Industri Pasca Panen Bawang Merah

155 dengan lahan sehamparan mendominasi produksi budidaya, namun pemasaran, proses, dan kegiatan eksporimpor komoditi dikuasai oleh pengusaha dan perusahaan besar di kota besar Jakarta dan Surabaya Spencer dan Quane, 1999. Rantai usaha agroindustri dalam alur niaga bawang merah dapat dilihat pada Tabel 18 di atas. Dapat disimpulkan bahwa pemilihan bawang merah sebagai komoditi unggulan Kabupaten Brebes sudah tepat karena perannya tidak terbatas pada kepentingan lokal tetapi juga regional maupun nasional.

6.2.1 Industri Pasca Panen Bawang Merah

Industri pasca panen bawang merah merupakan peluang untuk mengalihkan sebagian dari nilai tambah yang ada di subsektor agroindustri industri ke subsektor usahatani pertanian. Pengolahan bawang merah yang dilakukan oleh petani dengan proses yang sederhana dan biaya investasi yang rendah memberi nilai tambah serta peningkatan pendapatan petani secara nyata. Dalam kenyataan di lapangan, hal ini telah diserukan oleh petugas penyuluhan namun masih sangat sedikit petani yang melakukan diversifikasi kepada usaha industri rumah tangga. Umumnya hal ini diakibatkan oleh tidak tersedianya modal investasi yang dibutuhkan. Kandungan air bawang merah mencapai 80-85 menyebabkan bawang merah bersifat bulky dan mudah rusak. Kadar air ini dapat mengalami penyusutan sekitar 10- 15 bergantung pada lamanya waktu penyimpanan. Penurunan kadar air dalam jumlah yang lebih besar dapat terjadi bilamana bawang merah masih belum cukup matang saat dipanen atau banyak mengalami kerusakan selama penjemuran dan pengangkutan. Oleh karena itu bawang merah memerlukan penanganan pasca panen terutama dalam hal pengolahannya sehingga produk bawang merah bisa didapat setiap saat dengan harga yang stabil. Penanganan dan pengolahan pasca panen tersebut bertujuan untuk mempertahankan mutu bawang merah sebelum dikonsumsi, dilakukan melalui diversifikasi produk olahan Rismunandar, 1989. 15 6 Propinsi Jawa Tengah 30.09 Jawa Timur 28.50 Jawa Barat 15.66 Nusa Tenggara Barat 10.79 Sumatera Utara 3.31 DI Yogyakarta 3.23 Sulawesi Selatan 2.38 B a l i 1.64 Sumatera Barat 1.06 Nanggroe Aceh Darussalam 0.82 NAD 0.82 Sumatera Barat 1.06 Sumatera Utara 3.31 Jawa Barat 15.66 Jawa Tengah 30.09 Jawa Timur 28.50 Bali 1.67 NTB 10.79 DIY 3.28 Sulsel 2.38 Sulteng 0.58 Peta per Propinsi 2003 48 1.19 1 2 3 9 4 7 6 5 8 12 13 11 10 17 15 20 14 16 19 2.35 4.95 22 19.65 16.64 2.53 1.49 18 21 Brebes,Tegal, Slawi dan Sekitarnya Kendal Bandung Garut Pati Nganjuk sekitarnya Bantul Kulon Progo Probolinggo Situbondo Pemekasan Sampang Peta per Kabupaten 1999 Gambar 27. Peta Produksi Bawang Merah di Indonesia 157 Beberapa penanganan pasca panen bawang merah yang sudah dikenal masyarakat diantaranya pengeringan umbi bawang merah dengan sinar matahari atau alat pengering dan pengeringan irisan bawang merah dengan roasting. Pada dasarnya dalam proses pengeringan terjadi penguapan air dengan tujuan untuk mengurangi kadar air sampai batas terhambat atau terhentinya perkembangan mikroorganisme dan kegiatan enzimatis yang dapat menyebabkan kebusukan. Bawang merah dapat diproses menjadi bermacam-macam produk olahan yang dapat memperpanjang umur simpannya. Industri pengolahan bawang merah yang ada di Kabupaten Brebes adalah: a. Industri bawang goreng merupakan industri mikro dengan lokasi tersebar di Kecamatan Brebes, Wanasari, Jatibarang, Bulakamba dan Kersana. Industri ini berproduksi secara besar-besaran pada saat panen raya atau saat harga bahan baku murah, sementara bila harga bahan baku mahal hanya untuk memenuhi pesanan bahkan tidak berproduksi. b. Industri acar bawang merah merupakan industri sedang berskala ekspor milik PT. Zeta Agro yang berlokasi di Kecamatan Paguyangan, daerah Brebes Selatan. Tidak ada keterkaitan kerjasama antara industri bawang goreng dengan petani budidaya. Tampak dari kenyataan bahwa bila harga bawang merah tinggi petani lebih suka menjual langsung kepada pengumpulbakul. Petani biasanya meminta harga yang tinggi pada pengusaha agroindustri bawang merah sehingga bahan baku selama ini diperoleh dari pengumpul atau pasar. 