17
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu Mengenai Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Realisasi Kredit Hasil analisis deksriptif Wangi SP, 2008 memperlihatkan bahwa
semakin besar nilai pengajuan dan waktu pencairan kredit maka persentase kredit yang tidak terealisasi semakin besar. Selain itu, jika semakin besar suku bunga,
jangka waktu peminjaman, nilai jaminan, pengalaman usaha dan pengalaman kredit maka semakin sedikit persentase kredit yang tidak terealisasinya.
Sedangkan analisis inferensia yang telah dilakukan dengan menggunakan analisis regresi linear berganda menunjukkan bahwa meningkatnya nilai pengajuan dan
waktu pencairan kredit maka akan meningkatkan persentase kredit yang tidak terealisasi. Hal ini dapat disebabkan tingginya nilai pengajuan maka risiko
penyaluran kredit akan tinggi dan risiko kemacetan kredit juga tinggi karena kewajibanpembayaran lebih besar dari nilai pengajuan kredit yang lebih sedikit.
Semakin lama waktu pencairan kredit maka mencerminkan adanya persyaratan kredit yang sulit dipenuhi sehingga pihak bank memnadang debitur kurang
bankable dan risiko kredit juga lebih tinggi akibatnya persentase kredit yang tidak terealisasi semakin besar. Wangi SP 2008 meneliti tentang analisis faktor-faktor
yang mempengaruhi realisasi pengajuan kredit di Bank X studi kasus : wilayah Bandung, yaitu dengan menggunakan analisis deskriptif dan analisis inferensia.
Namun, realisasi pengajuan kredit di Bank X cabang Sukabumi setelah diuji dengan menggunakan Korelasi Pearson nilai pengajuan pengaruhnya tidak
signifikan. Analisis deskriptif dan regresi linier berganda juga digunakan oleh
Mulyarto EP 2009 dengan jumlah responden sebanyak 80 debitur. Variabel respon dalam analisis tersebut adalah jumlah realisasi kredit Y dalam satuan
rupiah, sedangkan variabel-variabel prediktornya meliputi X
1
= tingkat pendapatan per bulan rupiah, X
2
= aset keluarga rupiah, X
3
= aset usaha rupiah, X
4
= frekuensipengalaman kali, X
5
= lama usaha tahun, X
6
= modal usaha rupiah dan X
7
= lama pendidikan formal tahun. Hasil analisis menujukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi KUR ada empat
yaitu pendapatan, frekuensi pengambilan kredit, lama usaha dan modal usaha.
18 Sedangkan faktor-faktor lainnya, tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
realisasi KUR. Hal ini menjadi hasil penelitian yang dilakukan oleh Mulyarto EP 2009 tentang faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi KUR melalui studi
kasus pada nasabah BRI Unit Leuwiliang, Cabang Bogor. Hal yang sama dilakukan oleh Lubis AM 2009 dalam penelitiannya
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi dan pengembalian kredit usaha rakyat melalui studi kasus BRI Unit Cibungbulang, semua faktor yang diduga
mempengaruhi realisasi KUR-Kupedes tersebut dianalisis menggunakan analisis Deskriptif dan Regresi. Sampel yang digunakan adalah sama dengan jumlah
populasi yaitu 116 debitur. Analisis terhadap faktor-faktor yang berpengaruh terhadap jumlah realisasi KUR-Kupedes menggunakan model analisis Linier
Berganda, sebagai variabel dependent adalah jumlah realisasi KUR-Kupedes terakhir dan variabel independent diturunkan dari tiga jenis karakteristik nasabah
yaitu karakteristik individu terdiri dari variabel usia, jenis kelamin, dan jumlah tanggungan keluarga, sedangkan karakteristik usaha terdiri dari variabel omzet
usaha per bulan, tingkat pendapatan bersih per bulan, jenis usaha, dan lama usaha, serta karakteristik kredit yang teridiri dari variabel frekuensi peminjaman kredit,
jumlah kredit yang diajukan debitur, dan nilai agunan. Berdasarkan analisis regresi linier berganda, faktor-faktor yang
berpengaruh secara signifikan terhadap realisasi KUR-Kupedes di BRI Unit Cibungbulang adalah omzet usaha per bulan, tingkat pendapatan bersih per bulan
jenis usaha, jumlah kredit yang diajukan, dan nilai agunan. Hasil yang diperoleh dari penelitian Lubis AM 2009 adalah omzet usaha per bulan, tingkat
pendapatan bersih per bulan, jumlah kredit yang diajukan, dan nilai agunan memiliki pengaruh yang positif terhadap realisasi KUR-Kupedes, sedangkan jenis
usaha off farm bernilai 1 memiliki pengaruh yang negatif terhadap besarnya realisasi KUR-Kupedes.
