ke-3 yang memiliki nilai skor rata-rata sama dengan penyakit sebesar 0.27. Dampak penggunaan pupuk kimia yang berlebihan di masa lalu mengakibatkan
menurunnya kualitas lahan karena kurangnya bahan organik sehingga produktivitas padi mengalami penurunan saat beralih ke pertanian padi organik.
Meskipun hanya 9 responden petani yang menyatakan peralihan pertanian padi organik merupakan penyebab risiko produksi, namun sebanyak 7 orang 77.78
menyatakan bahwa peralihan ke pertanian padi organik sebagai urutan pertama penyebab terjadinya risiko produksi pertanian padi organik. Hal ini sesuai dengan
hasil-hasil penelitian terdahulu yang menunjukkan bahwa petani akan mengalami penurunan produksi pada saat awal beralih ke pertanian padi organik.
Pembuatan pupuk organik yang tepat dan jumlah yang cukup akan mempengaruhi hasil produksi padi yang diperoleh sehingga penggunaan pupuk
organik juga menjadi penyebab risiko produksi pertanian padi organik. Penerapan pertanian padi organik memerlukan ketrampilan dalam pembuatan pupuk organik
dan ketrampilan dalam budidaya. Pembuatan pupuk organik yang belum sempurna menyebabkan hasil produksi padi menjadi tidak optimal. Kondisi lahan
yang masih dalam masa peralihan juga memerlukan dosis pupuk organik yang berbeda sesuai dengan riwayat penggunaan lahan sebelumnya sehingga
memerlukan ketrampilan petani dalam menentukan jumlah pupuk organik yang dibutuhkan. Kurangnya ketrampilan petani dalam pembuatan pupuk organik yang
tepat dan kurangnya jumlah penggunaan pupuk organik mengakibatkan produktivitas padi organik mengalami penurunan. Penggunaan pupuk organik
yang kurang tepat menjadi penyebab risiko produksi pertanian padi organik urutan ke-4.
Faktor penyebab risiko produksi pertanian padi organik urutan ke-5 adalah kualitas benih. Kualitas dari benih yang digunakan mempengaruhi hasil produksi
padi yang diperoleh petani. Penggunaan benih yang kurang baik akan mengakibatkan jumlah tanaman yang tumbuh akan berkurang sehingga produksi
padi yang dihasilkan akan menurun.
Berdasarkan hasil analisis di atas menunjukkan bahwa penggunaan input khususnya pupuk dan benih dapat menimbulkan risiko produksi risk inducing
factor pada pertanian padi organik sebagaimana dikemukakan oleh Just and Pope 1974. Hasil di atas memiliki persamaan dengan hasil penelitian Zakirin et al.
2013 yang menunjukkan bahwa penggunaan input juga mempengaruhi risiko produksi padi konvensional, namun pada penelitian tersebut input yang
menimbulkan risiko produksi adalah luas lahan dan jumlah benih dengan pengaruh negatif. Hasil penelitian Zakirin et al. 2013 menunjukkan setiap
penambahan luas lahan sebesar 1 akan menurunkan risiko produksi padi sebesar 1.1126, dan setiap penambahan benih sebesar 1 akan menurunkan risiko
produksi padi sebesar 1.7244. Pada penelitian ini, risiko produksi pertanian padi organik dipengaruhi oleh kualitas benih serta kualitas dan jumlah pupuk organik
yang digunakan.
Sebagaimana pada pertanian padi organik, terjadinya risiko penurunan produksi pada pertanian padi konvensional juga disebabkan adanya serangan
hama dan penyakit, cuaca khususnya pada musim hujan yang menyebabkan tanaman padi membusuk karena terendam air, kurangnya jumlah penggunaan
pupuk dan penggunaan benih yang kurang berkualitas. Penyebab lainnya adalah pengairan yang kurang baik, perawatan tanaman yang tidak teratur pemupukan,
penyiangan, penyemprotan, panen yang tidak serempak dan berkurangnya kesuburan lahan karena kurangnya bahan organik tanah akibat penggunaan pupuk
kima yang berlebihan. Faktor penyebab risiko penurunan produksi yaitu berkurangnya kesuburan lahan dinyatakan oleh 8 orang petani 15.39.
Berdasarkan hal di atas dapat dilihat bahwa penggunaan pupuk kimia secara berlebihan telah menyebabkan penurunan kesuburan lahan sehingga produktivitas
padi menurun yang merupakan salah satu penyebab terjadinya risiko penurunan produksi pada pertanian padi konvensional. Sedangkan pada pertanian padi
organik, petani menghadapi risiko penurunan produksi khususnya pada masa peralihan seiring dengan pemulihan lahan yang dinyatakan oleh 9 orang petani
17.31. Namun setelah melewati masa peralihan, tanaman padi menjadi lebih sehat dan lebih tahan terhadap serangan hama dan penyakit serta pengaruh cuaca
yang ditunjukkan dari nilai koefisien variasi CV pertanian padi organik yang lebih kecil dari pertanian padi konvensional yang berarti bahwa besarnya risiko
yang dihadapi petani padi organik lebih kecil dari petani padi konvensional.
c. Strategi Pengelolaan Risiko Produksi Pertanian Padi Organik
Adanya risiko produksi pertanian padi organik menimbulkan kerugian bagi petani karena hasil produksi menjadi turun. Oleh karena itu perlu dilakukan
penanganan terhadap risiko produksi pertanian padi organik untuk menghindari atau memperkecil dampak dari risiko yang dihadapi petani.
