83 antara petani budidaya hortikultura di Kabupaten Brebes dengan pihak-pihak:
1 PT Pusri, yang memberikan pinjaman dalam bentuk pupuk. Kemitraan ini tidak berlangsung lama karena PT Pusri tidak bersedia ikut bertanggung jawab atas
pemasaran hortikultura bawang merah, khususnya saat harga komoditi jatuh maka kerugian sepenuhnya dipikulkan kepada petani.
2 PT Indofood, yang menyediakan benih dan membeli hasil panen petani hortikultura cabe merah, bawang merah dan kentang dengan harga yang disepakati. Kemitraan
ini diprakarsai oleh Pusat Koperasi Unit Desa PUSKUD Kabupaten Brebes dengan kontrak kerjasama formal. Operasionalisasi kemitraan ini sepenuhnya oleh KUD
yang seringkali bermasalah karena petani tidak mau terikat kontrak dan ingin tetap bebas menjual dengan harga pasar apalagi pada saat harga tinggi. Koperasi Unit
Desa KUD selain melakukan pembelian dari petani budidaya, juga melakukan sortasi dan pengemasan sesuai standar mutu yang ditetapkan. Kemitraan ini
berakhir, karena produk hortikultura hasil budidaya mengandung zat kimia akibat petani yang menggunakan obat anti hama secara berlebihan atau melewati dosis.
Peringatan yang telah disampaikan oleh PPL juga diabaikan.
4.2 Analisis Faktor Penentu Keberhasilan
Pengembangan wilayah merupakan upaya yang kompleks sehingga membutuhkan pendekatan yang menyeluruh comprehensive, mencakup pertimbangan ekonomi
maupun non-ekonomi, formal maupun informal, untuk mencapai tujuan yang terukur CADI, 2002. Penyusunan strategi pengembangan wilayah perlu mengikutsertakan
masyarakat secara aktif, dimulai dengan inventarisasi kebutuhan masing-masing lembaga yang mewakili semua unsur masyarakat, berikut ini:
1 Pemulia benih
a. Peningkatan pendapatan. b. Kesadaran memakai benih bermutu hasil pemuliaan
c. Kepastian hasil pemulian yang telah diberi label d. Harga jual benih berlabel yang tinggi
e. Ketersediaan pinjaman modal awal
84 f. Informasi, ilmu, teknologi penangkaran benih
2 Petani budidaya
a. Peningkatan pendapatan b. Kepastian pemasaran hasil panen budidaya
c. Harga jual stabil pada tingkat yang tinggi d. Ketersediaan pinjaman dengan prosedur yang sederhana
e. Kebebasan menjual saat panen
f. Jaminan ketersediaan air sepanjang tahun 3 Tengkulak
a. Ketersediaan hasil panen b. Harga beli yang murah, dibawah rata-rata
c. Ketepatan janji keterikatan petani d. Ketepatan waktu panen
e. Keamanan berdagang tanpa pungutan
4 Pedagang besar
a. Harga beli yang murah, dibawah rata-rata b. Ketepatan waktu panen
c. Ketersediaan informasi produksi panen d. Kesinambungan bahan baku bawang merah
e. Ketepatan janji tengkulak
5 Industri pengolahan
a. Keamanan berusaha b. Kesinambungan pasokan bahan baku
c. Harga bahan baku stabil pada tingkat yang layak d. Dana yang mudah
e. Laba usaha f. Peningkatan mutu bahan baku bawang merah
6 Penyuluh
a. Adanya kelompok tani yang aktif b. Kerjasama dari petani
85 c. Dukungan struktural Pemerintah Kabupaten
d. Ketersediaan dana operasi yang memadai
7 Koperasi Asosiasi
a. Keanggotaan petani secara aktif b. Dukungan pendanaan dari Pemerintah
c. Bimbingan ketrampilan manajemen dan pengelolaan d. Kesempatan usaha dari Pemerintah Kabupaten dan Badan Usaha Milik Negara
BUMN yang terkait dengan pertanian
8 Pemerintah Kabupaten
a. Peningkatan Pendapatan Asli Daerah PAD b. Kesempatan kerja bagi masyarakat
c. Peningkatan dan pemerataan pendapatan per kapita masyarakat d. Peningkatan investasi
e. Masyarakat lokal tidak tersingkir Dari daftar kebutuhan para stakeholders di atas selanjutnya dilakukan analisis
pelaku aktor dengan menggunakan teknik PHA dan didapat empat aktor utama, yaitu: Petani, Investor, Masyarakat, dan Pemerintah Kabupaten. Bobot untuk masing-masing
aktor adalah Petani 0.483, Investor 0.272, Masyarakat 0.157, dan Pemerintah Kabupaten 0.088. Hasil dari analisis pelaku dan kebutuhan dari masing-masing pelaku
ini dijadikan sebagai dasar Analisis Faktor Penentu Keberhasilan dengan menggunakan teknik PHA. Analisis menghasilkan sepuluh Faktor Penentu Keberhasilan yang utama
dengan urutan prioritas sebagai berikut Gambar 7: 1 Peningkatan pendapatan petani.
2 Harga jual produk hasil budidaya yang stabil pada tingkat yang tinggi. 3 Jaminan pemasaran produk petani.
4 Kesinambungan pasokan bahan baku bagi industri. 5 Kesempatan kerja bagi masyarakat.
6 Laba usaha dengan distribusi yang adil dan merata. 7 Keamanan berusaha.
8 Harga beli bahan baku yang layak.
86 9 Masyarakat lokal tidak tersingkir.
10 Peningkatan Pendapatan Asli Daerah PAD.
Pendapatan petani 0.153
Kesinambungan bahan baku 0.071
Kesempatan kerja 0.062
Jaminan pemasaran 0.126
Harga jual produk 0.135
Kemakmuran 0.013
Masyarakat lokal 0.043
Harga produk layak 0.051
Keamanan berusaha 0.056
Laba usaha merata 0.061
Resiko gagal rendah 0.036
Proses sederhana 0.032
Perkembangan usaha 0.033
Budaya daerah 0.023
Kesejahteraan 0.029
Pertumbuhan 0.014
Kemitraan 0.015
SDM asli daearh 0.010
Tujuan
Petani 0.483
Investor 0.272
Masyarakat 0.157
Pemda 0.088
Aktor
Tujuan Sistem
Agroestat 1.000
Fokus
Peningkatan PAD 0.037
Pendapatan petani 0.153
Harga jual produk 0.135
Jaminan pemasaran 0.126
Kesinambungan bahan baku 0.071
Laba usaha merata 0.061
Harga produk layak 0.051
Keamanan berusaha 0.056
Kesempatan kerja 0.062
Masyarakat lokal 0.043
Peningkatan PAD 0.037
Kriteria terbaik
Gambar 7 : Hierarki Faktor Penentu Keberhasilan
4.3 Analisis Komoditi Unggulan