Uang merupakan bentuk pembayaran yang paling banyak diharapkan oleh petani dikarenakan keterbatasan permodalan yang dimiliki oleh petani. Petani
memerlukan uang untuk membeli pupuk kandang dikarenakan sebagian besar petani tidak memiliki ternak. Selain itu uang diperlukan untuk membayar upah
tenaga kerja terutama pada kegiatan penyiangan karena budidaya padi organik memerlukan perawatan yang intensif serta untuk membantu petani dalam
pembuatan pupuk organik.. Bantuan uang dari pemerintah sangat diharapkan karena petani sulit untuk mendapatkan pinjaman dari bank disebabkan persyaratan
yang memberatkan terutama harus adanya agunan.
Petani mengharapkan bantuan jaminan harga dikarenakan harga padi organik maupun beras organik yang diterima selama ini belum sesuai dengan
harapan petani karena pemasaran masih dikuasai oleh tengkulak. Hal ini disebabkan lemahnya permodalan dan keterbatasan sumberdaya manusia petani
sehingga posisi tawar petani menjadi rendah. Petani menjual hasil ke tengkulak dengan alasan mudah dan cepat serta semua biaya pemasaran ditanggung oleh
tengkulak. Petani mengharapkan pemerintah dapat membeli hasil produksi petani dengan harga yang lebih tinggi sehingga petani bersedia menerapkan pertanian
padi organik.
Bantuan ternak yang diharapkan petani yaitu berupa ternak kambing atau ternak sapi untuk penyediaan pupuk kandang. Bantuan sarana produksi yang
diharapkan petani yaitu dalam bentuk pupuk organik yang siap untuk digunakan dikarenakan keterbatasan bahan organik dan petani tidak memiliki ruangan serta
tenaga kerja jika harus memelihara ternak sendiri. Bantuan peralatan yang diharapkan adalah traktor dan alat pembuat pupuk organik.
Hasil di atas memiliki beberapa kesamaan dengan hasil penelitian Irawan 2007 tentang pembayaran jasa lingkungan yang diharapkan petani agar mereka
tetap bertahan sebagai petani. Pembayaran yang diharapkan petani padi sawah adalah bantuan sarana produksi 48.3, jaminan harga padi 30.0, perbaikan
sarana irigasi 5.0, tunjangan khusus 5.0, alat-mesin pertanian 3.3, penghapusan PBB 3.3 dan penyuluhan 1.7. Sarana produksi yang
diharapkan adalah pupuk, obat-obatan dan benih padi. Jaminan harga padi sangat diharapkan karena harga pembelian padi oleh pedagang selalu lebih rendah dari
harga dasar. Tunjangan khusus adalah seperti gaji bagi pegawai karena petani telah membantu pemerintah dalam menyediakan pangan bagi penduduk. Bantuan
alat-mesin pertanian berupa traktor dan alat pemanen padi thresher yang dapat dikelola oleh kelompok tani. Sementara pada petani lahan kering, pembayaran
jasa lingkungan yang diharapkan adalah sarana produksi 53.3, modaluang 26.7, kenaikan harga padi 8.9, penurunan harga sarana produksi 6.7
dan penyuluhan 4.4.
Terdapat 3 cara pembayaran jasa lingkungan yang diharapkan petani untuk menerapkan pertanian padi organik yaitu diberikan dalam bentuk uang dengan
proporsi terbesar, dalam bentuk barang yaitu ternak, pupuk organik dan peralatan, serta pemberian jaminan harga Tabel 17.
Tabel 17 Cara pembayaran jasa lingkungan pertanian padi organik yang diharapkan petani
No Cara pembayaran jasa lingkungan
1 Uang
53.85 2
Barang 25.00
3 Jaminan harga
21.15 Total 100.00
3.3.5 Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhi kesediaan petani menerapkan pertanian padi organik adalah kualitas sumberdaya
manusia petani dan jaminan harga. Kurangnya pengetahuan dan kesadaran petani terhadap kelestarian lingkungan serta sikap petani yang tidak berani menanggung
risiko merupakan penyebab terbesar petani tidak menerapkan pertanian padi organik. Belum adanya jaminan harga padi dan beras organik ditunjukkan dari
bantuan yang diharapkan sebagian besar petani untuk menerapkan pertanian padi organik yaitu dalam bentuk uang dan jaminan harga. Belum adanya jaminan harga
disebabkan kurangnya kualitas sumberdaya manusia petani yang menyebabkan lemahnya manajemen dalam pemasaran serta adanya keterbatasan modal
menyebabkan posisi tawar petani menjadi rendah sehingga harga dikuasai oleh tengkulak.