Berdasarkan faktor-faktor penyebab terjadinya risiko produksi pertanian padi organik maka dapat dilakukan strategi untuk menangani risiko produksi yang
dihadapi oleh petani. Alternatif strategi yang dapat dilakukan adalah strategi preventif dan strategi mitigasi. Strategi preventif yaitu strategi untuk menghindari
terjadinya risiko produksi, sedangkan strategi mitigasi yaitu strategi untuk memperkecil dampak yang ditimbulkan dari risiko.
Strategi untuk mengurangi risiko produksi yang bersumber dari hama yang dapat dilakukan petani yaitu dengan melakukan perawatan dan pengawasan
tanaman lebih intensif sehingga dapat mengetahui lebih dini hama yang menyerang. Dengan mengetahui lebih awal, maka segera dapat dilakukan
pengendalian sebelum hama menyebar lebih banyak. Petugas pengamat hama diharapkan lebih intensif membantu petani dalam memberikan informasi tentang
cara-cara pencegahan hama dan melakukan pengamatan di lapangan sehingga dapat mencegah serangan hama dan segera melakukan pengendalian jika terdapat
hama yang menyerang. Untuk itu diperlukan peningkatan jumlah dan kualitas dari petugas pengendali hama sehingga pencegahan dan pengendalian hama pada
pertanian padi organik dapat dilakukan dengan efektif. Ketrampilan petani dalam membuat pestisida organik juga perlu ditingkatkan agar dapat mengendalikan
hama secara efektif yang dilakukan melalui kegiatan pelatihan.
Berdasarkan informasi dari peneliti BB Padi, untuk mencegah penyebaran hama dari lahan petani lain dapat dilakukan dengan menanam pohon-pohon di
sekitar lahan petani. Untuk mencegah hama keong dapat dilakukan dengan membuat parit-parit kecil di sekeliling lahan dengan lebar 40 cm dan kedalaman
40 cm untuk menghambat keong masuk ke sawah. Petani juga dapat menanam bambu atau menancapkan ranting-ranting pohon di sekeliling lahan sehingga
hama keong akan bertelur di ranting-ranting tersebut dan tidak akan masuk ke sawah petani. Dengan adanya ranting-ranting di sekitar lahan juga dapat menarik
serangga-serangga untuk hinggap di ranting-ranting tersebut agar dimangsa oleh wereng sebagai predator alami. Untuk menghindari penyebaran hama juga dapat
dilakukan dengan melakukan penananaman serempak diantara sesama petani untuk memutus siklus hama.
Strategi untuk mengurangi risiko produksi karena cuaca pada musim hujan yaitu dapat dilakukan dengan pengeringan lahan agar lahan tidak tergenang oleh
air sehingga tanaman padi tidak membusuk. Untuk itu diperlukan pembangunan sarana irigasi yang baik yang dapat dilakukan pengaturan air dengan jumlah yang
tepat, baik pada musim hujan maupun musim kemarau sehingga lahan pertanian padi tidak kelebihan atau kekurangan air. Strategi ini juga untuk mencegah
timbulnya penyakit dikarenakan penyakit pada umumnya meningkat jika terdapat banyak hujan. Selain itu perlu dilakukan perawatan dan pengawasan tanaman
lebih intensif sehingga dapat mencegah atau dapat mengetahui lebih dini penyakit yang timbul agar segera dapat dilakukan pengendalian sebelum penyakit menular
ke tanaman lain. Untuk itu diperlukan peningkatan ketrampilan petani dalam perawatan pertanian padi organik melalui kegiatan pelatihan.
Perubahan ke pertanian padi organik merupakan penyebab risiko produksi yang dinyatakan oleh 9 responden petani. Namun berdasarkan wawancara dari
seluruh responden petani diperoleh bahwa sebanyak 79.59 petani mengalami penurunan produksi, sebanyak 4.08 petani tidak mengalami penurunan produksi
dan sebanyak 16.33 petani bahkan mengalami peningkatan produksi saat beralih ke pertanian padi organik. Hal ini menunjukkan bahwa tidak selalu terjadi
penurunan produktivitas padi pada saat masa peralihan, tetapi ditentukan oleh penggunaan pupuk organik yang tepat dan perawatan tanaman yang baik. Oleh
karena itu strategi untuk mengurangi risiko produksi yang disebabkan peralihan kondisi lahan dari pertanian padi konvensional ke pertanian padi organik dapat
dilakukan dengan pembuatan pupuk dan pestisida organik dengan tepat dan jumlah yang tepat, serta perawatan tanaman dengan intensif. Untuk itu diperlukan
peningkatan ketrampilan petani dalam pembuatan pupuk dan pestisida organik yang tepat serta teknik budidaya padi organik melalui kegiatan pelatihan. Sarana
irigasi khusus untuk pertanian padi organik juga perlu dibangun agar air tidak tercemar oleh residu kimia dari pupuk dan pestisida kimia dari lahan padi
konvensional sehingga lahan pertanian padi organik dapat terjaga kualitasnya sehingga dapat mencegah penurunan produksi.
