pengkonstruksian ide-ide baru dan meningkatkan perkembangan intelektual peserta didik.
Berdasarkan kedua teori belajar di atas, penelitian ini lebih mengacu pada pendekatan konstruktif oleh pemikiran Vygotsky yang memperhatikan aspek
sosial dalam pengkonstruksian ide dan perkembangan intelektual siswa. Adapun implementasi dalam pembelajaran dengan model blended learning lebih
menitikberatkan pada pendekatan konstruktif berupa pembelajaran berbasis masalah problem based learning.
Pembelajaran dengan model blended learning dalam penelitian ini mengacu langkah-langkah pembelajaran berbasis masalah. Adapun langkah-
langkah pembelajaran tersebut menurut Arend 2008: 57, meliputi: orientasi, organisasi, investigasi, presentasi, serta analisis dan evaluasi.
2.3.3 Komponen Blended learning
Berdasarkan kesimpulan dari definisi blended learning menurut para ahli, maka blended learning mempunyai 2 komponen pembelajaran yaitu pembelajaran
tatap muka dan online learning e-learning.
2.3.3.1 Pembelajaran Tatap Muka Konvensional
Pembelajaran tatap muka sebagai salah satu bentuk model pembelajaran konvensional yang mempertemukan guru dengan murid dalam satu ruangan untuk
belajar. Lebih lanjut, Gintings 2008: 43 dalam Mochammad Moestofa dan Meini Sondang S 2013 menjelaskan dalam metode pembelajaran konvensional guru
menyampaikan materi secara oral atau lisan dan siswa mendengarkan, mencatat, mengajukan pertanyaan, dan dievaluasi.
Sementara itu, Mochammad Moestofa dan Meini Sondang S 2013 mendefinisikan pembelajaran konvensional sebagai salah satu model
pembelajaran yang hanya memusatkan pada metode pembelajaran ceramah. Adapun tahap-tahap pembelajaran konvensional adalah sebagai berikut:
1 Tahap pembukaan, dimana guru mengkondisikan siswa untuk memasuki
suasana belajar dengan menyampaikan salam dan tujuan pembelajaran; 2
Tahap pengembangan yaitu tahap dalam pelaksanaan proses belajar- mengajar yang diisi dengan penyampaian materi secara lisan didukung oleh
penggunaan media; Tahap evaluasi dimana guru mengevaluasi belajar siswa dengan
membuat kesimpulan atau rangkuman materi pembelajaran, pemberian tugas, dan diakhiri dengan menyampaikan terima kasih atas keseriusan siswa dalam
pembelajaran. Berdasarkan definisi di atas, menggambarkan bahwa pembelajaran tatap
muka konvensional merupakan proses belajar yang terencana pada suatu tempat tertentu dengan melibatkan aktivitas belajar pendidik dan peserta didik
sehingga terjadilah interaksi sosial. Adapun peran guru dalam pembelajaran sangat penting dimana guru sebagai sumber belajar dan informasi. Pada
pembelajaran tatap muka konvensional biasanya menggunakan berbagai macam metode dalam proses pembelajarannya, meliputi: ceramah, penugasan,
tanya jawab, dan demonstrasi.
2.3.3.2 Online Learning E-learning
Som Naidu 2006: 1 mendefinisikan “e-learning is commonly referred
to the intentional use of networked information and communication technology in teaching and learning”. Definisi ini mengandung makna bahwa e-learning sering
ditunjukkan dengan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi dalam proses belajar-mengajar. Online learning e-learning merupakan pembelajaran
yang menggunakan rangkaian elektronik LAN, WAN, dan internet untuk menyampaikan isi materi pradipha.com, 2012.
Belajar dengan e-learning merupakan salah satu bentuk penggunaan media pembelajaran berbasis ITberbasis internet
e-elarningpendidikan.com ,
2013. Lebih lanjut, Rosenberg 2001 dalam Rusman 2013: 346 menekankan bahwa e-learning merujuk pada penggunaan teknologi internet untuk
mengirimkan serangkaian solusi yang dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan.
