengembalian
KUR. Permasalahan pengembalian kredit yang timbul akibat waktu tempuh debitur ke BRI yang semakin lama tersebut dapat diatasi dengan memberikan
pengarahan kepada debitur agar melakukan pembayaran di unit kerja BRI terdekat
123 saja. Selain itu juga debitur sudah dapat membayar kewajiban angsuran pinjaman
melalui transfer dengan menggunakan ATM Automatic Transfer Machine terdekat. Oleh karena itu, waktu tempuh debitur KUR ke BRI sudah tidak menjadi
kendala dalam kelancaran pengembalian KUR. Artinya, bahwa perbedaan waktu tempuh debitur KUR ke BRI tidak mempengaruhi kelancaran pengembalian
kredit.
6.2.2.2 Karakteristik Usaha Responden
Seluruh responden dari masing-masing kategori kelancaran pengembalian kredit baik lancar maupun menunggak diidentifikasi berdasarkan karakteristik
usahanya terdiri dari jenis usaha, lama usaha, omzet usaha per bulan, pendapatan bersih per bulan, nilai RPC per bulan dan waktu tempuh lokasi usaha ke BRI,
sebagai berikut:
a Jenis Usaha
Jenis usaha diduga berpengaruh terhadap kelancaran pengembalian KUR karena setiap usaha memiliki risiko yang berbeda-beda sehingga dapat
mempengaruhi usaha dalam menghasilkan keuntungan profit yang dihasilkan, dimana nantinya keuntungan yang diperoleh digunakan dalam membayar
pinjaman. Jenis usaha yang dijalankan para responden berdasarkan komoditas yang diusahakan sangat beragam, maka jenis usaha dikelompokkan menjadi dua
yaitu usaha on farm dan usaha off farm. Usaha on farm memiliki risiko yang lebih tinggi dibandingkan dengan usaha off farm. Oleh karena itu, diharapkan
usaha off farm dapat lebih lancar dalam pengembalian KUR. Hal ini menunjukkan bahwa umumnya usaha off farm memiliki peluang yang besar dalam
pengembalian KUR secara lancar. Jumlah dan proporsi responden debitur lancar dan menunggak KUR BRI Unit Cibinong menurut jenis usaha, dapat dilihat pada
Tabel 31.
124
Tabel 31.
Jumlah dan Proporsi Responden Debitur Lancar dan Menunggak KUR BRI Unit Cibinong menurut Jenis Usaha
Jenis Usaha Jumlah Responden untuk Pengembalian:
Total Lancar
Menunggak Resp
Orang Proporsi
Resp Orang
Proporsi Resp
Orang Proporsi
On farm 3
6 -
- 3
6 Off farm
42 84
5 10
47 94
Total 45
90 5
10 50
100
Berdasarkan Tabel 31, diketahui bahwa jenis usaha responden secara keseluruhan mayoritas bergerak pada usaha off farm dengan proporsi sebesar 94
persen dari jumlah keseluruhan responden debitur KUR dan sisanya adalah responden debitur KUR yang bergerak pada usaha on farm. Namuan, responden
debitur KUR pada usaha on farm seluruhnya dapat mengembalikan KUR secara lancar atau tidak ada yang menunggak dalam pengembalian KUR. Dalam
pengembalian yang menunggak terjadi pada responden debitur KUR yang bergerak dalam usaha off farm dengan proporsi sebesar 10 persen dari jumlah
keseluruhan responden debitur KUR. Hal ini tidak sesuai dengan prediksi sebelumnya yang menyatakan bahwa usaha on farm memiliki risiko yang lebih
tinggi dibandingkan dengan usaha off farm, sehingga usaha off farm memiliki peluang yang besar dalam pengembalian KUR secara lancar.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa perbedaan jenis usaha responden debitur KUR ternyata mempengaruhi kelancaran pengembalian KUR.
