43
3.1.5.2 Manfaat Perkreditan Ditinjau dari Sudut Kepentingan Perbankan
Salah satu kegiatan pokok dari perbankan yaitu menerima atau mengumpulkan dana dari masyarakat dalam berbagai bentuk, kemudian
disalurkan kembali ke masyarakat dalam berbagai bentuk perkreditan. Menurut Muljono TP 1987, dalam melaksanakan fungsinya sebagai perantara keuangan
ini Financial Intermidiary bank akan memperoleh berbagai manfaat antara lain: 1. Memperoleh pendapatan bunga kredit, yaitu selisih antara bunga kredit yang
diterima dari para debitur, dikurangi dengan biaya untuk memperoleh dana dari masyarakat dan dikurangi lagi dengan biaya-biaya overhead dalam
mengelola kredit tersebut. 2. Untuk menjaga solvabilitas usahanya
3. Dengan memberikan kredit akan membantu memasarkan jasa-jasa
perbankan yang lain 4. Pemberian kredit untuk mempertahankan dan mengembangkan usahanya
5. Pemberian kredit untuk merebut pasar market share dalam industri perbankan
6. Dengan pemberian kredit akan memungkinkan perbankan untuk mendidik para stafnya untuk mengenal kegiatan-kegiatan industri yang lain secara
mendetail
3.1.6 Kredit Usaha Rakyat KUR
Beberapa tahun terakhir ini pemerintah sangat gencar dalam menghimbau perbankan dalam mengucurkan kredit, terutama kepada UMKM Retnadi D,
2006. Berbagai program telah ditempuh oleh pemerintah, baik secara sendiri maupun bekerja sama dengan BRI. Salah satunya yaitu program KUMLTA
Kredit Usaha Mikro Layak Tanpa Agunan Tambahan, yaitu kredit untuk pengusaha mikro dengan plafon maksimum 50 juta rupiah yang didukung dengan
jaminan kas cash collateral oleh pemerintah sebesar 10 persen dari nilai kredit yang diberikan. KUR merupakan salah satu program pemerintah sebagai fasilitas
pembiayaan yang dapat diakses oleh UMKM terutama yang memiliki usaha yang layak namun belum bankable. Maksudnya adalah usaha tersebut memiliki prospek
bisnis yang baik dan memiliki kemampuan untuk mengembalikan.
44 KUR merupakan program baru pemerintah yang ditujukan untuk
membantu petani dalam aksesibilitas kredit. Program KUR ditetapkan melalui Inpres No. 6 Tahun 2007 tentang kebijakan untuk mempercepat sektor primer dan
pemberdayaan usaha mikro, kecil, dan menengah. Program ini merupakan integrasi dari beberapa program penjaminan yang dilaksanakan oleh beberapa
departemen dan institusi pemerintah lainnya. KUR diinspirasi oleh Program SP-3 yang diluncurkan Departemen Pertanian, yaitu suatu usaha skim kredit yang
dikembangkan melalui kerja sama dengan bank komersil berdasarkan fasilitas layanan jaminan dan berbagi risiko.
Pada Januari 2008, realisasi KUR mencapai 1.397 triliun rupiah melalui enam bank, yaitu Bank BRI, Bank Mandiri, Bank Bukopin, Bank BNI, Bank
BTN, dan Bank Syariah Mandiri. Diharapkan program ini akan meningkat dan berkembang
yang tidak hanya memuaskan konsumennya, namun juga menggunakan strategi, pelaku usaha, dan lembaga perbankan yang sama
7
. Jangka waktu pengembalian kredit KUR dibedakan atas dua, yaitu kredit
investasi dan kredit modal kerja. Jangka waktu pengembalian untuk modal kerja maksimum 3 tahun dan 5 tahun untuk investasi. Jangka waktu pengembalian
kredit bagi debitur dapat dibedakan menjadi tiga tergantung kesepakatannya diantaranya :
1. Kredit jangka pendek yang berjangka waktu satu tahun 2. Kredit jangka menengah yang berjangka waktu antara 1-3 tahun
3. Kredit jangka panjang yang berjangka waktu lebih dari tiga tahun KUR diimplementasikan untuk mendorong sektor riil. Namun, program ini
masih belum berjalan secara optimal. Realisasi pengucuran KUR terbukti semakin rendah dibandingkan saat digulirkan pertama kali pada awal November 2007.
Namun selama program KUR dijalankan masyarakat masih banyak yang mendapatkan kendala dalam memperolehnya. Selain bunga KUR yang tinggi,
untuk memperoleh KUR juga sangat sulit karena bank masih meminta aset sebagai jaminan. Padahal, jenis kredit tersebut dijamin pemerintah melalui PT
Jamkrindo dan PT Askrindo.
7
Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. 2008. Kredit Usaha Rakyat KUR. http:www.pselitbang.deptan.go.idkur.html. [11 Oktober 2010].
45 Pemasalahan collateral penjaminan sering menjadi penghalang bagi
UKM untuk dapat akses terhadap kredit. Oleh karena itu, pemerintah melalui Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah menyiapkan lima
program pembiayaan guna mengatasi hambatan kolateral UKM pada 2010 dalam peningkatan akses KUR.
Dalam upaya meningkatkan akses KUR, khususnya segi sisi suku bunga, Kementerian Negara Koperasi dan UKM dan enam bank penyalur sepakat
mengevaluasi suku bunga yang diberlakukan. Seharusnya keberpihakan
perbankan terhadap usaha rakyat bisa ditunjukkan dengan cara menekan kembali suku bunga kredit. Saat ini rata-rata tingkat suku bunga KUR yang ditawarkan
oleh bank-bank pelaksana ditetapkan maksimal 16 persen. Padahal suku bunga acuan BI rate berada dalam kisaran 6,5 persen.
Kondisi tingkat kredit macet atau Non Performing Loan NPL KUR yang mencapai 5 persen, average untuk semua bank seharusnya tidak disikapi
perbankan dengan memperketat dan semakin selektif terhadap pemberian kredit. Sebab resiko yang harus ditanggung lebih ringan karena dijamin pemerintah yang
mengucurkan penjaminan kepada asuransi sedangkan perbankan hanya menutup risiko sebesar 30 persen
8
. Masih banyak kendala yang dihadapi seperti tingkat kredit macet atau NPL yang terus meningkat, suku bunga yang masih tinggi, serta
banyaknya pelaku usaha kecil yang terkendala mekanisme saat mengajukan kredit.
3.2 Kerangka Pemikiran Operasional
BRI merupakan salah satu lembaga keuangan perbankan yang dikenal fokus terhadap penyaluran kredit bagi UMKM-K, dengan visi-nya adalah
Menjadi bank komersial terkemuka yang selalu mengutamakan kepuasan nasabah . Agar dapat mewujudkan visi tersebut, BRI menjalan misi-nya yaitu 1
melakukan kegiatan perbankan yang terbaik dengan mengutamakan pelayanan kepada usaha mikro, kecil dan menengah untuk menunjang peningkatan ekonomi
8
Deputi Menko Kesra Bidang Koordinasi Penanggulangan KemiskinanSekretaris Tim Koordinasi penanggulangan Kemiskinan TKPK. 2010.
http:www.pnpm-mandiri.org.com . [07
November 2010 ; 12.30 pm]