1 Industri Bawang Merah Goreng Bawang merah goreng merupakan salah satu bumbu yang penting untuk melengkapi kelezatan citarasa dengan cara ditabur pada berbagai masakan tradisional Indonesia. Bawang merah goreng juga merupakan pelengkap dalam masakan siap santap seperti mie instan, mie goreng, dan nasi goreng. Di Kabupaten Brebes terdapat beberapa industri bawang goreng dengan skala industri mikro atau industri rumah tangga. Menurut catatan Dinas Perindustrian setempat, ada 16 pengrajin usaha bawang goreng dengan produksi antara 20-600 158 kgbulan, sedangkan total produksi di Kabupaten Brebes mencapai 4,260 kg per bulan atau 51,120 kg per tahun. Para pengrajin usaha bawang goreng ini mempunyai suatu lembaga asosiasi yang bernama Asosiasi Pengusaha Bawang Goreng Kabupaten Brebes, namun belum berjalan dengan efektif. Pemasaran produk dilakukan oleh masing-masing pengusaha tanpa bantuan dari Asosiasi. Kegiatan Asosiasi selama ini hanya melakukan transfer informasi mengenai teknologi dan harga. Tabel 24 Komponen Biaya Industri Bawang Goreng kapasitas 1.000 kgbulan Uraian Jumlah Unit Bahan baku utama Bawang Merah 3000 kg Bahan baku pendukung Tepung sagu 300 kg Tepung beras 150 kg Minyak Goreng 200 kg Minyak Tanah 600 liter Plastik kemasan label 1 paket Tenaga kerja Pengupasan borongan 3000 kg Tenaga kerja pembantu 4 orang Biaya tidak langsung Transpor 25,000 rupiahhari Listrik dan air 1,000 rupiahhari Biaya penyusutan alat dihitung Sumber: DPPPM Kab. Brebes 2006 – diolah Sebagai gambaran, salah satu industri rumah tangga bawang goreng yang ada di kota Brebes setiap bulan membutuhkan 3,000 kg bawang mentah yang akan diproses menjadi 1,050 kg bawang goreng. Tenaga kerja yang digunakan hanya sebagai tenaga pengupas dengan upah Rp.600 per kg, sedangkan pekerjaan perajangan dan penggorengan dilakukan oleh keluarga sendiri. Mesin untuk pembuatan bawang goreng terdiri dari mesin perajang, mesin peniris air dan minyak dan penggorengan dengan bahan bakar minyak tanah, sedangkan pemasaran produk dijual ke Tegal, Brebes, Slawi dengan sistem konsinyasi. Khusus 159 untuk pembeli dari daerah luar kota Boyolali Pekalongan penjualan menggunakan sistem tunai untuk mengurangi biaya penagihan. Para pembeli dari dalam dan luar kota datang dua minggu sekali dengan membawa barang 100-200 kg bawang goreng yang telah dikemas dalam kemasan 1 kg dengan harga Rp.25,000 per kemasan. Tabel 25 Investasi Mesin dan Peralatan Industri Bawang Goreng kapasitas 1.000 kgbulan Harga Total Harga Penyusutan Rupiah Rupiah Tahun Mesin Mesin pengiris bawang 1 buah 10,000,000 10,000,000 10 Mesin sealer kemasan 1 buah 5,000,000 5,000,000 10 Mesin peniris air 2 buah 5,000,000 10,000,000 10 Mesin peniris minyak 2 buah 5,000,000 10,000,000 10 Mesin penggorengan 2 buah 1,000,000 2,000,000 5 Peralatan Susruk 4 buah 50,000 200,000 5 Serok 4 buah 100,000 400,000 5 Baskom besar 4 buah 100,000 400,000 5 Ember 5 buah 50,000 250,000 5 Timbangan 1 buah 1,500,000 1,500,000 5 Alat sortasi 2 buah 500,000 1,000,000 5 Metal detektor 1 buah 25,000,000 25,000,000 10 Kompor brader 2 buah 800,000 1,600,000 5 Ruang kerja Sewa bangunan 500 m2tahun 5,000,000 5,000,000 1 Uraian Jumlah Unit Sumber: Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Penanaman Modal Kab. Brebes 2005 – diolah

a. Net Present Value NPV