Agroniaga Komoditi Unggulan dalam Agroestat

123 c. Wilayah sumber mata air yang potensial untuk pengairan sepanjang tahun, di empat Kecamatan, yaitu: Tonjong, Bantarkawung, Bumiayu, dan Paguyangan. 3 Satuan Wilayah Ekonomi Usahatani dikembangkan di seluruh wilayah administrasi otonom Kabupaten Brebes, kecuali dua Kecamatan yang tidak dicakup, yaitu: a. Kecamatan Sirampog yang memiliki klimat yang tidak cocok untuk hortikultura, dan secara historis sampai saat ini masih berfungsi sebagai daerah perkebunan. b. Kecamatan Salem yang secara klimat dan curah hujan yang tidak cocok untuk hortikultura, karena itu lebih berkonsentrasi pada non-hortikultura padi.

5.4 Agroniaga Komoditi Unggulan dalam Agroestat

Globalisasi diindikasikan oleh meningkatnya keterbukaan hubungan ekonomi antar bangsa dalam semangat perdagangan dan pasar bebas dengan sasaran memperluas peluang usaha. Kenyataan ini harus dianggap sebagai peluang penguatan daya saing dengan kesadaran terhadap tuntutan konsumen serta pemenuhan standar mutu yang berkaitan dengan lingkungan dan kesehatan. Pengembangan sektor pertanian harus berorientasi pada pasar bebas yang berdaya saing tinggi free competitive market yang sudah menjadi kecenderungan trend tatanan perekonomian dunia. Implikasi yang timbul dari kecenderungan ini adalah peningkatan persaingan di pasar domestik dan internasional. Bagi negara berkembang hanya ada satu pilihan yaitu peningkatan daya saing melalui peningkatan efisiensi dan produksi usaha pertaniannya. Oleh karena itu pemikiran dalam pengembangan wilayah harus diarahkan untuk memacu keterkaitan ekonomi perdesaan dengan ekonomi nasional dan global. Dengan demikian, kebijakan Pemerintah dalam pembangunan perdesaan harus mengacu kepada mekanisme pasar, penyediaan fasilitas insentif investasi yang positif, dan menekan kebijakan yang mendistorsi pasar. Sebagaimana diingatkan oleh Gwynne 2004 bahwa Pemerintah harus lebih selektif dalam penerapan kebijaksanaan yang berpihak, untuk menghindari dampak kebijaksanaan yang justru counter-productive karena menimbulkan inefisiensi dan biaya sosial yang tinggi, serta tidak mendukung keberpihakan kepada golongan lemah. Peran Pemerintah sebagai pemberi subsidi beralih sebagai koordinasi, regulator dan fasilitasi subsidi tidak langsung fasilitator. Keyakinan bahwa peran pemerintah 124 tetap diperlukan di sektor pertanian dengan prioritas sebagai berikut Anonim, 1996; Arsyad, 1999; Sadjad et al., 2001: 1 Dalam peran sebagai fasilitator: a. Pengaturan tata ruang. b. Peningkatan prasarana infrastruktur pertanian. c. Penyediaan kredit pinjaman lunak untuk petani. d. Penyediaan pergudangan untuk menampung sementara kelebihan hasil produksi. 2 Dalam peran koordinasi: Membentuk dan ikut-serta secara aktif dalam unit kerja atau lembaga yang berfungsi sebagai Pengelola. 3 Dalam peran sebagai regulator: a. Menyiapkan peraturan daerah untuk menunjang agribisnis dari komoditi unggulan daerah. b. Menjaga agroniaga dari tindakan monopoli dan oligopoli yang merugikan pelaku ekonomi kecil UMKM. Keterkaitan antara berbagai subsistem dalam sektor agribisnis hortikultura, diupayakan melalui rekayasa bentuk-bentuk Agroniaga yang alami dan berkelanjutan. Kemitraan dibangun secara informal dalam kerangka pasar bebas yang berkeadilan, bersifat lebih kepada keterikatan bisnis, dimana sistem kelembagaannya mengikuti norma adat istiadat setempat. Sebagaimana disimpulkan oleh Lewis 1966, pengelolaan kawasan pertanian terpadu dengan keterikatan formal semakin rentan terhadap keberpihakan dan peningkatan kesejahteraan petani dan masyarakat sekitar. Disamping itu, keberhasilan dan kesinambungan Agroniaga yang wajar alami membutuhkan prasyarat kesetaraan bargaining position dari semua pelaku yang terlibat, karena itu petani harus dilepaskan dari ketergantungan kepada tengkulak. Pola Agroestat mempunyai perbedaan mendasar dibanding dengan pola pengelolaan kawasan komersial, terutama dari segi motivasi dan orientasi pengelolaan, Kawasan komersial berorientasi pada keuntungan finansial profit oriented semata tetapi pola Agroestat berorientasi pada kesejahteraan masyarakat, khususnya masyarakat miskin public wealth dengan mata pencaharian berbasis pertanian. 