Dapat disimpulkan, bahwa setiap jenis usaha memiliki peluang yang sama dalam mengembalikan pinjaman dari bank. Namun, perlu diketahui bagaimana tingkat
pengembalian KUR berdasarkan jenis usaha dan komoditas yang diusahakan. Jenis usaha responden secara keseluruhan didominasi oleh usaha di bidang
makanan dan minuman yaitu sebesar 32 persen. Jumlah dan proporsi responden debitur KUR BRI Unit Cibinong menurut komoditas yang diusahakan, dapat
dilihat pada Tabel 32.
125
Tabel 32. Jumlah dan Proporsi Responden Debitur KUR BRI Unit Cibinong
menurut Komoditas yang Diusahakan
Jenis Usaha Jumlah Responden untuk Pengembalian:
Total Lancar
Menunggak Resp
Orang Proporsi
Resp Orang
Proporsi Resp
Orang Proporsi
Tanaman Hias 1
2 -
- 1
2 Pembesaran Ikan
Konsumsi 2
4 -
- 2
4 Sembako
11 22
2 4
13 26
Kelontong 3
6 -
- 3
6 Makanan Minuman
16 32
- -
16 32
Jamu gendong 2
4 -
- 2
4 Sayur-sayuran
5 10
1 2
6 12
Buah-buahan 1
2 2
4 3
6 Daging sapi
1 2
- -
1 2
Ayam Potong 2
4 -
- 2
4 Pakan Ternak
1 2
- -
1 2
Total 45
90 5
10 50
100
Berdasarkan hasil penelitian terhadap responden debitur KUR khususnya yang bergerak di bidang agribisnis, dapat diketahui bahwa usaha yang bergerak di
bidang usaha off farm perdagangan dengan komoditas yang diusahakan seperti sembako, sayuran, dan buah-buahan memiliki peluang yang besar terjadinya
penunggakan dalam pengembalian KUR, dapat dilihat pada Tabel 32. Permasalahan dalam pengembalian KUR yang timbul akibat jenis usaha debitur
yang berisiko tinggi dapat diatasi dengan memberikan pengarahan, pembinaan, serta pengawasan kepada debitur agar dapat meningkatkan cadangan dana yang
diperoleh dari keuntungan yang diperoleh. Dengan demikian debitur dapat membayar kewajiban-kewajiban usaha yang tidak dapat ditangguhkan pada saat
usaha mengalami risiko yang besar atau pada saat mengalami kerugian, sehingga tidak terjadi penunggakan pembayaran kredit KUR.
b Lama Usaha
Permasalahan pengembalian kredit yang timbul akibat usaha yang masih terlalu muda biasanya disebabkan oleh kurangnya pengalaman dalam mengelola
modal usaha khususnya yang berasal dari bank. Semakin lama pengalaman seseorang dalam menjalankan usaha maka kemampuannya dalam mengelola dan
mengembangkan usahanya semakin baik. Lama usaha juga dapat mencerminkan kemapanan dalam bidang usaha yang ditekuni. Dengan harapan bahwa semakin
126 lama seorang debitur dalam menjalankan usaha yang produktif maka akan diikuti
oleh peluang keberhasilan usaha yang akan semakin besar sehingga secara tidak langsung dapat menjamin kemampuan debitur dalam pengembalian kredit secara
lancar. Berdasarkan hasil penelitian ini, dikatehui bahwa lama usaha yang telah dijalankan oleh responden debitut KUR berkisar antara dua hingga 32 tahun.
Jumlah dan proporsi responden debitur lancar dan menunggak KUR BRI Unit Cibinong menurut lama usaha, dapat dilihat pada Tabel 33.
