organik. Dinas Pertanian dan PPL merupakan penyebab utama risiko
kelembagaan pertanian padi organik dengan skor rata-rata tertinggi sebesar 1.40. Dinas Pertanian kurang memberikan dorongan bagi petani dalam
pengembangan pertanian padi organik disebabkan pemerintah masih berorientasi pada target produksi dan terdapat kekhawatiran bahwa pertanian padi organik
dapat menurunkan produksi padi. Hingga saat ini belum terdapat kebijakan khusus untuk pengembangan pertanian padi organik sehingga bantuan yang
diberikan kepada petani masih relatif terbatas. Terdapat bantuan yang telah diberikan antara lain alat pembuatan pupuk organik kepada kelompok tani dan
subsidi pupuk organik namun belum memadai. Kegiatan penyuluhan, pembinaan dan pelatihan tentang pertanian padi organik belum dilaksanakan secara kontinu
dan tidak adanya pendampingan bagi petani sehingga pengembangan pertanian padi organik tidak berkelanjutan.
Salah satu kendala dalam pertanian padi organik adalah serangan hama dan penyakit tanaman HPT dimana pertanian organik tidak menggunakan
pestisida kimia sehingga untuk perawatan dan pengendalian HPT dibutuhkan biaya tenaga kerja yang lebih besar. Oleh karena itu diharapkan peran dari PPL
untuk lebih intensif memberikan bantuan dalam pengendalian hama dan penyakit tanaman HPT, namun kurangnya jumlah dan kualitas PPL menyebabkan peran
PPL belum sesuai dengan harapan petani.
Dinas Pertanian juga diharapkan dapat membantu petani dalam perolehan sertifikasi produk dikarenakan relatif mahalnya biaya untuk memperoleh sertifikat
organik sementara permodalan petani sangat terbatas. Terdapat dana dari pemerintah propinsi untuk fasilitas sertifikasi organik namun masih relatif terbatas
yaitu sebanyak 4 sertifikat per kabupaten selama 1 tahun untuk semua komoditas dan hingga saat ini belum ada bantuan untuk sertifikasi beras organik.
Petani padi organik hingga saat ini masih menghadapi kendala dalam pemasaran yaitu belum dimilikinya jaminan pasar dikarenakan konsumen beras
organik masih terbatas pada masyarakat golongan menengah ke atas karena harga beras organik yang lebih mahal. Belum dimilikinya sertifikasi organik dan
lemahnya posisi tawar petani mengakibatkan pemasaran dikuasasi oleh tengkulak dan harga padi organik terkadang disamakan atau sedikit lebih tinggi dari padi
konvensional yang belum sesuai dengan harapan petani. Oleh karena itu diharapkan peran Dinas Pertanian untuk membantu pemasaran padi organik
dengan memberikan jaminan pasar dan harga, namun hingga saat ini belum diterima petani.
Masih terdapat perbedaan persepsi antara pemerintah dan petani tentang pertanian padi organik serta kurangnya koordinasi antar lembaga dalam
pengembangan pertanian padi organik. Pemerintah beranggapan masih diperlukannnya penggunaan pupuk kimia dalam pertanian padi organik agar tidak
terjadi penurunan produksi padi, sedangkan BBWSC sebagai lembaga yang pertama kali memberikan pelatihan tentang pertanian padi organik bersama
dengan petani menganggap bahwa pertanian padi organik merupakan budidaya tanpa pupuk dan pestisida kimia sesuai dengan SNI pangan organik dan tuntutan
konsumen. Adanya perbedaan persepsi tersebut menjadi kendala pengembangan pertanian padi organik di Kabupaten Cianjur.
2 Kelompok Tani
Dalam pengembangan pertanian padi organik, kelompok tani diharapkan berperan memberikan penyuluhan dan informasi, pembinaan, pengaturan jadwal
tanam, memberikan bantuan modal, pengadaan sarana produksi dan membantu pemasaran. Peran yang diharapkan tersebut saat ini belum berjalan dengan baik
sehingga menjadi kendala dalam penerapan pertanian padi organik. Kelompok tani merupakan urutan ke-2 penyebab risiko kelembagaan pertanian padi organik
dengan skor rata-rata sebesar 0.76.
