Perumusan Masalah Model Agribisnis Padi Organik Di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat

petani menjadi rendah sehingga pemasaran padi maupun beras organik masih dikuasai oleh tengkulak. Berdasarkan permasalahan di atas maka dapat diajukan pertanyaan penelitian yaitu : 1. Berapa besar risiko produksi dan risiko harga dari pertanian padi organik ? Risiko kelembagaan apa saja yang dihadapi petani? Dari mana sumber risiko produksi, risiko harga dan risiko kelembagaan dari pertanian padi organik ? 2. Berapa besar valuasi ekonomi atau manfaat kualitas lingkungan dari pertanian padi organik ? Berapa besar kesediaan petani untuk menerima willingness to acceptWTA pembayaran jasa lingkungan pertanian padi organik? 3. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi pengambilan keputusan petani dalam menerapkan pertanian padi organik? 4. Bagaimana model agribisnis padi organik yang berkelanjutan ? 5. Bagaimana status keberlanjutan pertanian padi organik di Kabupaten Cianjur saat ini dan bagaimana prediksi status keberlanjutan pertanian padi organik setelah penerapan model agribisnis padi oganik ?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan umum dari penelitian ini adalah membangun model agribisnis padi organik di Kabupaten Cianjur. Adapun tujuan secara khusus adalah : 1. Menganalisis risiko produksi, risiko harga dan risiko kelembagaan pada pertanian padi organik. 2. Melakukan valuasi ekonomi pertanian padi organik melalui pendekatan produktivitas lahan dan menilai kesediaan petani untuk menerima willingness to acceptWTA pembayaran jasa lingkungan pertanian padi organik. 3. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi petani dalam penerapan pertanian padi organik. 4. Membangun model agribisnis padi organik di Kabupaten Cianjur. 5. Menganalisis status keberlanjutan pertanian padi organik saat ini dan memprediksi status keberlanjutan pertanian padi organik setelah pengembangan melalui model agribisnis padi organik di Kabupaten Cianjur.