Strategi untuk mengurangi risiko produksi yang bersumber dari
penggunaan pupuk organik yaitu dengan pembuatan pupuk organik yang tepat dan jumlah yang cukup sesuai dengan kondisi lahan. Untuk itu perlu dilakukan
peningkatan ketrampilan petani melalui pelatihan tentang cara pembuatan pupuk organik dan pengetahuan tentang jumlah pupuk organik yang tepat sehingga
produktivitas padi dapat optimal. Untuk menjamin ketersediaan pupuk organik yang cukup maka perlu ditunjang dengan kepemilikan ternak oleh petani
dikarenakan sebagian besar petani tidak memiliki ternak.
Untuk mengurangi risiko produksi yang bersumber dari penggunaan benih maka strategi yang dapat dilakukan yaitu dengan pemilihan dan penggunaan
benih yang berkualitas agar benih dapat tumbuh dengan baik dan menghasilkan produksi yang baik. Untuk itu perlu dilakukan peningkatan ketrampilan petani
melalui pelatihan tentang cara persemaian benih yang baik dan pemilihan varitas benih yang berkualitas.
2.3.2 Risiko Harga Pertanian Padi Organik a. Penilaian Risiko Harga Pertanian Padi Organik
Pertanian padi organik juga menghadapi risiko harga yang ditunjukkan dari fluktuasi harga padi organik gabah kering panen GKP yang diterima petani
sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Rata-rata harga padi organik GKP di Kabupaten Cianjur
Kondisi Harga Rpkg
Peluang Tertinggi
4 067.31
0.16
Rata-rata 3 720.25
0.67
Terendah 3 390.38
0.17 Tabel 7 menunjukkan harga rata-rata padi organik yang diterima petani
sebesar Rp
3 720.25
kg yang dihitung dengan cara menjumlah rata-rata harga padi yang diperoleh masing-masing responden petani selama periode tahun 2007 –
2013 dibagi dengan jumlah responden petani. Penentuan harga tertinggi dan terendah didasarkan pada standar deviasi yang menunjukkan adanya
penyimpangan dari harga rata-rata. Peluang masing-masing tingkat harga diperoleh dari rata-rata peluang masing-masing petani memperoleh harga rata-
rata, tertinggi dan terendah selama melakukan budidaya padi organik pada periode tahun 2007 – 2013.
Berdasarkan Tabel 7 dapat dilihat bahwa peluang petani memperoleh harga rata-rata sebesar 0.67. Harga tertinggi padi organik sebesar Rp
4 067.31
kg dengan peluang memperoleh harga tersebut sebesar 0.16. Harga terendah padi
organik sebesar Rp
3 390.38
kg dengan peluang sebesar 0.17. Harga padi organik tertinggi diperoleh petani pada saat musim kemarau, sedangkan harga padi
organik terendah diperoleh petani pada saat musim hujan. Hal tersebut disebabkan harga padi organik yang diterima petani sesuai dengan kualitas padi yang
dihasilkan. Pada saat musim kemarau, kualitas padi organik yang dihasilkan petani adalah yang paling baik, sedangkan pada saat musim hujan kualitas padi
organik seringkali mengalami penurunan dikarenakan tamanan padi kelebihan air sehingga pertumbuhannya kurang optimal. Berdasarkan data tersebut maka
perhitungan risiko harga pertanian padi organik di Kabupaten Cianjur disajikan pada Tabel 8.
Tabel 8 Penilaian risiko harga pertanian padi organik GKP di Kabupaten Cianjur
Kondisi Peluang
Pi Harga Rpkg
Ri Pi. Ri
[Ri – ERi]
2
Pi.[Ri – ERi]
2
Tertinggi 0.16
4 067.31 650.77
120 825.76 19 332.12
Rata-rata 0.67
3 720.25 2 492.57
0.29 0.19
Terendah 0.17
3 390.38 576.37
108 458.25 18 437.90
E R = 3 719.71
2
= 37 770.21 = 194.35
CV = = 0.05
E Ri
Berdasarkan Tabel 8 diperoleh nilai simpangan baku sebesar 194.35 yang berarti bahwa besarnya fluktuasi harga padi organik yang mungkin diperoleh