Tabel 33. Jumlah dan Proporsi Responden Debitur Lancar dan Menunggak
KUR BRI Unit Cibinong menurut Lama Usaha
Lama Usaha Tahun
Jumlah Responden untuk Pengembalian: Total
Lancar Menunggak
Resp Orang
Proporsi Resp
Orang Proporsi
Resp Orang
Proporsi 1
5 25
50 1
2 26
52 6
10 14
28 1
2 15
30 11
15 2
4 2
4 4
8 16 - 32
4 8
1 2
5 10
Total 45
90 5
10 50
100
Perlu diingat, bahwa KUR hanya mensyaratkan usia usaha lama usaha berjalan minimal satu tahun. Hal ini merupakan salah satu persyaratan yang
wajib dipenuhi oleh calon debitur KUR agar dapat memperoleh pinjaman KUR. berdasarkan Tabel 33, dapat diketahui bahwa proporsi terbesar dimiliki oleh
responden dengan lama usaha satu sampai lima tahun yaitu mencapai 52 persen. Selain itu, pada kisaran lama usaha berjalan satu hingga lima tahun ini memiliki
proporsi terbesar terhadap kelancaran pengembalian KUR yaitu sebesar 50 persen dari jumlah keseluruhan responden debitur KUR. Bila ditinjau dari tingkat
pengembalian yang menunggak, menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan pengaruh yang diberikan pada setiap lamanya usaha berjalan pada setiap tingkat
pengembalian yang menunggak tidak lancar. Namun, pihak BRI Unit Cibinong harus tetap waspada terhadap penyaluran KUR kepada usaha yang telah berjalan
dalam waktu yang lama usaha yang sudah tua, karena tidak dapat menjamin dalam kelancaran pengembalian KUR nantinya. Sebaliknya, pada usia usaha yang
lebih muda satu hingga lima tahun, dapat mengembalikan secara lancar.
127
c Omzet Usaha Per Bulan
Omzet usaha merupakan suatu sumber pemenuhan kebutuhan hidup bagi para pelaku usaha. Diduga bahwa semakin tinggi tingkat pendapatan usaha
seseorang maka akan semakin tinggi pula kemampuannya dalam membiayai kebutuhan hidup sehari-hari. Dengan demikian pendapatan seseorang berkorelasi
positif dengan tingkat kemakmurannya. Kaitannya dengan pengembalian kredit, dimana pendapatan usaha seorang debitur dapat mencerminkan kemampuannya
dalam memenuhi kewajiban pengembalian kredit. Semakin besar pendapatan usaha debitur maka kemampuannya dalam membayar kewajiban anguran baik
pokok pinjaman beserta bunganya dapat terlunasi, sehingga pengembalian pinjaman secara lancar dapat terjamin. Omzet usaha per bulan responden debitur
KUR yang menjadi responden dalam penelitian ini berkisar antar Rp 700.000,- per bulan nilai terendah hingga Rp 30.000.000 per bulan nilai tertinggi. Jumlah
dan proporsi responden debitur lancar dan menunggak KUR BRI Unit Cibinong menurut omzet usaha per bulan, dapat dilihat pada Tabel 34.
Tabel 34. Jumlah dan Proporsi Responden Debitur Lancar dan Menunggak
KUR BRI Unit Cibinong menurut Omzet Usaha Per Bulan
Omzet Usaha Per Bulan
Rp Jumlah Responden untuk Pengembalian:
Total Lancar
Menunggak Resp
Orang Proporsi
Resp Orang
Proporsi Resp
Orang Proporsi
700.000 - 1.000.000 2
4 3
6 5
10 1.000.001 - 1.500.000
13 26
1 2
14 28
1.500.001- 2.000.000 6
12 6
12 2.000.001 - 2.500.000
9 18
9 18
2.500.001 15
30 1
2 16
32 Total
45 90
5 10
50 100
Berdasarkan Tabel 34, terlihat bahwa mayoritas atau sebagian besar responden cenderung memiliki omzet di atas Rp 2.500.000,-. Namun, terdapat
perbedaan antara responden debitur yang lancar maupun menunggak dalam pengembalian KUR, dimana responden debitur KUR yang menunggak memiliki
omzet usaha per bulan tidak lebih dari Rp 1.500.000,-, sementara pada sebagian responden debitur KUR yang lancar dalam pengembaliannya memiliki omzet
usaha lebih dari Rp 1.500.000,- per bulan. Hal ini mengindikasikan bahwa, responden yang dapat mengembalikan kredit KUR dengan lancar adalah yang
128 memiliki omzet usaha yang lebih besar, sedangkan responden yang memiliki
omzet usaha yang lebih rendah memiliki peluang untuk menunggak dalam pengembalian KUR. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa karakteristik
debitur yang mampu mengembalikan kredit dengan lancar dan menunggak dapat dibedakan berdasarkan besarnya omzet usaha per bulannya.