Kegiatan kelompok tani dalam pengembangan pertanian padi organik belum berjalan aktif. Pertemuan kelompok tani untuk memberikan penyuluhan,
informasi dan pembinaan tentang pertanian padi organik kepada anggota belum dilakukan secara rutin. Anggota kelompok tani yang telah mengikuti pelatihan
pertanian padi organik sejak tahun 2007 diharapkan dapat ikut menyampaikan informasi dan mengajak anggota kelompok tani lainnya untuk menerapkan
pertanian padi organik, namun pengembangan pertanian padi organik hingga saat ini berjalan lambat karena kurangnya peran kelompok tani disebabkan lemahnya
manajemen.
Kelompok tani juga diharapkan berperan untuk memberikan bantuan modal dan pengadaan sarana produksi organik bagi petani, namun hingga saat ini
belum dapat dilaksanakan karena keterbatasan modal. Kelompok tani juga belum dapat menampung seluruh hasil padi organik anggota disebabkan keterbatasan
modal dan lemahnya manajemen sehingga belum memiliki jaminan pasar. Hanya sebanyak 21.43 dari petani responden yang hasil produksinya dapat ditampung
oleh kelompok tani, sedangkan sebagian besar petani 64.29 menjual ke tengkulak dengan harga yang lebih rendah. Sebagian kecil petani yaitu sebanyak
11.90 menjual ke rumah makan dan hotel, serta sebanyak 2.38 menjual ke koperasi.
3 Koperasi
Peran yang diharapkan dapat dilakukan oleh koperasi dalam pengembangan pertanian padi organik yaitu memberikan bantuan modal,
menyediakan sarana produksi serta menampung hasil dan membantu pemasaran padi organik. Peran tersebut saat ini belum berjalan dengan baik sehingga menjadi
kendala dalam penerapan pertanian padi organik. Koperasi merupakan urutan ke-3 penyebab risiko kelembagaan pertanian padi organik dengan skor rata-rata sebesar
0.52.
Koperasi sebagai lembaga usaha yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan anggota dan masyarakat diharapkan dapat memberikan pelayanan
untuk memenuhi kebutuhan anggotanya. Saat ini banyak koperasi yang tidak berjalan atau kurang aktif dalam menjalankan kegiatan usahanya dikarenakan
keterbatasan modal dan lemahnya manajemen serta partisipasi anggota yang rendah dikarenakan rendahnya kualitas sumberdaya manusia. Permodalan
koperasi relatif terbatas sehingga koperasi belum dapat memberikan bantuan modal, menyediakan sarana produksi organik dan membantu pemasaran hasil
secara maksimal bagi anggota. Hanya sebanyak 2.38 petani responden yang menjual hasilnya ke koperasi dikarenakan koperasi tidak dapat bersaing dengan
tengkulak.
4 Bank
Bank merupakan urutan ke-4 penyebab risiko kelembagaan pertanian padi organik dengan skor rata-rata sebesar 0.48. Lembaga perbankan diharapkan
berperan memberikan bantuan permodalan bagi petani, namun peran tersebut belum dirasakan petani dikarenakan banyaknya persyaratan yang harus dipenuhi
jika ingin meminjam kredit. Adanya persyaratan agunan sangat memberatkan petani sehingga menjadi kendala petani dalam penerapan pertanian padi organik.
b. Strategi Pengelolaan Risiko Kelembagaan Pertanian Padi Organik
Adanya risiko kelembagaan pertanian padi organik menjadi kendala petani dalam menerapkan pertanian padi organik. Berdasarkan faktor-faktor penyebab
terjadinya risiko kelembagaan maka perlu dilakukan strategi penanganan risiko untuk membantu petani menerapkan pertanian padi organik.
Untuk menangani risiko kelembagaan yang bersumber dari Dinas Pertanian dan PPL yaitu diperlukan dukungan dan komitmen yang sungguh-
sungguh dari pemerintah dengan membuat kebijakan khusus untuk pengembangan pertanian padi organik. Diperlukan perhatian dari pemerintah bahwa dalam jangka
panjang pertanian padi organik dapat menjamin keberlanjutan produksi padi sehingga dapat mendukung ketahanan pangan. Perlu dilakukan persamaan
persepsi dan koordinasi antar instansi terkait untuk pengembangan pertanian padi organik. Kegiatan penyuluhan, pembinaan dan pelatihan pertanian padi organik
perlu dilakukan secara kontinu dan berkelanjutan dengan memberikan pendampingan kepada petani. Untuk itu jumlah dan kualitas PPL perlu
ditingkatkan. Selain itu, petani juga perlu diberikan bantuan permodalan dan pemasaran dengan memberikan jaminan harga padi organik.