Hal di atas sebagaimana ditunjukkan dari variabel keikutsertaan pelatihan dan pendapatan yang berpengaruh signifikan terhadap besaran WTA dan bertanda
negatif. Dengan mengikuti pelatihan maka pengetahuan, kesadaran dan ketrampilan petani dalam budidaya padi organik meningkat sehingga akan
meningkatkan kesediaan petani untuk menerapkan pertanian padi organik. Demikian juga semakin meningkatnya harga padi dan beras organik maka
pendapatan petani akan meningkat sehingga meningkatkan kesediaan petani untuk menerapkan pertanian padi organik.
Hasil di atas sesuai dengan hasil analisis risiko sebelumnya yang menunjukkan adanya risiko produksi pada masa peralihan menyebabkan petani
tidak berani menanggung risiko untuk beralih ke pertanian padi organik. Adanya risiko harga dimana harga padi dan beras organik belum terjamin juga
menyebabkan petani belum bersedia menerapkan pertanian padi organik. Bantuan uang dan jaminan harga yang diharapkan petani juga sebagaimana ditunjukkan
dari hasil analisis risiko yaitu adanya risiko kelembagaan yang dihadapi petani dimana Dinas Pertanian, kelompok tani, koperasi dan bank yang diharapkan
memberikan bantuan pemasaran dan modal belum menjalankan perannya dengan baik sehingga petani belum bersedia menerapkan pertanian padi organik.
Faktor lain yang mempengaruhi kesediaan petani menerapkan pertanian padi organik adalah ketersediaan bahan organik. Hal tersebut ditunjukkan dari
alasan terbesar ke-3 yang menyebabkan petani tidak menerapkan pertanian organik serta bantuan yang diharapkan dalam bentuk sarana produksi dan ternak,
selain uang dan jaminan harga. Pertanian padi organik memerlukan pupuk organik dalam jumlah relatif banyak, sedangkan sebagian besar petani tidak memiliki
ternak. Oleh karena itu diperlukan ketersediaan bahan organik yang cukup agar petani bersedia menerapkan pertanian padi organik.
Berdasarkan analisis valuasi ekonomi pertanian padi organik diperoleh hasil bahwa terdapat manfaat kualitas lingkungan dari pertanian padi organik
dimana dengan penerapan pertanian padi organik maka dapat memperbaiki kualitas lahan sehingga dapat meningkatkan produktivitas dan kualitas padi serta
menurunkan biaya produksi. Hasil analisis ini mendukung hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Abdullah 2007, Susanti et al. 2008 dan
Murniati et al. 2014 yang memiliki hasil yang sama.
3.4 Kesimpulan
1. Manfaat kualitas lingkungan dari pertanian padi organik adalah adanya peningkatan penerimaan sebesar Rp 4 904 554ha dan penurunan biaya
produksi sebesar Rp 116 666.67ha sehingga total manfaat kualitas lingkungan sebesar Rp 5 021 220.67ha dan total manfaat kualitas lingkungan dari
pertanian padi organik di Kabupaten Cianjur sebesar Rp 317.84 milyar. Nilai WTA pertanian padi organik di Kabupaten Cianjur sebesar Rp 378.78 milyar.
2. Faktor yang mempengaruhi kesediaan petani menerapkan pertanian padi
organik adalah kualitas sumberdaya manusia petani, jaminan harga dan ketersediaan bahan organik. Kurangnya kesadaran petani terhadap kelestarian
lingkungan serta belum adanya jaminan harga menyebabkan petani tidak bersedia menerapkan pertanian padi organik. Belum adanya jaminan harga
disebabkan kurangnya kualitas sumberdaya manusia petani yang menyebabkan lemahnya manajemen dalam pemasaran serta adanya keterbatasan modal
sehingga posisi tawar petani menjadi rendah. Ketersediaan bahan organik yang terbatas karena sebagian besar petani tidak memiliki ternak mempengaruhi
kesediaan petani menerapkan pertanian padi organik.
3. Variabel yang berpengaruh signifikan terhadap besaran WTA adalah luas
lahan, kepemilikan pekerjaan lain, keikutsertaan pelatihan dan pendapatan. Dengan mengikuti pelatihan maka pengetahuan dan kesadaran petani tentang
kelestarian lingkungan akan meningkat sehingga meningkatkan kesediaan petani menerapkan pertanian padi organik. Dengan adanya jaminan harga padi
dan beras organik maka akan meningkatkan pendapatan sehingga meningkatkan kesediaan petani menerapkan pertanian padi organik.
