fisik, intelektual, dan emosional. Implikasi prinsip keaktifan bagi siswa menurut Dimyati dan Mudjiono 2009: 51 berwujud perilaku-perilaku seperti mencari
informasi yang dibutuhkan, menganalisis hasil percobaan, ingin tahu, membuat karya, dan sebagainya. Implikasi keaktifan siswa ini lebih lanjut menuntut
keterlibatan langsung siswa dalam proses pembelajaran. Sementara
itu, Rosalia
2005:4 dalam
Zainal Hakim
www.zainalhakim.web.id , 2013 menjelaskan keaktifan siswa selama proses
belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan atau motivasi siswa untuk belajar. Siswa dikatakan memiliki keaktifan belajar apabila
ditemukan ciri-ciri perilaku, seperti: sering bertanya kepada guru atau siswa lain, mengerjakan tugas yang diberikan guru, mampu menjawab pertanyaan, senang
diberi tugas belajar, dan lain sebagainya. Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan keaktifan belajar siswa
merupakan kegiatan dan interaksi yang dilakukan oleh siswa dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan belajar. Adapun keaktifan siswa dalam
belajar dapat dilihat secara fisik maupun psikis. Keaktifan bagi siswa akan menuntut pada keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran.
2.2.5.3 Motivasi Belajar Siswa
Motivasi berasal dari bahasa Latin yaitu movere, yang berarti bergerak. Izudin Syarif 2012: 236 menyatakan bahwa motivasi bisa diartikan sebagai
usaha yang menyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu bergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya atau
mendapat kepuasan dengan perbuatannya. Motivasi adalah proses internal yang
mengaktifkan, menuntun, dan mempertahankan perilaku dari waktu ke waktu. Sementara itu, Hamzah B.Uno 2011: 23 menjelaskan hakikat motivasi belajar
sebagai dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan perilaku.
Dimyati dan Mudjiono 2009: 43 menegaskan motivasi sebagai tujuan dan alat dalam pembelajaran. Sebagai tujuan, motivasi merupakan salah satu
tujuan dalam mengajar. Sedangkan sebagai alat, motivasi merupakan salah satu faktor seperti halnya intelegensi dan hasil belajar yang menentukan keberhasilan
belajar siswa dalam bidang pengetahuan, nilai-nilai, dan keterampilan. Beberapa definisi di atas, menggambarkan motivasi belajar merupakan usaha gerak
seseorang yang muncul untuk mencapai tujuan tertentu baik secara internal maupun eksternal.
Ada tiga komponen motivasi menurut Dimyati dan Mudjiono 2009: 80, antara lain:
1 kebutuhan, terjadi bila ada ketidakseimbangan antara apa yang ia miliki dan
yang ia harapkan; 2
dorongan berupa kekuatan mental yang berorientasi pada pemenuhan harapan dan pencapaian tujuan;
3 tujuan merupakan hal yang ingin dicapai oleh seorang individu.
Sedangkan 6 indikator motivasi belajar siswa menurut Hamzah B.Uno 2011: 23,
yaitu sebagai berikut: 1
hasrat dan keinginan berhasil; 2
dorongan dan kebutuhan dalam belajar;
3 harapan dan cita-cita masa depan;
4 penghargaan dalam belajar;
5 kegiatan yang menarik dalam belajar; dan
6 lingkungan belajar yang kondusif.
Lebih lanjut, Hamzah B.Uno 2011: 27 menjelaskan beberapa peranan penting dari motivasi dalam belajar dan pembelajaran, antara lain:
1 menentukan hal-hal yang dapat dijadikan penguat belajar;
2 memperjelas tujuan belajar yang hendak dicapai;
3 menentukan ragam kendali terhadap rangsangan belajar;
4 menentukan ketekunan belajar.
Dari penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa motivasi memiliki peran penting dalam kegiatan pembelajaran. Motivasi merupakan tenaga yang
menggerakkan dan mengarahkan aktivitas siswa. Adanya aktivitas siswa dalam pembelajaran tentu dapat memberikan pengaruh terhadap tingkat keberhasilan
pembelajaran.
2.2.6 Model Pembelajaran