Untuk menangani risiko kelembagaan yang bersumber dari kelompok tani yaitu diperlukan peningkatan peran dari kelompok tani dengan memberikan
bantuan permodalan, sarana dan prasarana antara lain mesin pembuatan pupuk organik, mesin penggilingan padi dan alat transportasi, serta pelatihan manajemen
sehingga dapat menyediakan pupuk organik dan menampung hasil dari petani. Untuk menjamin pemasaran padi organik maka perlu menjalin kemitraan antara
kelompok tani dengan perusahaan mitra dalam pemasaran beras organik. Peran kelompok tani juga perlu ditingkatkan melalui pembinaan dan pendampingan oleh
PPL dengan mengadakan pertemuan secara rutin untuk memberikan informasi, pembinaan, pelatihan dan perencanaan bersama tentang pertanian padi organik.
Untuk menangani risiko kelembagaan yang bersumber dari koperasi yaitu perlu peningkatan peran dari koperasi dalam memberikan bantuan modal,
penyediaan sarana produksi organik dan menampung hasil dari petani. Untuk itu pemerintah perlu memberikan bantuan permodalan bagi koperasi, pembinaan dan
pelatihan manajemen agar koperasi dapat menjalankan perannya dengan baik.
Untuk menangani risiko kelembagaan yang bersumber dari lembaga perbankan yaitu diperlukan kebijakan pemerintah untuk memberikan kemudahan
kredit bagi petani dengan syarat yang mudah dan bunga yang murah sehingga dapat membantu permodalan petani untuk menerapkan pertanian padi organik.
2.3.4 Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis risiko pertanian padi organik menunjukkan bahwa penyebab risiko produksi pertanian padi organik yaitu hama, penyakit,
cuaca, peralihan kondisi lahan, penggunaan pupuk organik dan penggunaan benih pada dasarnya disebabkan oleh faktor kualitas sumberdaya manusia petani yaitu
ketrampilan petani dalam budidaya padi organik. Peningkatan ketrampilan petani dalam penggunaan pupuk organik yang tepat, penggunaan benih yang baik dan
perawatan tanaman yang intensif dapat mengurangi penurunan produksi serta penurunan kualitas padi yang mengakibatkan harga padi organik menjadi turun
yang juga merupakan salah satu penyebab terjadinya risiko harga padi organik. Selain faktor kualitas sumberdaya manusia petani, diperlukan dukungan sarana
untuk budidaya padi organik khususnya sarana irigasi yang baik untuk mengurangi risiko produksi dan risiko harga terutama pada musim hujan karena
tanaman padi kelebihan air yang mengakibatkan produksi dan kualitas padi menurun sehingga harga menjadi rendah. Sarana irigasi juga diperlukan untuk
menjaga keorganikan padi agar tidak tercemar air dari lahan padi konvensional sehingga dapat meningkatkan harga padi organik.
Sebagaimana pada risiko produksi, penyebab risiko harga padi organik yaitu panen raya, kualitas produk rendah, cuaca, pemasaran lemah dan kurangnya
permintaan beras organik juga dapat dikurangi dengan meningkatkan kualitas sumberdaya manusia petani yaitu ketrampilan petani dalam budidaya padi
organik dan manajemen dalam pemasaran, serta perlunya bantuan modal untuk meningkatkan posisi tawar petani.
Demikian pula faktor kualitas sumberdaya manusia sebagai penyebab terjadinya risiko kelembagaan. Kurangnya perhatian pemerintah, khususnya Dinas
Pertanian terhadap pentingnya pertanian padi organik menyebabkan kurangnya dukungan bagi petani untuk pengembangan pertanian padi organik. Risiko
kelembagaan dari kelompok tani dan koperasi yang belum dapat berperan dengan baik untuk memberikan penyuluhan, informasi, pembinaan, penyediaan sarana
produksi, modal dan pemasaran disebabkan kurangnya kualitas sumberdaya manusia petani yang menyebabkan lemahnya manajemen serta adanya
keterbatasan modal yang juga disebabkan lembaga perbankan yang belum berperan dengan baik untuk membantu petani dalam permodalan.