d Nilai RPC Per Bulan
RPC adalah kapasitas pengembalian kredit yang dimiliki oleh debitur akan nilainya maksimal 75 persen dari penghasilan bersih per bulan. Dengan demikian,
nilai RPC diduga berpengaruh positif terhadap kelancaran pengembalian kredit KUR. Artinya, bahwa semakin tinggi nilai RPC seorang debitur maka diharapkan
debitur tersebut semakin lancar dalam mengembalikan kredit. Permasalahan pengembalian kredit yang timbul akibat nilai RPC per bulan yang rendah dapat
diatasi dengan memberikan pengarahan, pembinaan dan pengawasan kepada debitur agar dapat meningkatkan omzet usaha per bulannya atau dengan
menghemat meminimalkan pengeluaran rumah tangga yang bersifat konsumtif sehingga dapat meningkatkan nilai pendapatan bersih per bulan. Dengan
demikian, diharapkan penunggakan pembayaran kredit KUR di BRI Unit Cibinong dapat ditekan. Nilai RPC responden debitur KUR BRI Unit Cibinong
berkisar antara Rp 525.000,- hingga Rp 22.500.000,-. Jumlah dan proporsi responden debitur lancar dan menunggak KUR BRI Unit Cibinong menurut nilai
RPC per bulan, dapat dilihat pada Tabel 35.
Tabel 35. Jumlah dan Proporsi Responden Debitur Lancar dan Menunggak KUR
BRI Unit Cibinong menurut Nilai RPC Per Bulan
Nilai RPC Per Bulan Rp
Jumlah Responden untuk Pengembalian: Total
Lancar Menunggak
Resp Orang
Proporsi Resp
Orang Proporsi
Resp Orang
Proporsi 525.000 - 1.000.000
8 16
4 8
12 24
1.000.001 1.500.000
16 32
- -
16 32
1.500.001 2.000.000
8 16
- -
8 16
2.000.001 2.500.000
3 6
- -
3 6
2.5000.001 3.000.000
4 8
- -
4 8
3.000.001 22.500.000
6 12
1 2
7 14
Total 45
90 5
10 50
100
129 Proporsi terbesar dimiliki oleh responden dengan nilai RPC pada kisaran
Rp 1.000.000,- hingga Rp 1.500.000,- per bulan, pada kisaran tersebut tidak terdapat responden debitur KUR yang menunggak. Mayoritas penunggakan
pembayaran pinjaman KUR, terjadi pada responden debitur KUR yang memiliki nilai RPC di bawah Rp 1.000.000,- per bulan Tabel 35. Hal ini mengindikasikan
bahwa responden debitur KUR yang memiliki nilai RPC per bulan yang lebih rendah memiliki peluang terjadinya penunggakan dalam pengembalian pinjaman
KUR, sedangkan responden yang memiliki nilai RPC per bulan yang lebih besar dapat mengembalikan pinjaman KUR secara lancar. Artinya, perbedaan nilai RPC
debitur per bulannya mempengaruhi kelancaran pengembalian kredit KUR.
e Waktu Tempuh Lokasi Usaha ke BRI
Waktu tempuh dari lokasi usaha reponden ke BRI diduga berpengaruh negatif terhadap kelancaran pengembalian KUR. Diduga semakin lama waktu
yang ditempuh responden dari lokasi usaha ke BRI dapat mempengaruhi kelancaran pengembalian KUR. Waktu tempuh dari lokasi usaha reponden ke BRI
berada pada kisaran lima menit paling cepat hingga 45 menit paling lama. Jumlah dan proporsi responden debitur lancar dan menunggak KUR BRI Unit
Cibinong menurut waktu tempuh dari lokasi usaha reponden ke BRI, dapat dilihat pada Tabel 36.
