yang sangat ketat. Adapun model-model yang tergolong sebagai model yang berorientasi pada produk biasanya ditandai dengan empat asumsi, yaitu:
a produk atau program pembelajaran memang sangat diperlukan;
b produk atau program pembelajaran baru memang perlu diproduksi;
c produk atau program pembelajaran memerlukan proses uji coba dan revisi;
d produk atau program pembelajaran dapat digunakan walaupun hanya dengan
bimbingan dan fasilitator. 3
Model desain sistem pembelajaran yang berorientasi sistem system oriented model
Model pembelajaran yang berorientasi sistem didasarkan pada asumsi penggunaan perangkat teknologi untuk mewujudkan sasaran. Model ini dimulai
dari pengumpulan
data untuk
menentukan kemungkinan-kemungkinan
implementasi solusi yang diperlukan untuk mengatasi permasalahan pembelajaran yang kemudian berlanjut dengan analisis kebutuhan dan front-end analysis yang
dilakukan secara intensif untuk mencari solusi yang akurat. Pengembangan model ini biasanya dilakukan dengan mengembangkan sistem dalam skala besar, seperti
kurikulum. Oleh karena itu, diperlukan dukungan sumber daya dan tenaga ahli yang berpengalaman.
2.3 Blended learning
2.3.1 Definisi Blended learning
Secara etimologis istilah blended learning terdiri atas dua kata, yaitu blended dan learning. Kata blend berarti campuran, dan learning memiliki makna
umum yaitu belajar. Dengan demikian, blended learning mengandung makna pola pembelajaran yang mengandung unsur pencampuran atau penggabungan antara
satu pola dengan pola lainnya. Cheung Hew 2011: 1319 menjelaskan blended learning sebagai kombinasi antara face to face learning dan online learning.
Senada dengan definisi di atas, Elenena Mosa 2006 dalam Cepi Riyana 2009: 21 menyampaikan bahwa yang dicampurkan dalam blended learning adalah dua
unsur utama, yaitu pembelajaran di kelas classrom lesson dengan online learning. Adapun definisi blended learning digambarkan seperti gambar berikut.
Gambar 2.1
Blended learning Berdasarkan gambar di atas, tampak bahwa blended learning dibangun
dengan mengkombinasikan pembelajaran tatap muka dan pembelajaran online. Thorne 2003: 2 dalam Sulihin B.Sjukur 2012: 370 juga mempertegas definisi
blended learning sebagai berikut. it represents an opportunity to integrate the innovative and technological
advances offered by online learning with the interaction and participation offered in the best of traditional learning
Definisi di atas mengandung makna bahwa blended learning menggambarkan sebuah kesempatan yang mengintegrasikan inovasi dan
keuntungan teknologi pada pembelajaran online dengan interaksi dan partisipasi dari keuntungan pembelajaran tatap muka. Sementara itu, Uwes A.Chaeruman
2011 menjelaskan
blended learning
sebagai pembelajaran
yang mengkombinasikan setting pembelajaran synchronous dan asynchronous secara
tepat guna untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran synchronous adalah kegiatan pembelajaran yang dilakukan pada waktu yang sama dan tempat
yang sama ataupun berbeda, sedangkan pembelajaran asynchronous adalah kegiatan pembelajaran yang dilakukan pada waktu dan tempat yang berbeda
Littlejohn Pegler, 2007: 51-53 dalam Dian Wahyuningsih 2013: 40. Adapun Dian Wahyuningsih 2013: 39 mendefinisikan blended learning
dengan pendekatan konstruktif. Blended learning by constructive approach BLCA terdiri atas dua istilah, yaitu blended learning pembelajaran bercampur
dan constructive approach pendekatan konstruktif. Beberapa definisi dari ahli di atas memberikan gambaran bahwa blended learning merupakan kombinasi antara
pembelajaran tatap muka dengan pembelajaran online dengan bantuan teknologi informasi dan komunikasi.
Aspek yang digabungkan dalam blended learning tidak hanya mengkombinasikan face-to-face dan online learning saja tetapi juga dapat
berbentuk apa saja, seperti: metode, media, sumber, lingkungan ataupun strategi pembelajaran. Berdasarkan proportion of content delivered online, Allen dkk
2007: 5 memberikan kategorisasi yang jelas terhadap blended learning,
traditional learning, web facilitated, dan online learning yang digambarkan dalam tabel berikut.
Tabel 2.2. Proportion of Content Delivered Online
Proportion of Content Delivered online
Type of Course Typical Description
Course with
no online
technologycal used content is delivered in writing or orally.
1 to 29 Web
Facilitated Course which uses web-based
technology to facilitate what is essentiallly a face-to-face course.
Uses a course management system CMS or web pages to post the
syllabus
an assignments,
for example.
30 to 79 Blended
Hybrid Course that blends online and face-
to-face delivery.
Substantial proportion of the content is
delivered online, typically uses online discussions, and typically
has some face-to-face meetings.
80+ Online
A course where most or all of the content
is delivered
online. Typically have no face-to-face
meetings.
Berdasarkan tabel 2.2 dapat diketahui bahwa pembelajaran dapat dikatakan menggunakan model blended learning apabila porsi penggunaan
e-learning berada pada kisaran 30-79 dengan digabungkan pembelajaran tatap muka face to face learning.
2.3.2 Teori Belajar yang Melandasi Pembelajaran Blended learning