Berdasarkan hasil analisis menunjukkan terdapat risiko penurunan produksi pada masa peralihan pertanian padi organik sebagaimana hasil-hasil
penelitian terdahulu yaitu Suwantoro 2008, Mayrowani et al. 2010 dan Prayoga 2010. Namun sebagian petani tidak mengalami penurunan produksi,
bahkan terdapat petani yang mengalami peningkatan produksi pada masa peralihan.
Hal tersebut menunjukkan bahwa selain dipengaruhi riwayat penggunaan lahan sebelumnya, keberhasilan budidaya padi organik ditentukan
oleh ketrampilan petani dalam budidaya padi organik. Dari hasil analisis diperoleh bahwa
besarnya risiko produksi pertanian padi organik lebih rendah dari padi konvensional.
Hasil ini sesuai dengan pernyataan Ismanto dan Azis 2011 dan mendukung hasil penelitian sebelumnya dari
Wicaksono 2011 dan Tahir et al. 2011. Penelitian Abdullah 2007 menunjukkan hasil yang berbeda yaitu risiko produksi pertanian padi semi
organik lebih besar dari pertanian padi konvensional, tetapi hal tersebut disebabkan oleh belum adanya acuan penggunaan input organik untuk pencapaian
produksi yang optimal dan terutama akibat penggunaan benih unggul dalam pertanian padi organik yang memerlukan penggunaan pupuk kimia agar dapat
tumbuh dengan optimal. Namun berdasarkan nilai koefisien variasi menunjukkan
besarnya risiko produksi pertanian padi semi organik pada penelitian Abdullah 2007 lebih rendah dari risiko produksi pertanian padi konvensional pada
penelitian yang dilakukan oleh Ningsih 2010. Berdasarkan hasil analisis diperoleh bahwa besarnya risiko harga untuk
setiap Rp 1 harga padi organik yang diterima petani lebih rendah dari padi konvensional. Hasil analisis ini mendukung penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Abdullah 2007 dan Wicaksono 2011.
2.4 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis risiko produksi, risiko harga dan risiko kelembagaan pertanian padi organik maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Besarnya risiko produksi pertanian padi organik sebesar 0.11 ton untuk setiap 1 ton hasil yang diperoleh, sedangkan pada pertanian padi konvensional
sebesar 0.19 ton untuk setiap 1 ton hasil yang diperoleh. Besarnya risiko harga pertanian padi organik sebesar Rp 0.05 untuk setiap Rp 1 harga padi organik,
sedangkan pada pertanian padi konvensional sebesar Rp 0.12 untuk setiap Rp 1 harga padi .
2. Faktor utama penyebab terjadinya risiko produksi dan risiko harga pada pertanian padi organik adalah kualitas sumberdaya manusia petani yaitu
kurangnya ketrampilan dalam budidaya padi organik dan lemahnya manajemen dalam pemasaran, serta keterbatasan modal yang menyebabkan posisi tawar
petani menjadi rendah sehingga harga dikuasai oleh tengkulak.
3. Faktor kualitas sumberdaya manusia juga sebagai penyebab terjadinya risiko kelembagaan. Sumber risiko kelembagaan utama yang dihadapi petani adalah
Dinas Pertanian. Kurangnya perhatian pemerintah terhadap pentingnya pertanian padi organik menyebabkan kurangnya dukungan bagi petani untuk
pengembangan pertanian padi organik. Kurangnya kualitas sumberdaya manusia petani yang menyebabkan lemahnya manajemen serta keterbatasan
modal menyebabkan risiko kelembagaan kelompok tani dan koperasi yang belum dapat berperan dengan baik untuk membantu petani dalam penyediaan
sarana produksi, modal dan pemasaran. Kurangnya dukungan perbankan menjadi risiko kelembagaan bagi petani sehingga menjadi kendala dalam
penerapan pertanian padi organik.
3 VALUASI EKONOMI PERTANIAN PADI ORGANIK
3.1 Pendahuluan
Kurangnya kesadaran petani tentang kelestarian lingkungan menyebabkan sebagian besar petani di Kabupaten Cianjur belum menerapkan pertanian padi
organik. Petani
masih berorientasi
produksi jangka
pendek tanpa
memperhitungkan kerusakan lingkungan jangka panjang dari pertanian padi konvensional. Hal tersebut dikarenakan dampak penggunaan pupuk organik akan
diperoleh dalam jangka waktu lama dan petani menghadapi risiko penurunan