Lembaga Penunjang Kemitraan Analisis Situasional

82

4.1.3 Lembaga Penunjang

Dari penelitian lapang, kelompok tani terdapat hampir di setiap desa. Walaupun banyak LSM pertanian yang telah didirikan di wilayah Kabupaten, hanya beberapa saja yang terdaftar dan mempunyai kantor sekretariat. Demikian pula Koperasi Unit Desa KUD banyak tersebar di wilayah Kabupaten, umumnya terdiri dari unit simpan pinjam. Peran utama KUD adalah memberikan pinjaman dengan batas maksimal Rp.15 juta per anggota. Upaya perolehan pendapatan KUD dari penjualan hortikultura, sebagai konsumsi sayur maupun benih, telah mengalami penurunan yang drastis sejak tahun 2000. Hal ini mengindikasikan bahwa KUD sudah kalah bersaing dengan pengumpulperantara swasta dalam agroniaga. Lembaga Penyuluh Pertanian dibawah Dinas Pertanian Kehutanan dan Konservasi Tanah, bertujuan untuk meningkatkan sumberdaya manusia, pengetahuan, sikap, dan keterampilan petani. Lembaga ini sudah tidak aktif lagi sejak diterapkannya otonomi daerah. Sedangkan Asosiasi-asosiasi pengusaha produk hortikultura di wilayah Kabupaten, juga kurang berkembang sehingga tidak bisa mewakili aspirasi para pelaku industri pengolahan. Keluhan utama terhadap asosiasi pengusaha yang ada adalah ketidakmampuan Asosiasi dalam membantu pengadaan modaldana pinjaman bagi para anggota.

4.1.4 Kemitraan

Kemitraan dalam agribisnis hortikultura masih menghadapi banyak kendala operasional di lapangan terutama karena rendahnya kesadaran dan kesediaan petani untuk mematuhi kesepakatan dalam perjanjian kontrak jangka panjang yang telah disepakati, seperti misalnya kesanggupan untuk: 1 Tetap menjual hasil budidaya kepada perusahaan besar dengan volume dan harga yang diperjanjikan walaupun permintaan dan harga pasar sedang tinggi. 2 Menghasilkan komoditi dengan proses dan mutu yang tinggi, sesuai dengan kesepakatan. Di lain pihak perusahaan besar seringkali memberlakukan seleksi yang terlalu ketat disamping pembayaran kepada petani sering tertunda. Sebagai contoh, kemitraan 83 antara petani budidaya hortikultura di Kabupaten Brebes dengan pihak-pihak: 1 PT Pusri, yang memberikan pinjaman dalam bentuk pupuk. Kemitraan ini tidak berlangsung lama karena PT Pusri tidak bersedia ikut bertanggung jawab atas pemasaran hortikultura bawang merah, khususnya saat harga komoditi jatuh maka kerugian sepenuhnya dipikulkan kepada petani. 2 PT Indofood, yang menyediakan benih dan membeli hasil panen petani hortikultura cabe merah, bawang merah dan kentang dengan harga yang disepakati. Kemitraan ini diprakarsai oleh Pusat Koperasi Unit Desa PUSKUD Kabupaten Brebes dengan kontrak kerjasama formal. Operasionalisasi kemitraan ini sepenuhnya oleh KUD yang seringkali bermasalah karena petani tidak mau terikat kontrak dan ingin tetap bebas menjual dengan harga pasar apalagi pada saat harga tinggi. Koperasi Unit Desa KUD selain melakukan pembelian dari petani budidaya, juga melakukan sortasi dan pengemasan sesuai standar mutu yang ditetapkan. Kemitraan ini berakhir, karena produk hortikultura hasil budidaya mengandung zat kimia akibat petani yang menggunakan obat anti hama secara berlebihan atau melewati dosis. Peringatan yang telah disampaikan oleh PPL juga diabaikan.

4.2 Analisis Faktor Penentu Keberhasilan