Tabel 36. Jumlah dan Proporsi Responden Debitur Lancar dan Menunggak KUR
BRI Unit Cibinong menurut Waktu Tempuh Lokasi Usaha ke BRI
Waktu Tempuh Lokasi Usaha ke BRI
menit Jumlah Responden untuk Pengembalian:
Total Lancar
Menunggak Resp
Orang Proporsi
Resp Orang
Proporsi Resp
Orang Proporsi
1-15 26
52 5
10 31
62 16-30
14 28
- -
14 28
30 5
10 -
- 5
10 Total
45 90
5 10
50 100
130 Berdasarkan Tabel 36, proporsi terbesar dimiliki oleh responden dengan
waktu tempuh dari lokasi usaha reponden ke BRI pada kisaran satu hingga 15 menit yaitu sebesar 62 persen. Pada kisaran waktu tempuh dari lokasi usaha ke
BRI tersebut mayoritas responden debitur KUR menunggak dalam pengembalian kreditnya. Namun sebaliknya, pada waktu tempuh dari lokasi usaha ke BRI lebih
dari 15 menit dapat mengembalikan kredit KUR secara lancarResponden debitur KUR yang memiliki waktu tempuh dari lokasi usaha reponden yang dekat dengan
BRI satu hingga 15 menit, juga dapat memiliki peluang terjadinya penunggakan dalam pengembalian pinjaman KUR. Sedangkan waktu tempuh dari lokasi usaha
ke BRI yang dapat dikatakan jauh lebih dari 15 menit tidak menjadi kendala dalam pengembalian kredit KUR secara lancar. Hal ini tidak sesuai dengan
hipotesis sebelumnya. Artinya, perbedaan waktu tempuh dari lokasi usaha reponden ke BRI tidak mempengaruhi kelancaran pengembalian kredit KUR.
6.2.2.3 Karakteristik Kredit Responden
Seluruh responden dari masing-masing kategori kelancaran pengembalian kredit baik lancar maupun menunggak diidentifikasi berdasarkan karakteristik
kreditnya terdiri dari frekuensi peminjaman kredit, nilai agunan, nilai plafon kredit debitur, kewajiban per bulan, dan jangka waktu pengembalian, sebagai
berikut:
a Frekuensi Peminjaman Kredit
Frekuensi peminjaman kredit mengindikasikan bahwa semakin sering meminjam maka debitur akan lebih memahami bagaimanakah pola kredit yang
diambil dan bagaimana menggunakannya. Selain itu, semakin sering debitur tersebut meminjam artinya semakin sering debitur tersebut dapat melunasi
pinjamannya, sehingga peluang mengembalikan kredit KUR berikutnya dengan lancar akan lebih besar. Oleh karena itu, frekuensi peminjaman kredit diduga
berpengaruh positif terhadap kelancaran pengembalian kredit.
Frekuensi peminjaman kredit responden debitur KUR BRI Unit Cibinong berkisar mulai dari
satu hingga 10 kali. Jumlah dan proporsi responden debitur lancar dan menunggak KUR BRI Unit Cibinong menurut frekuensi peminjaman kredit, dapat dilihat pada
Tabel 37.
131
Tabel 37. Jumlah dan Proporsi Responden Debitur Lancar dan Menunggak KUR
BRI Unit Cibinong menurut Frekuensi Peminjaman Kredit
Frekuensi Peminjaman Kredit
Kali Jumlah Responden untuk Pengembalian:
Total Lancar
Menunggak Resp
Orang Proporsi
Resp Orang
Proporsi Resp
Orang Proporsi
1 20
40 4
8 24
48 2
18 36
1 2
19 38
3-4 4
8 4
8 5
3 6
3 6
Total 45
90 5
10 50
100
Berdasarkan Tabel 37, diketahui bahwa proporsi terbesar dimiliki oleh responden dengan frekuensi peminjaman kredit KUR satu kali yaitu mencapai 48
persen, namun proporsi ini tidak berbeda jauh dengan responden yang melakukan frekuensi peminjaman kredit KUR sebanyak dua kali yaitu sebesar 38 persen dari
jumlah responden debitur KUR yang ada. Sebagian besar pengusaha mikro yang merupakan debitur KUR BRI Unit Cibinong merupakan pengusaha yang selama
ini merupakan usaha yang feasible namun belum bankable, artinya disini adalah usaha yang layak tetapi tidak memiliki agunan yang sesuai bagi bank. Oleh karena
itu, KUR merupakan kredit perdana bagi mereka untuk memperoleh tambahan modal usaha.
Pengembalian yang menunggak terjadi pada responden yang memiliki frekuensi peminjaman kredit KUR satu hingga dua kali, sedangkan pada
responden dengan frekuensi peminjaman kredit KUR lebih dari tiga kali tidak melakukan penunggakan dalam pengembalian atau dapat dikatakan pengembalian
kredit KUR dilakukan secara lancar. Dengan demikian, sesuai dengan prediksi sebelumnya bahwa semakin sering meminjam maka peluang mengembalikan
kredit KUR berikutnya dengan lancar akan lebih besar. Hal ini terkait dengan kepercayan bank BRI Unit Cibinong dalam merealisasikan kembali kredit KUR
kepada debitur KUR tersebut, dengan pertimbangan bahwa debitur lama tersebut dapat mengembalikan kredit KUR nya secara lancar hingga pelunasan. Untuk itu,
dapat disimpulkan bahwa frekuensi peminjaman kredit dapat mempengaruhi kelancaran pengembalian kredit KUR.
132
b Agunan
Agunan merupakan jaminan tambahan yang disertakan oleh calon debitur ketika akan melakukan pinjaman di bank. Diduga bahwa semakin tinggi nilai
agunan maka rasa memiliki debitur terhadap agunan tersebut akan semakin besar sehingga akan timbul rasa bertanggung jawab yang tinggi akan pengembalian
pinjaman kredit tersebut. Perlu diketahui bahwa agunan dapat berpindah status kepemilikannya kepada bank jika pengembalian pinjamannya tidak lancar
menunggak. Hal ini mendorong debitur untuk dapat mengembalikan kredit dengan lancar sebelum tanggal jatuh tempo, sehingga agunan kredit berpengaruh
positif terhadap kelancaran pengembalian kredit. Jumlah dan proporsi responden debitur lancar dan menunggak KUR BRI Unit Cibinong menurut agunan, dapat
dilihat pada Tabel 38.
Tabel 38. Jumlah dan Proporsi Responden Debitur Lancar dan Menunggak KUR
BRI Unit Cibinong menurut Agunan
Agunan Jumlah Responden untuk Pengembalian:
Total Lancar
Menunggak
Resp Orang
Proporsi
Resp Orang
Proporsi
Resp Orang
Proporsi Tanpa Agunan
13 26
3 6
16 32
Ada Agunan 32
64 2
4 34
68 Total
45 90
5 10
50 100
Perlu diingat bahwa, agunan debitur untuk meminjam penyaluran KUR terdiri atas agunan pokok dan agunan tambahan. Agunan pokok berupa usaha atau
tempat usaha yang dibiayai dimana cashflow-nya dinyatakan layak oleh pihak bank, sedangkan agunan tambahan ini tidak wajib dipenuhi hanya saja digunakan
untuk meng-cover pinjaman apabila nantinya terjadi penunggakan pengembalian pinjaman. Berdasarkan Tabel 38, juga dapat dilihat bahwa mayoritas responden
debitur KUR menyertakan agunan tambahan untuk dapat memperoleh kredit KUR yaitu sebesar 68 persen. Selain itu, peluang terjadinya penunggakkan dalam
pengembalian kredit KUR pada responden yang menyertakan agunan tambahan lebih kecil dibandingkan dengan tanpa agunan. Namun, BRI Unit Cibinong harus
lebih berhati-hati dalam memaknai besar nilai agunan debitur karena nilai agunan yang tinggi ternyata tetap memiliki potensi tidak lancarnya menunggak dalam
pengembalian kredit KUR.
