162
7.2.12 Agunan
Agunan dapat berpindah status kepemilikannya kepada bank jika pengembalian pinjamannya tidak lancar menunggak. Hal ini mendorong debitur
untuk dapat mengembalikan kredit dengan lancar sebelum tanggal jatuh tempo, sehingga agunan kredit berpengaruh positif terhadap kelancaran pengembalian
kredit. Agunan KUR terdiri dari agunan pokok dan agunan tambahan, namun agunan tambahan ini tidak wajib dipenuhi.
Berdasarkan hasil analisis regresi logistik pada Tabel 43, dapat diketahui bahwa koefisien variabel agunan bernilai positif. Hal ini sesuai dengan hipotesis
penelitian ini, dimana agunan
berpengaruh positif terhadap kelancaran pengembalian KUR-Kupedes. Sebagai variabel dummy, terdiri atas debitur yang
ada agunan D = 1, sedangkan tanpa agunan D = 0. Namun, variabel ini tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kelancaran pengembalian kredit KUR
karena p-value lebih besar dari taraf nyata 10 persen. Kesimpulannya bahwa agunan memberikan pengaruh yang positif namun tidak signifikan terhadap
kelancaran pengembalian KUR. Hal ini sesuai dengan analisis deskriptif sebelumnya bahwa debitur yang
menyertakan agunan tambahan memiliki peluang yang lebih besar dalam pengembalian kredit KUR secara lancar, sedangkan debitur yang tidak
menyertakan agunan tanpa agunan memiliki peluang yang besar dalam menunggak pengembalian kredit KUR.
7.2.13 Nilai Plafon Kredit
Nilai plafon kredit adalah jumlah kredit yang diberikan bank sebagai kreditur kepada debitur dalam mata uang rupiah. Nilai plafon kredit diduga
berpengaruh negatif terhadap kelancaran pengembalian kredit KUR karena semakin besar nilai plafon yang diterima akan memperbesar beban angsuran dan
bunga yang harus dibayarkan setiap bulannya sehingga dapat menurunkan peluang pengembalian kredit KUR secara lancar.
Analisis regresi logistik menghasilkan koefisien variabel nilai plafon kredit yang bernilai negatif, hal ini sesuai dengan hipotesis penelitian ini dimana
nilai plafon kredit berpengaruh negatif terhadap kelancaran pengembalian KUR.
163 Namun, variabel ini tidak signifikan karena p-value lebih besar pada taraf nyata
10 persen. Dengan demikian, dapat diartikan bahwa nilai plafon kredit berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap lancarnya pengembalian KUR.
Variabel nilai plafon kredit memiliki nilai odds ratio sebesar 1,00, artinya bahwa setiap kenaikan nilai plafon kredit satu rupiah akan menyebabkan penurunan
peluang lancarnya pengembalian kredit KUR sebesar satu kali dari sebelum penambahan nilai plafon kredit. Hal ini sesuai dengan analisis deskriptif
sebelumnya, bahwa responden dengan nilai plafon kredit di atas dua juta rupiah memiliki peluang yang besar untuk menunggak pengembalian kredit KUR.
7.2.14 Kewajiban Per Bulan