160
7.2.9 Nilai RPC Per Bulan
RPC adalah kapasitas pengembalian kredit yang dimiliki oleh debitur akan nilainya maksimal 75 persen dari penghasilan bersih per bulan. Nilai RPC per
bulan diduga berpengaruh positif terhadap kelancaran pengembalian kredit KUR. Artinya, bahwa semakin tinggi nilai RPC per bulan seorang debitur maka
diharapkan debitur tersebut semakin lancar dalam mengembalikan kredit. Analisis Analisis regresi logistik menghasilkan koefisien variabel nilai
RPC per bulan yang bernilai negatif, hal ini tidak sesuai dengan hipotesis penelitian ini, dimana nilai RPC per bulan berpengaruh positif terhadap
kelancaran pengembalian KUR. Namun, variabel ini tidak signifikan karena p- value lebih besar pada taraf nyata 10 persen. Artinya, bahwa nilai RPC per
bulan berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap lancarnya pengembalian KUR.
Berdasarkan Tabel 43, variabel nilai RPC per bulan memiliki nilai odds ratio sebesar 0.0000434 dapat diartikan bahwa setiap kenaikan nilai RPC per
bulan satu rupiah akan menyebabkan penurunan peluang lancarnya pengembalian kredit KUR sebesar 0.0000434 kali dari sebelum penambahan nilai RPC per
bulan. Artinya, responden yang memiliki nilai RPC per bulan yang lebih besar tidak dapat mengembalikan pinjaman KUR secara lancar.
7.2.10 Waktu Tempuh dari Lokasi Usaha ke BRI
Waktu tempuh dari lokasi usaha ke BRI berpengaruh terhadap pengembalian KUR. Diduga bahwa semakin jauh lokasi usaha atau semakin lama
waktu yang ditempuh dari lokasi usaha ke BRI dapat mempengaruhi kelancaran pengembalian KUR.
Berdasarkan hasil analisis regresi logistik pada Tabel 43, dapat diketahui bahwa koefisien jenis usaha bernilai negatif. Hal ini sesuai dengan hipotesis
penelitian ini, dimana waktu tempuh lokasi usaha ke BRI tersebut berpengaruh negatif terhadap kelancaran pengembalian KUR. Namun pengaruhnya tidak
signifikan karena p-value lebih besar dari taraf nyata 10 persen. Nilai odds ratio sebesar nol dapat diartikan bahwa semakin lama waktu tempuh lokasi usaha
debitur ke BRI maka tidak memiliki peluang untuk mengembalikan kredit KUR
161 secara. Namun, semakin jauh lokasi usaha atau semakin lama waktu yang
ditempuh responden dari lokasi usaha ke BRI maka tidak dapat mengembalikan kredit KUR secara lancar.
7.2.11 Frekuensi Peminjaman Kredit
Semakin sering debitur tersebut meminjam artinya semakin sering debitur tersebut dapat melunasi pinjamannya, sehingga peluang mengembalikan kredit
KUR berikutnya dengan lancar akan lebih besar. Oleh karena itu, frekuensi peminjaman kredit diduga berpengaruh positif terhadap kelancaran pengembalian
kredit. Koefisien variabel frekuensi peminjaman kredit dari hasil regresi logistik
adalah positif, artinya dengan semakin bertambahnya usia debitur maka diharapkan akan semakin besar peluang mengembalikan KUR dengan lancar dan
tidak menunggak. Hasil ini sesuai dengan hipotesis pada penelitian ini, dimana frekuensi
peminjaman kredit berpengaruh positif terhadap kelancaran
pengembalian kredit KUR. Namun, variabel frekuensi peminjaman kredit tidak signifikan karena p-value lebih besar pada taraf nyata 10 persen. Artinya,
bahwa variabel frekuensi peminjaman kredit responden debitur KUR berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap lancarnya pengembalian KUR.
Berdasarkan Tabel 43, variabel frekuensi peminjaman kredit memiliki nilai odds ratio sebesar 27.180.576,28 dapat diartikan bahwa setiap frekuensi
peminjaman kredit satu kali akan menyebabkan kenaikan peluang kelancaran pengembalian kredit KUR sebesar 27.180.576,28 kali dari sebelum penambahan
frekuensi peminjaman kredit. Hal ini sesuai dengan analisis deskriptif sebelumnya pada Tabel 37, dimana frekuensi peminjaman kredit KUR lebih dari dua kali
dapat melakukan pengembalian kredit KUR secara lancar. Artinya, semakin sering meminjam maka peluang mengembalikan kredit KUR berikutnya dengan
lancar akan lebih besar. Hal ini terkait dengan kepercayan bank BRI Unit Cibinong dalam merealisasikan kembali kredit KUR kepada debitur KUR
tersebut.
162
7.2.12 Agunan