133
c Nilai Plafon Kredit
Nilai plafon kredit adalah jumlah kredit yang diberikan bank sebagai kreditur kepada debitur dalam mata uang rupiah. Nilai plafon kredit diduga
berpengaruh negatif terhadap kelancaran pengembalian kredit KUR karena semakin besar nilai plafon yang diterima akan memperbesar beban angsuran dan
bunga yang harus dibayarkan setiap bulannya sehingga dapat menurunkan peluang pengembalian kredit KUR secara lancar. Adapun batras maksimum
pinjaman Kredit Usaha Rakyat KUR di BRI Unit Cibinong yaitu maksimal 20 juta rupiah.
Besarnya jumlah pinjaman yang diberikan oleh pihak bank hingga batas maksimum tersebut tergantung dari jumlah permintaan dan penilaian terhadap
kemampuan pembayaran oleh debitur tersebut. Jumlah dan proporsi responden debitur lancar dan menunggak KUR BRI Unit Cibinong menurut nilai plafon
kredit, dapat dilihat pada Tabel 39.
Tabel 39. Jumlah dan Proporsi Responden Debitur Lancar dan Menunggak KUR
BRI Unit Cibinong menurut Nilai Plafon Kredit
Nilai Plafon Kredit Rp
Jumlah Responden untuk Pengembalian: Total
Lancar Menunggak
Resp Orang
Proporsi Resp
Orang Proporsi
Resp Orang
Proporsi 2.000.000
2 4
- -
2 4
2.000.001 5.000.000
29 58
4 8
33 66
5.000.001 10.000.000
11 22
1 2
12 24
10.000.001 20.000.000
3 6
- -
3 6
Total 45
90 5
10 50
100
Nilai plafon kredit debitur KUR responden berkisar antara dua juta hingga 20 juta rupiah. Proporsi tersebut mengindikasikan bahwa BRI Unit Cibinong
mengejar target realisasi KUR dengan menyalurkan kredit tersebut dengan memberikan plafon yang cukup besar. Proporsi terbesar dimiliki oleh responden
dengan nilai plafon kredit di atas dua juta hinga lima juta rupiah yaitu sebesar 66 persen dari jumlah keseluruhan responden debitur KUR. Namun, dalam hal
pengembalian KUR pada kisaran nilai plafon kredit tersebut
mampu mengembalikan kredit KUR secara lancar namun juga memiliki peluang dalam
pengembalian kredit KUR yang menunggak. Artinya, bahwa nilai plafon kredit KUR tidak sepenuhnya mampu mempengaruhi kelancaran pengembalian kredit
134 KUR sehingga tidak tepat jika dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam
menentukan debitur yang lancar atau tidak lancar menunggak.
d Kewajiban Per Bulan
Kewajiban per bulan adalah besar angsuran dan bunga kredit yang harus dibayarkan debitur setiap bulannya selama jangka waktu pengembalian.
Kewajiban tersebut
diduga berpengaruh
negatif terhadap
kelancaran pengembalian kredit, karena diduga semakin besar kewajiban per bulannya maka
semakin sulit bagi debitur untuk membayar kewajiban tersebut. Kewajiban per bulan yang harus dibayarkan oleh responden berkisar antara Rp 187.167,- hingga
Rp 1.866.665,-. Jumlah dan proporsi responden debitur lancar dan menunggak KUR BRI Unit Cibinong menurut kewajiban per bulan, dapat dilihat pada Tabel
40.