1.4 Kerangka Pemikiran

Pertanian padi konvensional dengan penggunaan pupuk dan pestisida kimia telah menyebabkan penurunan kualitas lahan sehingga produktivitas padi menurun, menurunkan pendapatan petani, pencemaran lingkungan perairan serta menghasilkan produk yang tidak sehat sehingga tidak mendukung pembangunan berkelanjutan. Oleh karena itu sistem pertanian padi perlu diarahkan ke pertanian padi organik, yaitu sistem pertanian tanpa pupuk dan pestisida kimia sehingga dapat mempertahankan kesuburan lahan, menyediakan pangan yang cukup dan aman bagi penduduk untuk mendukung ketahanan pangan, serta menjamin keberlanjutan lingkungan. Potensi pengembangan pertanian padi organik yaitu dengan diperkenalkannya sistem pertanian padi metode SRI System Rice Intensification organik sejak tahun 1999 Mutakin 2007, dan dicanangkannya gerakan “Go Organic 2010” pada tahun 2001 oleh pemerintah, namun hingga saat ini pengembangan pertanian padi organik di Indonesia masih relatif terbatas. Potensi pengembangan pertanian padi organik juga berasal dari masyarakat yang semakin menyadari akan bahaya penggunaan bahan kimia dalam pupuk dan pestisida terhadap kesehatan dan lingkungan, sehingga telah memunculkan gaya hidup “back to nature” sebagai tren baru masyarakat dunia. Masyarakat mulai beralih mengkonsumsi pangan organik sehingga permintaan terhadap pangan organik semakin meningkat. Dengan tidak tergantungnya pada penggunaan pupuk dan pestisida kimia juga merupakan potensi bagi pengembangan pertanian padi organik karena petani dapat membuat sendiri sarana produksi organik menggunakan bahan-bahan alami yang tersedia di sekitar petani sehingga dapat meningkatkan kemandirian petani. Adanya keterbatasan sumberdaya lahan dan permodalan menyebabkan petani takut menanggung risiko untuk beralih ke sistem pertanian padi organik. Menurut Pramana 2011, risiko dihubungkan dengan kemungkinan terjadinya akibat buruk kerugian yang tidak diinginkan, atau tidak terduga yang menunjukkan adanya ketidakpastian. Usahatani merupakan kegiatan usaha yang dipengaruhi oleh alam sehingga mengandung ketidakpastian, sehingga kegiatan usahatani mengandung risiko. Risiko yang dapat terjadi pada pertanian padi organik adalah risiko produksi, risiko harga dan risiko kelembagaan. Adanya masa peralihan pertanian padi organik maka petani menghadapi risiko penurunan produksi padi seiring dengan pemulihan lahan. Dengan tidak digunakannya pupuk dan pestisida kimia maka petani khawatir produktivitas padi akan menurun. Namun dengan penggunaan pupuk organik maka akan meningkatkan kualitas lahan sehingga tanaman menjadi lebih sehat dan lebih tahan terhadap hama dan penyakit. Risiko harga dapat disebabkan oleh fluktuasi harga jual produk di pasar yang dipengaruhi oleh kondisi permintaan dan penawaran produk. Adanya keterbatasan sumberdaya permodalan menyebabkan posisi tawar petani menjadi rendah sehingga petani menghadapi risiko menerima harga yang rendah dan tidak sesuai dengan harapan petani. Risiko kelembagaan dihadapi petani apabila terdapat lembaga yang diharapkan membantu petani dalam penerapan pertanian padi organik namun belum menjalankan perannya dengan baik. Faktor-faktor yang menyebabkan risiko berasal dari 2 sumber yaitu sumber internal petani dan eksternal. Sumber internal umumnya memiliki risiko lebih kecil karena masalah internal umumnya lebih mudah untuk dikendalikan dan bersifat pasti. Sumber eksternal umumnya jauh di luar kendali pembuat keputusan, antara lain muncul dari pasar, ekonomi, politik, perkembangan teknologi, perubahan sosial budaya, kondisi pemasok, kondisi kependudukan, serta perubahan lingkungan. Menentukan sumber risiko adalah penting karena mempengaruhi cara penanganannya. Strategi pengelolaan risiko yang dapat dijadikan sebagai alternatif penanganan yaitu strategi preventif dan strategi mitigasi. Strategi preventif dilakukan untuk menghindari terjadinya risiko, sedangkan strategi mitigasi adalah strategi penanganan risiko untuk memperkecil dampak yang ditimbulkan dari risiko. Dengan mengetahui besarnya risiko produksi dan risiko harga padi organik, risiko kelembagaan yang dihadapi petani serta sumber-sumber risiko maka dapat dilakukan strategi penanganan risiko yang tepat untuk mendukung petani menerapkan pertanian padi organik.. Adanya risiko produksi pada pertanian padi organik terutama pada masa peralihan menyebabkan petani tidak bersedia menerapkan pertanian padi organik. Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu, meskipun pada periode awal pertanian padi organik petani mengalami risiko penurunan produksi namun setelah periode tertentu produksi akan meningkat seiring dengan pemulihan lahan. Adanya keterbatasan sumberdaya manusia petani menyebabkan kurangnya kesadaran petani terhadap kelestarian lingkungan. Petani masih berorientasi kepada produksi jangka pendek dan tidak memperhitungkan biaya kerusakan lingkungan pada jangka panjang. Pertanian padi konvensional meskipun layak secara ekonomi namun berdampak negatif terhadap lingkungan sehingga apabila diperhitungkan biaya kerusakan lingkungan akan menghasilkan pendapatan yang lebih rendah. Menurut Djajadiningrat et al. 2011, sistem ekonomi lebih mengutamakan penelaahan jangka pendek dan mengabaikan aspek jangka panjang. Ekonomi menyangkut pilihan choice, dan pilihan utama terhadap lingkungan yang menunjukkan keuntungan terhadap kesejahteraan umat manusia perlu dihitung. Manfaat benefit adalah setiap keuntungan pada kesejahteraan welfare atau kepuasan utility, sedangkan biaya adalah setiap kerugian pada kesejahteraan. Dengan demikian penting dilakukan penghitungan manfaat dari perbaikan lingkungan atau biaya dari menurunnya kualitas lingkungan. Meningkatnya kualitas lahan dari pertanian padi organik dapat meningkatkan produktivitas dan kualitas produk pertanian merupakan peningkatan nilai moneter dari keuntungan tersebut. Dalam mengestimasi manfaat barang dan jasa ekosistem, uang digunakan sebagai indikator perhitungan karena uang dianggap sebagai indikator yang sesuai untuk mengukur keuntungan dan kerugian yang diperoleh masyarakat dari perubahan kualitas lingkungan. Penghitungan manfaat dari barang dan jasa yang dihasilkan ekosistem dikenal dengan istilah valuasi. Valuasi lingkungan adalah suatu alat yang valid dan reliabel untuk dijadikan dasar pengambilan keputusan pengelolaan sumberdaya alam. Valuasi dapat dipakai untuk berbagai kepentingan, diantaranya : untuk mengkaji berapa kontribusi yang diberikan oleh suatu ekosistem untuk kesejahteraan manusia, untuk memahami akibat yang akan dihadapi oleh para pengambil kebijakan dalam mengelola ekosistem, dan untuk mengevaluasi konsekuensi dari tindakan- tindakan yang akan diambil Djajadiningrat et al. 2011. Berdasarkan hal di atas, meskipun terdapat risiko produksi dari pertanian padi organik, namun dalam jangka panjang dengan adanya peningkatan produktivitas dan kualitas padi sebagai hasil dari peningkatan kualitas lahan merupakan manfaat kualitas lingkungan dari pertanian padi organik. Valuasi ekonomi mengacu pada penetapan nilai uang untuk asset, barang- barang dan jasa non-market suatu ekosistem dimana nilai uang mempunyai arti dan ketepatan tertentu. Jasa dan barang-barang non-market mengacu pada sesuatu yang tidak mungkin secara langsung dibeli dan dijual di pasar. Dengan demikian valuasi ekonomi merupakan metode pengukuran untuk mentransformasi nilai barang atau jasa non-market ke nilai moneter. Sistem valuasi ekonomi dikembangkan berbasis pada titik pertukaran exchange antara nilai barang dan jasa ekosistem serta kesediaan orang untuk membayar atau menerima pembayaran