besarnya risiko produksi pertanian padi semi organik pada penelitian Abdullah 2007 lebih rendah dari risiko produksi pertanian padi konvensional pada
penelitian yang dilakukan oleh Ningsih 2010. Berdasarkan hasil analisis diperoleh bahwa besarnya risiko harga untuk
setiap Rp 1 harga padi organik yang diterima petani lebih rendah dari padi konvensional. Hasil analisis ini mendukung penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Abdullah 2007 dan Wicaksono 2011.
2.4 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis risiko produksi, risiko harga dan risiko kelembagaan pertanian padi organik maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Besarnya risiko produksi pertanian padi organik sebesar 0.11 ton untuk setiap 1 ton hasil yang diperoleh, sedangkan pada pertanian padi konvensional
sebesar 0.19 ton untuk setiap 1 ton hasil yang diperoleh. Besarnya risiko harga pertanian padi organik sebesar Rp 0.05 untuk setiap Rp 1 harga padi organik,
sedangkan pada pertanian padi konvensional sebesar Rp 0.12 untuk setiap Rp 1 harga padi .
2. Faktor utama penyebab terjadinya risiko produksi dan risiko harga pada pertanian padi organik adalah kualitas sumberdaya manusia petani yaitu
kurangnya ketrampilan dalam budidaya padi organik dan lemahnya manajemen dalam pemasaran, serta keterbatasan modal yang menyebabkan posisi tawar
petani menjadi rendah sehingga harga dikuasai oleh tengkulak.
3. Faktor kualitas sumberdaya manusia juga sebagai penyebab terjadinya risiko kelembagaan. Sumber risiko kelembagaan utama yang dihadapi petani adalah
Dinas Pertanian. Kurangnya perhatian pemerintah terhadap pentingnya pertanian padi organik menyebabkan kurangnya dukungan bagi petani untuk
pengembangan pertanian padi organik. Kurangnya kualitas sumberdaya manusia petani yang menyebabkan lemahnya manajemen serta keterbatasan
modal menyebabkan risiko kelembagaan kelompok tani dan koperasi yang belum dapat berperan dengan baik untuk membantu petani dalam penyediaan
sarana produksi, modal dan pemasaran. Kurangnya dukungan perbankan menjadi risiko kelembagaan bagi petani sehingga menjadi kendala dalam
penerapan pertanian padi organik.
3 VALUASI EKONOMI PERTANIAN PADI ORGANIK
3.1 Pendahuluan
Kurangnya kesadaran petani tentang kelestarian lingkungan menyebabkan sebagian besar petani di Kabupaten Cianjur belum menerapkan pertanian padi
organik. Petani
masih berorientasi
produksi jangka
pendek tanpa
memperhitungkan kerusakan lingkungan jangka panjang dari pertanian padi konvensional. Hal tersebut dikarenakan dampak penggunaan pupuk organik akan
diperoleh dalam jangka waktu lama dan petani menghadapi risiko penurunan
produksi seiring dengan pemulihan lahan sebagaimana ditunjukkan dari hasil analisis risiko produksi pada bab sebelumnya.
Meskipun pada masa peralihan petani menghadapi risiko penurunan produksi, namun berdasarkan penelitian Mutakin 2007, Suwantoro 2008,
Mayrowani et al. 2010 dan Prayoga 2010 menunjukkan dalam jangka panjang produktivitas padi organik akan meningkat dan dapat lebih tinggi dari padi
konvensional. Berdasarkan hasil analisis risiko produksi sebelumnya juga menunjukkan bahwa tidak semua petani mengalami risiko penurunan produksi
pada masa peralihan yaitu sebanyak 4.08 petani tidak mengalami penurunan produksi dan sebanyak 16.33 petani bahkan mengalami peningkatan produksi.
Dalam jangka panjang, dengan penggunaan pupuk organik maka dapat meningkatkan kesuburan lahan sehingga dapat meningkatkan produktivitas dan
kualitas produk yang merupakan manfaat kualitas lingkungan dari pertanian padi organik. Selain itu, dengan tersedianya bahan-bahan organik di sekitar petani
maka petani dapat membuat sendiri pupuk dan pestisida organik sehingga dapat menurunkan biaya produksi. Masih rendahnya kesadaran petani terhadap kualitas
lingkungan maka perlu dilakukan valuasi ekonomi atau penilaian manfaat kualitas lingkungan dari pertanian padi organik untuk meningkatkan kesadaran petani
terhadap kelestarian lingkungan agar sistem pertanian padi dapat menghasilkan produksi yang berkelanjutan.
Menurut Djajadiningrat et al. 2011, valuasi merupakan penghitungan manfaat dari barang dan jasa yang dihasilkan ekosistem. Valuasi ekonomi
mengacu pada penetapan nilai uang untuk asset, barang-barang dan jasa non- market suatu ekosistem dimana nilai uang mempunyai arti dan ketepatan tertentu.
Jasa dan barang-barang non-market mengacu pada sesuatu yang tidak mungkin secara langsung dibeli dan dijual di pasar. Dengan demikian valuasi ekonomi
merupakan metode pengukuran untuk mentransformasi nilai barang atau jasa non- market ke nilai moneter. Sistem valuasi ekonomi dikembangkan berbasis pada
titik pertukaran exchange antara nilai barang dan jasa ekosistem serta kesediaan orang untuk membayar atau menerima pembayaran barang dan jasa tersebut.