Hidayanto E 2010, dalam penelitiannya tentang faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi kredit usaha rakyat KUR dengan studi kasus usaha
agribisnis di BRI Unit Tongkol. Analisis terhadap faktor-faktor yang berpengaruh terhadap jumlah realiasasi KUR menggunakan model analisis linier berganda.
Sebagai varibel dependent adalah tingkat jumlah realisasi kredit, dan variabel
19 independent diantaranya tingkat pendapatan, frekuensi kredit, lama usaha, modal
usaha, tingkat pendidikan, dan waktu pengembalian kredit. Berdasarkan hasil linier berganda diketahui bahwa variabel yang berpengaruh secara nyata terhadap
realisasi KUR, yaitu tingkat pendapatan, frekuensi kredit, modal usaha, tingkat pendidikan, dan waktu pengembalian kredit.
Suku bunga KUR yang relatif rendah yaitu sebesar 13,5 persen per tahun, membuat KUR menjadi target utama pengusaha kecil di sektor agribisnis guna
pemenuhan kebutuhan modal usahanya. Usaha yang kurang layak ataupun karakter yang kurang baik merupakan sebagian kecil alasan mengapa nasabah
yang mengajukan pinjaman modal tidak dapat memperoleh pencairan pinjaman dari BRI. Berdasarkan pemasalahan tersebut menjadi dasar bagi Hutagaol EIP
2009 untuk melakukan penelitian mengenai Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pencairan Pinjaman Kredit Usaha Rakyat KUR di Sektor
Agribisnis Kasus pada BRI Unit Cigombong-Bogor. Banyaknya jumlah pengajuan KUR tidak sejalan dengan banyaknya
jumlah KUR yang dicairkan. Hal ini disebabkan oleh faktor-faktor yang belum dipenuhi oleh pengusaha sebagai syarat untuk menerima pinjaman KUR,
diantaranya usaha yang belum layak, lokasi yang jauh dari BRI, dan karakter pengusaha merupakan salah satu faktor penting yang dijadikan acuan dalam
pencairan pinjaman. Tunggakan dengan status Dibawah Perhatian Khusus nasabah yang menunggak kurang dari 90 hari. Dengan posisi tunggakan NPL
Non Performing Loan sebesar nol persen menunjukkan bahwa belum terlihat adanya nasabah yang belum membayar angsuran lebih dari 90 hari 3 bulan.
Posisi NPL sangat mempengaruhi putusan pencairan pinjaman KUR, dimana putusan pencairan pinjaman KUR dapat dilakukan selama posisi NPL KUR
kurang dari lima persen. Tingginya proporsi kredit yang diberikan kepada sektor agribisnis
disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya tingginya tingkat kebutuhan masyarakat terhadap kredit untuk memperluas dan mengembangkan skala usaha,
serta penambahan modal usaha ataupun untuk penambahan jumlah komoditi usahanya. Selain itu, dapat juga dipengaruhi oleh kemudahan prosedur yang
diberikan oleh pihak BRI dalam memberikan pinjaman kredit khususnya untuk
20 sektor agribisnis Hutagaol EIP, 2009. Adapun kegiatan usaha yang termasuk
dalam penelitian Hutagaol EIP 2009 adalah budidaya ayam potong, jual beli sayuran, budidaya jagung manis, budidaya singkong, jual beli buah-buahan,
dagang bakso, dan penggilingan mie ayam. Metode penentuan responden yang digunakan dalam penelitian Hutagaol
EIP 2009 adalah metode purposive sampling, dengan menggunakan alat analisis regresi linear berganda. Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi pencairan
kredit adalah 1 lama usaha berjalan tahun, 2 pendapatan bersih rumah tangga per tahunnya dalam Rupiah, 3 tingkat pendidikan nasabah dimana D = 0 ;
tingkat pendidikan SD, D = 1 ; tingkat pendidikan SMP, D = 2 ; tingkat pendidikan SMA, 4 nilai agunan atau jaminan dummy, D = 0 ; tidak ada
agunan, D = 1 ada agunan, 5 lokasi usaha atau jarak dengan BRI Unit Cigombong km, 6 usia nasabah tahun. Berdasarkan hasil analisis regresi
linier berganda diketahui bahwa variabel-variabel yang berpengaruh terhadap pencairan kredit adalah pengalaman usaha, pendapatan rumah tangga dalam
setahun, tingkat pendidikan, ada tidaknya jaminan dan jarak lokasi usaha.
2.2 Penelitian Terdahulu Mengenai Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi