Kerangka Pemikiran METODOLOGI PENELITIAN

73

3. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Kerangka Pemikiran

Penelitian ini bertujuan untuk merekayasa sistem Agroestat sebagai bentuk pengembangan kawasan pertanian yang berkesinambungan dengan pendekatan keterpaduan wilayah berbasis komoditi hortikultura unggulan setempat yang berdaya saing. Salah satu tolok ukur keberhasilan yang terukur dari rekayasa ini adalah terjadinya peningkatan pendapatan penghasilan petani secara nyata. Rekayasa kawasan pertanian terpadu Agroestat merupakan alternatif untuk mewujudkan pembangunan sentra-sentra pertanian di perdesaan yang mempunyai komoditi unggulan dilaksanakan dengan pendekatan keterpaduan wilayah. Rekayasa ini mengolah masukan input yang tidak terkendali uncontrollable dan yang terkendali controllable, diolah sehingga menghasilkan keluaran output yang dikehendaki secara maksimal, serta meminimalkan keluaran yang tidak dikehendaki Gambar 4. REKAYASA SISTEM AGROESTAT DENGAN PENDEKATAN KETERPADUAN WILAYAH Input yang tidak terkendali : Ketentuan Imporekspor komoditi hortikultura. Fluktuasi harga komoditi, lokal regional dan internasional. Ketentuan tentang kredit bersubsidi. Input yang terkendali : Pengaturan tata ruang. Subsidi tidak langsung, berupa pengadaan infrastruktur irigasi. Teknologi pembibitan, budidaya, dan pengolahan pasca panen. Mutu komoditas. Ketersediaan kredit khusus petani. Output yang dikehendaki : Peningkatan pendapatan petani. Peningkatan Agroindustri. Harga komoditi yang stabil tinggi. Peningkatan hasil produksi dan ketersediaan sepanjang tahun. Tata niaga produk pertanian yang setara, adil dan alami. Keserasian lingkungan. Output yang tidak dikehendaki : Kesenjangan pendapatan Keterbatasan infrastruktur Kredit usaha macet Usaha yang merugi 1 Input Lingkungan 1. Iklim dan cuaca klimat 2. Peraturan Pemerintah 3. Kondisi sosial ekonomi 4. Gejolak ekonomi dan moneter umpan balik Manajemen Pengendalian Agroestat Gambar 4 : Diagram Input-output Pengembangan Kawasan Pertanian Terpadu. 74 Mengamati permasalahan yang dihadapi pada pola-pola yang pernah dirancang dengan sistem keterikatan perusahaan inti dan petani plasma, maka rekayasa sistem Agroestat ini ditekankan pada proses alami yang berorientasi pada pemberdayaan empowerment masyarakat petani, sebagai pelaku dalam agribisnis yang paling rendah pendapatannya serta paling lemah posisi tawarnya. Upaya pemberdayaan itu dilakukan melalui peningkatan prasarana, serta membangun kemandirian petani sebagai salah satu pelaku utama dalam agribisnis. Produksi budidaya ditingkatkan melalui penambahan jaringan infrastruktur irigasi dan nilai tambah yang dinikmati petani diupayakan melalui pengkayaan lingkup enrichment dengan memberikan kemudahan untuk menjalankan usaha industri mikro atau kecil di bidang pengolahan pasca panen. Dalam pengembangan kawasan pertanian terpadu pola Agroestat ini, peran Pemerintah dibatasi pada bentuk-bentuk bantuan tidak langsung, diarahkan pada upaya untuk meningkatkan produksi melalui pengadaan jaringan infrastruktur serta penyediaan dana pinjaman dan teknologi industri pasca panen pada tingkat yang sederhana kepada petani. Pola Agroestat ini memperhatikan dua fenomena perubahan lingkungan strategis makro yang relevan, yaitu: 1 Pertumbuhan ekonomi yang berorientasi pada penerapan mekanisme pasar bebas yang berkeadilan secara konsisten dan pembatasan peran Pemerintah. 2 Penerapan konsep otonomi daerah yang berintikan desentralisasi pada tingkat Daerah KabupatenKota. Penelitian ini dilakukan pada produk hortikultura yang merupakan komoditi unggulan di daerah, sebagai upaya pemberdayaan masyarakat sesuai potensi lokal.

3.2 Tahapan Penelitian