Valuasi merupakan perangkat yang menambah kemampuan para pengambil kebijakan untuk mengevaluasi alternatif pengelolaan ekosistem dan mengetahui
dampak dari berbagai kegiatan yang mengubah penggunaan ekosistem.
Dalam mengestimasi manfaat barang dan jasa ekosistem, uang digunakan sebagai indikator perhitungan dengan alasan uang dianggap sebagai indikator
yang sesuai untuk mengukur keuntungan dan kerugian yang diperoleh masyarakat dari perubahan kualitas lingkungan. Terdapat beberapa alasan penghitungan
moneter untuk keuntungan dan kerugian lingkungan diperlukan yaitu : 1 penghitungan moneter dapat digunakan untuk menilai tingkat kepedulian
seseorang terhadap lingkungan; 2 penghitungan moneter dari keuntungan dan kerugian lingkungan dapat menjadi pendukung untuk pemihakan terhadap kualitas
lingkungan; dan 3 adanya komparasi dalam bentuk moneter untuk dibandingkan dengan alternatif lain dalam pemanfaatan dana.
Valuasi dapat dipakai untuk berbagai kepentingan, diantaranya untuk mengkaji berapa kontribusi yang diberikan oleh suatu ekosistem untuk
kesejahteraan manusia dan dapat dijadikan sebagai dasar pengambilan keputusan. Oleh karena itu perlu dilakukan valuasi ekonomi pertanian padi organik dan perlu
mengetahui kesediaan petani untuk menerima willingness to acceptWTA
pembayaran jasa lingkungan pertanian padi organik yang dapat dijadikan sebagai dasar bagi pemerintah dalam menetapkan kebijakan pengembangan pertanian padi
organik. Penelitian tentang valuasi ekonomi sudah banyak dilakukan namun
sebagian besar melakukan valuasi ekonomi pada lahan pertanian konvensional. Penelitian tersebut diantaranya adalah valuasi ekonomi dari perubahan
penggunaan lahan di Sub DAS Besai-DAS Tulang Bawang, Lampung Sihite 2004, valuasi ekonomi lahan pertanian pendekatan nilai manfaat multifungsi
lahan sawah dan lahan kering di Sub DAS Citarik, Kabupaten Bandung Irawan 2007, dan valuasi ekonomi konversi lahan pertanian ke non pertanian di DAS
Waduk Wonogiri Kabupaten Wonogiri Sutrisno 2011.
Penelitian tentang valuasi ekonomi juga sudah banyak dilakukan di negara lain dikarenakan isu tentang kelestarian lingkungan merupakan isu global dengan
semakin meningkatnya kesadaran masyarakat internasional terhadap pentingnya kelestarian lingkungan. Colombo et al. 2006 melakukan valuasi ekonomi
manfaat sosial dari tindakan konservasi tanah dengan menggunakan metode preferensi di Andalusia, Spanyol. Tran 2010 melakukan penelitian tentang
valuasi ekonomi biaya erosi tanah dan manfaat dari konservasi tanah di daerah pegunungan Vietnam Utara, dan Bui 2010 melakukan penelitian tentang valuasi
ekonomi biaya erosi tanah pada dataran tinggi di Vietnam Tengah.
Penelitian tentang valuasi ekonomi pertanian padi organik belum dilakukan. Berbagai penelitian tentang usahatani padi konvensional dan usahatani
padi organik sudah banyak dilakukan namun dilakukan secara terpisah. Penilaian kelayakan usaha serta pendapatan usahatani hanya berdasarkan aspek ekonomi
dan belum melakukan valuasi ekonomi terhadap biaya dan manfaat kualitas lingkungan pada pertanian padi konvensional maupun padi organik. Penelitian
Wijayanti 2005, Anugrah et al. 2005 dan Mutakin 2007 menganalisis komparasi kelayakan usaha serta pendapatan antara usahatani padi organik dan
padi konvensional serta menilai kelayakan usaha dan pendapatan usahatani hanya berdasarkan aspek ekonomi. Usahatani padi konvensional berdampak negatif
terhadap lingkungan sehingga apabila diperhitungkan biaya kerusakan lingkungan dalam jangka panjang akan menghasilkan pendapatan yang lebih rendah, bahkan
diduga bisa menjadi tidak layak untuk diusahakan. Oleh karena itu penelitian tentang valuasi ekonomi pertanian padi organik penting dilakukan untuk menilai
manfaat kualitas lingkungan dari pertanian padi organik sehingga penilaian kelayakan usaha dan pendapatan usahatani padi tidak hanya didasarkan pada
aspek ekonomi, namun juga memperhitungkan manfaat dan biaya kualitas lingkungan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap kelestarian
lingkungan.
3.2 Metodologi 3.2.1 Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan untuk melakukan valuasi ekonomi pertanian padi organik terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari
wawancara dengan petani dan pengamatan di lapangan. Wilayah penelitian meliputi 4 kecamatan dari 32 kecamatan yang ada di Kabupaten Cianjur yang