Ragam Variance Model Agribisnis Padi Organik Di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat

tanaman palawija atau sayuran disebabkan keterbatasan modal petani karena tanaman palawija dan sayuran memerlukan biaya produksi yang lebih besar. Berdasarkan pola tanam yang dilakukan oleh petani tersebut, fluktuasi produktivitas padi organik gabah kering panen GKP yang diterima petani selama 12 musim tanam yaitu mulai musim tanam II pada tahun 2007 hingga musim tanam I tahun 2013 dan peluang masing-masing produktivitas yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 2. Produktivitas rata-rata dihitung dengan cara menjumlah rata-rata produktivitas padi yang diperoleh masing-masing responden petani selama periode tahun 2007 – 2013 dibagi dengan jumlah responden petani. Penentuan tingkat produktivitas tertinggi dan terendah didasarkan secara statistik menggunakan standar deviasi yang menunjukkan adanya penyimpangan dari nilai produktivitas rata-rata. Hal ini didasarkan pada Indriani 2015 yang menyatakan bahwa dalam distribusi normal data, sebagian besar data dalam distribusi sekitar 68 akan jatuh dalam, kurang atau lebih 1 standar deviasi dari mean atau rata- rata - σ atau +σ dan standar deviasi dapat digunakan untuk menentukan risiko terkait dengan investasi. Selanjutnya peluang masing-masing tingkat produktivitas diperoleh dari rata-rata peluang masing-masing responden petani memperoleh tingkat produktivitas rata-rata, tertinggi dan terendah selama melakukan budidaya padi organik pada periode tahun 2007 – 2013. Tabel 2 Rata-rata produktivitas padi organik di Kabupaten Cianjur Kondisi Produktivitas tonha Peluang Tertinggi 6.99 0.21 Rata-rata 5.92 0.68 Terendah 4.71 0.11 Berdasarkan Tabel 2 menunjukkan selama 12 musim tanam, produktivitas rata-rata padi organik yang diterima petani sebesar 5.92 tonha dengan peluang sebesar 0.68. Produktivitas tertinggi padi organik yaitu sebesar 6.99 tonha dengan peluang untuk memperoleh tingkat produktivitas tersebut sebesar 0.21 dan terendah sebesar 4.71 tonha dengan peluang sebesar 0.11. Produktivitas padi tertinggi pada umumnya diperoleh petani pada saat musim kemarau, sedangkan produktivitas padi terendah diperoleh petani pada saat musim hujan. Produktivitas padi yang lebih rendah pada penanaman musim hujan disebabkan tanaman padi membusuk karena terendam air. Expected return dihitung berdasarkan jumlah dari nilai yang diharapkan dengan peluang masing-masing kejadian produktivitas tertinggi, terendah dan rata-rata dari pertanian padi organik. Expected return merupakan nilai harapan yang dihasilkan setelah memperhitungkan risiko yang ada. Hasil perhitungan risiko produksi pertanian padi organik disajikan pada Tabel 3. Berdasarkan Tabel 3 diperoleh nilai simpangan baku sebesar 0.63 yang berarti besarnya fluktuasi produktivitas padi organik yang mungkin diperoleh petani dari produktivitas rata-rata sebesar 0.63 ton. Nilai koefisien variasi CV sebesar 0.11, artinya untuk memperoleh produksi padi organik sebesar 1 ton maka petani menghadapi risiko penurunan produksi sebesar 0.11 ton. Berdasarkan harga rata-rata rata-rata padi organik sebesar Rp 3 720.25kg maka penerimaan yang diperoleh petani untuk setiap 1 ton padi sebesar Rp 3 720 250, namun untuk