Metode Analisis Data Metodologi .1 Metode Pengumpulan Data

dimana : t 2 = Variance t = Standard deviation Risiko berarti besarnya fluktuasi produktivitas atau harga padi, sehingga semakin kecil nilai standard deviation maka semakin rendah risiko yang dihadapi dalam usahatani Elton dan Gruber 1995.

c. Koefisien Variasi Coefficient Variation

Coefficient variation diperoleh dari rasio standard deviation dengan expected return dengan rumus sebagai berikut : CV = t E Ri dimana : CV = Coefficient variation t = Standard deviation E Ri = Expected return Semakin kecil nilai coefficient variation maka semakin rendah risiko yang dihadapi dalam usahatani. Nilai coefficient variation menunjukkan besarnnya risiko yang dihadapi untuk mendapatkan setiap satuan hasil produksi atau harga Elton dan Gruber 1995. Untuk menganalisis risiko kelembagaan dan mengidentifikasi sumber- sumber risiko pertanian padi organik digunakan analisis deskriptif. 2.3 Hasil dan Pembahasan 2.3.1 Risiko Produksi Pertanian Padi Organik

a. Penilaian Risiko Produksi Pertanian Padi Organik

Pertanian padi organik merupakan kegiatan yang dipengaruhi oleh alam sehingga menghadapi risiko produksi yang akan mempengaruhi tingkat produktivitas yang dihasilkan. Produktivitas padi organik yang dihasilkan petani mengalami fluktuasi yang menunjukkan adanya nilai produktivitas tertinggi, terendah dan rata-rata. Peluang produktivitas tertinggi, terendah dan rata-rata diukur dari proporsi frekuensi atau berapa kali petani pernah mencapai produktivitas tertinggi, terendah dan rata-rata selama periode siklus produksi berlangsung. Tingkat produktivitas padi organik dinilai dari rata-rata perolehan hasil produksi petani pada periode produksi tahun 2007 hingga 2013. Tahun 2007 adalah dimulainya pelatihan padi organik metode SRI oleh BBWSC dan pelatihan diadakan setiap tahun hingga saat ini. Sebagian besar petani padi organik 76.92 menanam tanaman padi sebanyak 2 kali setahun yang diselingi dengan tanaman palawija atau sayuran, sedangkan sebagian kecil 23.08 menanam tanaman padi sebanyak 3 kali setahun. Pola tanam selama 1 tahun yang dilakukan petani pada umumnya adalah padi - padi - palawija atau sayuran. Alasan petani yang melakukan penanaman padi sebanyak 3 kali setahun dengan tidak diselingi tanaman palawija atau sayuran disebabkan keterbatasan modal petani karena tanaman palawija dan sayuran memerlukan biaya produksi yang lebih besar. Berdasarkan pola tanam yang dilakukan oleh petani tersebut, fluktuasi produktivitas padi organik gabah kering panen GKP yang diterima petani selama 12 musim tanam yaitu mulai musim tanam II pada tahun 2007 hingga musim tanam I tahun 2013 dan peluang masing-masing produktivitas yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 2. Produktivitas rata-rata dihitung dengan cara menjumlah rata-rata produktivitas padi yang diperoleh masing-masing responden petani selama periode tahun 2007 – 2013 dibagi dengan jumlah responden petani. Penentuan tingkat produktivitas tertinggi dan terendah didasarkan secara statistik menggunakan standar deviasi yang menunjukkan adanya penyimpangan dari nilai produktivitas rata-rata. Hal ini didasarkan pada Indriani 2015 yang menyatakan bahwa dalam distribusi normal data, sebagian besar data dalam distribusi sekitar 68 akan jatuh dalam, kurang atau lebih 1 standar deviasi dari mean atau rata- rata - σ atau +σ dan standar deviasi dapat digunakan untuk menentukan risiko terkait dengan investasi. Selanjutnya peluang masing-masing tingkat produktivitas diperoleh dari rata-rata peluang masing-masing responden petani memperoleh tingkat produktivitas rata-rata, tertinggi dan terendah selama melakukan budidaya padi organik pada periode tahun 2007 – 2013. Tabel 2 Rata-rata produktivitas padi organik di Kabupaten Cianjur Kondisi Produktivitas tonha Peluang Tertinggi 6.99 0.21 Rata-rata 5.92 0.68 Terendah 4.71 0.11 Berdasarkan Tabel 2 menunjukkan selama 12 musim tanam, produktivitas rata-rata padi organik yang diterima petani sebesar 5.92 tonha dengan peluang sebesar 0.68. Produktivitas tertinggi padi organik yaitu sebesar 6.99 tonha dengan peluang untuk memperoleh tingkat produktivitas tersebut sebesar 0.21 dan terendah sebesar 4.71 tonha dengan peluang sebesar 0.11. Produktivitas padi tertinggi pada umumnya diperoleh petani pada saat musim kemarau, sedangkan produktivitas padi terendah diperoleh petani pada saat musim hujan. Produktivitas padi yang lebih rendah pada penanaman musim hujan disebabkan tanaman padi membusuk karena terendam air. Expected return dihitung berdasarkan jumlah dari nilai yang diharapkan dengan peluang masing-masing kejadian produktivitas tertinggi, terendah dan rata-rata dari pertanian padi organik. Expected return merupakan nilai harapan yang dihasilkan setelah memperhitungkan risiko yang ada. Hasil perhitungan risiko produksi pertanian padi organik disajikan pada Tabel 3. Berdasarkan Tabel 3 diperoleh nilai simpangan baku sebesar 0.63 yang berarti besarnya fluktuasi produktivitas padi organik yang mungkin diperoleh petani dari produktivitas rata-rata sebesar 0.63 ton. Nilai koefisien variasi CV sebesar 0.11, artinya untuk memperoleh produksi padi organik sebesar 1 ton maka petani menghadapi risiko penurunan produksi sebesar 0.11 ton. Berdasarkan harga rata-rata rata-rata padi organik sebesar Rp 3 720.25kg maka penerimaan yang diperoleh petani untuk setiap 1 ton padi sebesar Rp 3 720 250, namun untuk