4.2.2.1.5 Rekapitulasi Implementasi Model Pembelajaran Blended
Learning
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan model blended learning dilaksanakan dalam 4 pertemuan. Secara garis besar, implementasi kegiatan
pembelajaran telah dilaksanakan dengan baik dan optimal. Hal ini terlihat dari hasil rata-rata implementasi pada pertemuan 3 mencapai 83 dengan kategori baik,
pertemuan 4 mencapai 85 kategori baik, pertemuan 5 mencapai 88 kategori sangat baik, dan pertemuan 6 mencapai 90 kategori sangat baik.
Berdasarkan hasil di atas, apabila diambil rata-rata adalah sebesar 86,5 kategori baik. Dari rata-rata sebesar 86,5 tersebut menunjukkan bahwa
implementasi pembelajaran dengan model blended learning pada mata pelajaran KKPI kelas XI di SMK Negeri 2 Purwodadi telah berhasil dilaksanakan dengan
baik. Adapun pelaksanaan pembelajaran telah sesuai dengan: 1
teori model blended learning dari Uwes A.Chaeruman 2011 yang mengkombinasikan setting pembelajaran synchronous dan asynchronous
secara tepat guna untuk mencapai tujuan pembelajaran; 2
teori Cheung dan Hew 2011: 1319 yang mengkombinasikan kegiatan pembelajaran face to face dan online learning;
3 teori Elenana Mosa 2006 dalam Cepi Riyana 2009: 21 yang mencakup 2
unsur utama blended learning yaitu pembelajaran di kelas classroom lesson dan online learning;
4 Permendiknas No. 41 tahun 2007 mengenai pelaksanaan proses
pembelajaran, meliputi: kegiatan pandahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup;
5 sintaks langkah-langkah pembelajaran dari Arend 2008: 57 yang
menggunakan pendekatan pembelajaran berbasis masalah problem based learning dalam implementasi pembelajaran dengan model blended learning,
meliputi: orientasi, organisasi, investigasi, analisis dan evaluasi; 6
teori Dian Wahyuningsih 2013: 39 yang menyatakan blended learning by constructive approach memuat blended learning pembelajaran bercampur
dan constructive approach pendekatan konstruktif; 7
teori Jean Piaget 1963 dalam Miftahul Huda 2013: 43 yang menyatakan siswa
mengkonstruksikan pemahamannya
sendiri dengan
mencari keseimbangan antara struktur pengetahuan yang sudah dimilikinya dengan
pengetahuan baru yang telah diperolehnya melalui asimilasi dan akomodasi. Siswa mengkonstruksikan pemahaman dengan berpikir abstrak, logis, dan
mampu menarik kesimpulan dari informasi yang disampaikan guru sesuai karakteristik siswa berdasarkan usia dalam teori Piaget dalam Achmad Rifai
2009: 30; 8
teori konstruktivisme Vygotsky 1978 dalam Achmad Rifai 2009: 34 yaitu kemampuan kognitif berasal dari hubungan sosial dan kebudayaan. Dimana
interaksi sosial dengan orang lain dapat memacu pengkonstruksian ide-ide baru dan meningkatkan perkembangan intelektual peserta didik.
4.1.2.5 Persentase Pembelajaran Tatap Muka dan Online