74 Mengamati permasalahan yang dihadapi pada pola-pola yang pernah dirancang
dengan sistem keterikatan perusahaan inti dan petani plasma, maka rekayasa sistem Agroestat ini ditekankan pada proses alami yang berorientasi pada pemberdayaan
empowerment masyarakat petani, sebagai pelaku dalam agribisnis yang paling rendah pendapatannya serta paling lemah posisi tawarnya. Upaya pemberdayaan itu dilakukan
melalui peningkatan prasarana, serta membangun kemandirian petani sebagai salah satu pelaku utama dalam agribisnis. Produksi budidaya ditingkatkan melalui penambahan
jaringan infrastruktur irigasi dan nilai tambah yang dinikmati petani diupayakan melalui pengkayaan lingkup enrichment dengan memberikan kemudahan untuk menjalankan
usaha industri mikro atau kecil di bidang pengolahan pasca panen. Dalam pengembangan kawasan pertanian terpadu pola Agroestat ini, peran
Pemerintah dibatasi pada bentuk-bentuk bantuan tidak langsung, diarahkan pada upaya untuk meningkatkan produksi melalui pengadaan jaringan infrastruktur serta penyediaan
dana pinjaman dan teknologi industri pasca panen pada tingkat yang sederhana kepada petani. Pola Agroestat ini memperhatikan dua fenomena perubahan lingkungan strategis
makro yang relevan, yaitu: 1 Pertumbuhan ekonomi yang berorientasi pada penerapan mekanisme pasar bebas
yang berkeadilan secara konsisten dan pembatasan peran Pemerintah. 2 Penerapan konsep otonomi daerah yang berintikan desentralisasi pada tingkat
Daerah KabupatenKota. Penelitian ini dilakukan pada produk hortikultura yang merupakan komoditi
unggulan di daerah, sebagai upaya pemberdayaan masyarakat sesuai potensi lokal.
3.2 Tahapan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dalam dua tahapan utama, yaitu: 1 Analisa Situasional untuk identifikasi potensi, permasalahan dan strategi yang akan
menghasilkan model konseptual dari pola Agroestat Gambar 6. 2 Rekayasa Sistem Penunjang Keputusan SPK Agroestat Gambar 21.
Selain itu, dari keseluruhan proses pembahasan, akan disusun kesimpulan dan saran- saran yang harus diperhatikan dan ditindaklanjuti oleh pihak-pihak yang terkait.
75
3.3 Metode Pengumpulan dan Pengolahan Data
Berkaitan dengan tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini, maka diperlukan upaya pengumpulan data dengan pendekatan non probability sampling, seperti berikut
ini: 1 Untuk kepentingan perumusan strategi, kebijakan, dan program serta rekayasa
model dilakukan pengumpulan pendapat pakar expert survey yang terdiri dari pelaku hortikultura, pengembang developer, Instansi Pemerintah yang berkaitan
dengan pertaniantata ruangperdaganganindustri kecil, lembaga keuangankoperasi, dan akademisi dari berbagai lintas disiplin ilmu yang relevan.
2 Data tentang faktor-faktor strategi internal dan eksternal Agroestat dilakukan dengan penelitian lapangan di daerah Kabupaten dan di pasar induk komoditi
hortikultura di Jakarta. 3 Data sekunder diperoleh dari publikasi lembagainstansi Pemerintah, Biro Pusat
Statistik, Bank Indonesia, lembaga penelitian nasional dan internasional. Data yang telah dikumpulkan baik berupa data primer maupun data sekunder
selanjutnya diolah dengan menggunakan berbagai metode pengolahan data Soft System Methodology
, antara lain Proses Hierarki Analitik PHA, Metode Perbandingan Eksponensial MPE, teknik Benchmarking, dan Metode Penilaian Kelayakan Usaha.
Berikut ini rincian penggunaan metode pengolahan data: 1 Metode pengolahan data pada menggunakan teknik PHA untuk mengidentifikasi
faktor-faktor strategi internal dan eksternal, terutama untuk menentukan derajat hierarki secara sistematis. Keputusan grup disusun dengan teknik brainstorming.
2 Metode pengolahan data pada teknik benchmarking untuk menentukan faktor-faktor penentu kunci keberhasilan, serta sesuai kebutuhan menggunakan MPE sebagai alat
untuk memformulasi dan menyimpulkan masukan dan analisis yang diperbandingkan.
3 Metode pengembangan kelembagaan disusun secara deskriptif. 4 Metode pengolahan data untuk model-model permintaan, penawaran, harga jual
optimal di tingkat petani, harga beli di tingkat industri pengolahan, menggunakan metode econometric.
76
3.4 Metode Pengembangan Sistem Penunjang Keputusan