4 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PETANI DALAM PENERAPAN PERTANIAN PADI ORGANIK
4.1 Pendahuluan
Petani sebagai pelaku penting yang mengambil keputusan untuk menerapkan pertanian padi organik sehingga dalam pengembangan pertanian padi
organik perlu mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan petani agar bersedia menerapkan pertanian padi organik. Sebagian
besar petani di Kabupaten Cianjur memiliki luas lahan garapan sempit yaitu rata- rata sebesar 0.10-0.25 ha dan sebanyak 80 sebagai petani penggarap
menyebabkan petani takut menanggung risiko perubahan metode produksi sehingga jumlah petani yang menerapkan pertanian padi organik masih sedikit
yaitu sebanyak 0.05 dari total petani padi. Pemeliharaan pertanian padi organik perlu lebih intensif sehingga membutuhkan biaya tenaga kerja lebih besar,
sedangkan permodalan petani terbatas.
Menurut Mardikanto 1993, adopsi terhadap inovasi dipengaruhi oleh variabel kependudukan, karakteristik teknologi, sumber informasi, pengetahuan,
kesadaran, sikap dan pengaruh kelompok. Adopsi terhadap inovasi merujuk kepada keputusan untuk menerapkan suatu inovasi dan terus menerus
menggunakannya. Menurut Hanafi 1987, sifat inovasi juga akan menentukan kecepatan adopsi inovasi. Terdapat 5 macam sifat inovasi yang mempengaruhi
kecepatan adopsi suatu inovasi, yaitu: 1 keuntungan relatif, adalah tingkatan yang menunjukkan suatu ide baru dianggap suatu yang lebih baik daripada ide-ide
yang ada sebelumnya. Tingkat keuntungan relatif seringkali dinyatakan dengan atau dalam bentuk keuntungan ekonomis; 2 kompabilitas keterhubungan
inovasi dengan situasi klien, adalah sejauh mana suatu inovasi dianggap konsisten dengan nilai-nilai yang ada, pengalaman masa lalu dan kebutuhan
penerima. Ide yang tidak kompatibel dengan ciri-ciri sistem sosial yang menonjol akan tidak diadopsi secepat ide yang kompatibel; 3 kompleksitas kerumitan
inovasi, adalah tingkat dimana suatu inovasi dianggap relatif sulit untuk dimengerti dan digunakan; 4 triabilitas dapat dicobanya suatu inovasi, adalah
suatu tingkat dimana suatu inovasi dapat dicoba dengan skala kecil, 5 observabilitas dapat diamatinya suatu inovasi, adalah tingkat dimana hasil-hasil
suatu inovasi dapat dilihat oleh orang lain.
Menurut Lipsey et al. 1991, jumlah komoditi yang akan diproduksi oleh produsen dipengaruhi oleh harga komoditi tersebut, harga input, tujuan dan
teknologi. Semakin tinggi harga suatu komoditi maka semakin besar jumlah komoditi tersebut yang akan diproduksi karena keuntungan akan meningkat.
Semakin tinggi harga input maka semakin kecil keuntungan yang akan diperoleh sehingga semakin rendah jumlah komoditi yang akan diproduksi. Dalam teori
ekonomi, produsen diasumsikan memiliki tujuan memaksimumkan laba. Akan tetapi, produsen bisa saja memiliki tujuan lainnya atau tujuan sebagai substitusi
untuk memaksimisasi laba. Jika produsen takut menanggung risiko, produsen tersebut akan memilih jalur kegiatan yang lebih aman meskipun kemungkinan
memperoleh keuntungan lebih kecil. Perubahan teknologi yang menurunkan biaya produksi akan menaikkan keuntungan sehingga semakin besar kesediaan untuk
memproduksi komoditi tersebut.
Berdasarkan teori di atas maka harga beras organik yang lebih tinggi karena kualitas yang lebih sehat, kemudahan memperoleh bahan-bahan organik di
sekitar petani sehingga dapat menghemat biaya, peningkatan keuntungan atau pendapatan dari peningkatan harga dan penurunan biaya, teknologi pertanian padi
organik yang dapat meningkatkan produktivitas padi dan sifat kemudahan teknologi dapat menjadi pendorong petani untuk menerapkan pertanian padi
organik. Sebaliknya kurangnya kesadaran petani terhadap kelestarian lingkungan dan sikap petani takut menanggung risiko menjadi kendala dalam penerapan
pertanian padi organik. Sebagaimana hasil dari analisis risiko yang telah dilakukan sebelumnya menunjukkan bahwa terdapat risiko produksi dan risiko
harga dari pertanian padi organik. Demikian juga hasil dari analisis valuasi