Tabel 40. Jumlah dan Proporsi Responden Debitur Lancar dan Menunggak KUR
BRI Unit Cibinong menurut Kewajiban Per Bulan
Kewajiban per Bulan
Rp Jumlah Responden untuk Pengembalian:
Total Lancar
Menunggak Resp
Orang Proporsi
Resp Orang
Proporsi Resp
Orang Proporsi
187.167 - 200.000 2
4 -
- 2
4 200.001 - 500.000
32 64
4 8
36 72
500.001 1.000.000
9 18
1 2
10 20
1.000.001 1.866.665
2 4
- -
2 4
Total 45
90 5
10 50
100
Berdasarkan Tabel 40, dapat diketahui proporsi terbesar dimiliki oleh responden dengan kewajiban per bulan yang berkisar antara lebih dari dua ratus
sampai lima ratus ribu rupiah. Namun proporsi terbesar debitur lancar maupun menunggak dalam pengembaliannya berada pada kisaran kewajiban per bulan
tersebut, sedangkan responden debitur KUR yang memiliki kewajiban per bulan yang lebih tinggi di atas satu juta rupiah dapat mengembalikan pinjaman kredit
KUR secara lancar dan tidak ada yang menunggak. Hal ini tidak sesuai dengan prediksi sebelumnya, dimana peningkatan kisaran kewajiban per bulan seharusnya
menurunkan proporsi debitur lancar atau meningkatkan proporsi menunggak. Disimpulkan bahwa tingginya kewajiban per bulan ternyata tidak menjadi
hambatan bagi debitur untuk melunasi kewajiban per bulan angsuran kredit.
135
e Jangka Waktu Pengembalian
Jangka waktu pengembalian kredit merupakan waktu jatuh tempo seorang debitur dalam membayar seluruh nilai pinjaman yang diberikan termasuk di
dalamnya pembayaran pokok pinjaman berserta bunga pinjaman. Jangka waktu pengembalian diduga berpengaruh positif terhadap kelancaran pengembalian
kredit KUR. Diasumsikan, bahwa semakin lama jangka waktu pengembalian kredit maka tanggungan angsuran semakin kecil sehingga beban debitur dalam
pelunasan kredit menjadi lebih ringan dibandingkan dengan jangka waktu yang lebih singkat besar pinjaman yang sama. Jadi, semakin panjang jangka waktu
pelunasan kredit maka semakin berpeluang bagi debitur untuk mengembalikan kredit dengan lancar. Jangka waktu pengembalian kredit responden berkisar
antara 12 bulan satu tahun hingga 36 bulan tiga tahun. Jumlah dan proporsi responden debitur lancar dan menunggak KUR BRI Unit Cibinong menurut
jangka waktu pengembalian, dapat dilihat pada Tabel 41.
Tabel 41. Jumlah dan Proporsi Responden Debitur Lancar dan Menunggak KUR
BRI Unit Cibinong menurut Jangka Waktu Pengembalian
Jangka Waktu Pengembalian
Bulan Jumlah Responden untuk Pengembalian:
Total Lancar
Menunggak Resp
Orang Proporsi
Resp Orang
Proporsi Resp
Orang Proporsi
12 26
52 3
6 29
58 18
6 12
2 4
8 16
24 10
20 -
- 10
20 36
3 6
- -
3 6
Total 45
90 5
10 50
100
Berdasarkan Tabel 41, mayoritas responden debitur KUR memiliki jangka waktu pengembalian selama 12 bulan yaitu sebesar 58 persen, selain itu memiliki
proporsi terbesar dalam tingkat pengembalian pinjaman KUR baik secara lancar maupun menunggak. Namun pada jangka waktu selama 24 bulan hingga 36 bulan,
responden debitur KUR dapat mengembalikan pinjaman kredit KUR secara lancar atau tidak ada yang menunggak. Disimpulkan bahwa perbedaan jangka waktu
pengembalian kredit mempengaruhi kelancaran pengembalian kredit KUR.
4
136
VII ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP REALISASI DAN PENGEMBALIAN KUR PADA
BRI UNIT CIBINONG
7.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Realisasi KUR