Definisi di
atas, dapat
disimpulkan bahwa
online learning
e-learning merupakan pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan teknologi internet, intranet, dan berbasis web yang memungkinkan terjadinya
interaksi belajar antara peserta didik dan pendidik dengan mengakses informasi dan materi pelajaran kapan pun dan dimanapun. Adapun persyaratan utama yang
perlu dipenuhi dalam e-learning adalah adanya akses dengan sumber informasi melalui internet dan adanya informasi tentang letak sumber informasi yang ingin
kita dapatkan Rusman, 2013: 335
Rosenberg 2001 dalam Rusman 2013: 349 mengkategorikan tiga kriteria dasar yang ada dalam e-learning adalah
sebagai
berikut: 1
e-learning bersifat jaringan yang membuatnya mampu memperbaiki secara cepat, menyimpan atau memunculkan kembali, mendistribusikan dan sharing
pembelajaran dan informasi; 2
e-learning dikirimkan kepada pengguna melalui komputer dengan menggunakan standar teknologi internet;
3 e-learning terfokus pada pandangan pembelajaran yang paling luas, solusi
pembelajaran yang mengungguli paradigma dalam pelatihan. Beberapa kriteria di atas menjadi patokan dasar yang terdapat dalam
pembelajaran dengan sistem e-learning. Ada beberapa karakteristik e-learning menurut Cisco 2001 dalam Rusman 2013: 348, adalah sebagai berikut
: 1
Memanfaatkan jasa teknologi elektronik. Dimana guru dan siswa, siswa dengan sesama siswa atau guru dan sesama guru dapat berkomunikasi dengan
relatif mudah dengan tanpa dibatasi waktu dan tempat; 2
Memanfaatkan keunggulan komputer Digital Media dan Computer Networks;
3 Menggunakan bahan ajar bersifat mandiri self learning materials yang
disimpan di komputer sehingga dapat diakses oleh guru dan siswa kapan saja dan dimana saja apabila yang bersangkutan memerlukan;
4 Memanfaatkan jadwal pembelajaran, kurikulum, hasil, kemauan belajar dan
hal-hal yang berkaitan dengan administrasi pendidikan dapat dilihat setiap saat di komputer.
Berdasarkan karakteristik online learning menunjukkan bahwa pembelajaran dilakukan dengan memanfaatkan internet sehingga memungkinkan
siswa dapat belajar kapan saja dan dimana saja. Oleh karena itu, kegiatan pembelajaran, penggunaan media, dan bahan ajar juga dikemas dalam suatu
bentuk yang dapat diakses dengan menggunakan internet. Haughey dalam Rusman 2013: 350 menjelaskan bahwa ada tiga
kemungkinan dalam pengembangan sistem pembelajaran berbasis internet e-learning adalah sebagai berikut:
1 Web course
Web course merupakan penggunaan internet untuk keperluan pendidikan yang mana peserta didik dan pendidik sepenuhnya terpisah dan tidak diperlukan
adanya tatap muka. Adapun penggunaan bahan ajar, media pembelajaran, sumber belajar dikemas dengan memanfaatkan internet sepenuhnya. Selain itu, kegiatan
pembelajaran yang meliputi: diskusi, konsultasi, penugasan, latihan, dan ujian sepenuhnya juga disampaikan dengan internet. Model pengembangan ini
mengutamakan internet sebagai komponen yang paling signifikan dalam pembelajaran.
2 Web centric course
Web centric course merupakan penggunaan internet yang memadukan antara belajar jarak jauh dan tatap muka konvensional. Model ini menekankan
pada pemberian materi pembelajaran dengan menggunakan internet dan sebagian lagi melalui tatap muka. Dalam implementasinya, pendidik memberikan petunjuk
kepada peserta didik untuk mempelajari materi melalui web yang telah dibuatnya.
Adapun pada pembelajaran tatap muka, guru dan siswa lebih aktif untuk berdiskusi tentang temuan materi yang telah dipelajari melalui web dengan akses
internet. Dengan demikian, fungsi dari pembelajaran jarak jauh dan tatap muka adalah saling melengkapi.
3 Web enhanced course
Web enhanced course adalah pemanfaatan internet untuk menunjang peningkatan kualitas pembelajaran yang dilakukan di kelas. Adapun peran guru
dituntut untuk menguasai teknik mencari informasi di internet, membimbing siswa dalam menemukan situs-situs yang relevan dengan pembelajaran,
menyajikan materi melalui web yang menarik dan diminati, dan melayani bimbingan serta komunikasi melalui internet. Adapun fungsi dari internet dalam
pembelajaran ini adalah untuk memberikan pengayaan dan komunikasi antara siswa dan guru, sesama siswa, anggota kelompok, atau siswa dengan
narasumber. Ketiga pengembangan sistem pembelajaran berbasis internet tersebut
pada dasarnya memiliki karakteristik yang berbeda-beda sesuai dengan fungsi, pola dan pendekatannya dalam pembelajaran.
2.3.4 Karakteristik Blended learning