125 Komoditas merupakan kunci keberhasilan meningkatkan kesejahteraan, sehingga diperlukan strategi penguatan komoditi unggulan yang berdaya saing tinggi. Dengan demikian, tatanan Agroniaga untuk komoditi unggulan dalam pola Agroestat didasarkan pada lingkungan, sistem dan pelaku bisnis sebagai berikut : 1 Pasar Bebas yang berkeadilan. Pada dasarnya tata laksana perdagangan dikondisikan dan diberikan fasilitas dan dorongan yang maksimal menuju kepada terciptanya mekanisme pasar bebas yang adil fair dan etika niaga yang adil, sebagai berikut: a. Tatanan bisnis dilaksanakan dengan mengikuti mekanisme kekuatan pasar supply-demand sehingga proses niaga berjalan secara alami. Hal ini dicapai dengan cara membatasi campur tangan langsung oleh Pemerintah dan melepaskan bentuk-bentuk kerjasama formal yang mengikat. Hal ini dimaksud untuk menjaga agar pasar tetap kompetitif dan mampu bertahan sustainable karena didukung kompetensi dan kualitas produk. Bekerjanya sistem pasar yang bersaing secara sehat tapi juga adil, merupakan prakondisi dalam memacu pertumbuhan ekonomi perdesaan. Peran Pemerintah tetap dibutuhkan untuk menjaga tata laksana pasar melalui instrumen peraturan dan ketentuan Pemerintah untuk menciptakan kondisi yang tetap berpihak kepada petani dan tidak memungkinkan terjadinya praktek monopoli. b. Tatanan bisnis dilandasi etika niaga dengan motivasi utama rasa kepedulian dari para pelaku yang merupakan sebuah kualitas dari empati yang mendalam yang muncul dalam bentuk rasa kebersamaan yang aktif dalam kesetaraan. Hal ini dikembangkan untuk menghilangkan motivasi keserakahan yang menggerakkan kapitalisme dan bisnis saat ini. Keserakahan bukanlah budaya perdesaan karena nafsu ini tidak pernah dapat dipuaskan bahkan dilandasi pemikiran hak untuk mendapat tanpa keinginan untuk memberikan kesempatan kepada pihak lain. 2 Pelaku Pasar. Keberhasilan dan keberlanjutan suatu pola perdagangan membutuhkan prasyarat kesetaraan dan bargaining position yang sama dari masing- masing pelaku yang terlibat. Hubungan keterkaitan antar pelaku dan antar subsektor di reposisi dengan memberdayakan petani yang selama ini selalu menjadi pelaku yang paling beresiko dan lemah, terutama dibanding pelaku perantara yang hanya 126 menerapkan perhitungan cost-plus profits Gwynne, 2004. Keberpihakan yang diberikan kepada pelaku ekonomi lemah petani dan pengusaha UMKM, khususnya di perdesaan bisa efektif hanya dalam kondisi dimana: a. Mekanisme pasar bekerja dengan baik. b. Kemampuan kewirausahaan dari pelaku ekonomi lemah cukup memadai. Petani secara perorangan Petani secara kelompok Kelompok Tani Tengkulak Pengumpul Pedagang Industri Pabrik Besar luar kota Pasar Sayur daerah sekitar Gudang Swasta Pemda dalam Kota Industri Pengolahan Kecil dalam kota Pedagang Besar Eksportir luar kota Petani Produsen Pedagang Perantara Pengguna Konsumen Luar kota Luar negeri Ekspor Luar pulau Jalur utama Jalur alternatif Gambar 18. Alur Niaga Komoditi Hortikultura. Peningkatan martabat petani sebagai pelaku bisnis dicapai melalui upaya menjadikan petani mandiri melalui subsidi tidak langsung, dengan cara menerapkan langkah-langkah sebagai berikut: a. Pengaturan ulang re-arrangement dari peran tengkulak. b. Mengurangi ketergantungan finansial petani kepada tengkulak, melalui penyediaan pinjaman untuk usaha ekonomi skala mikro, kecil dan menengah UMKM dan mendukung kebutuhan petani termasuk biaya hidup sehari-hari. 3 Lembaga logistik. Sebagai penyeimbang dari besarnya tingkat pasokan ke pasar maka dijalankan mekanisme pengendalian stok stock control oleh Pengelola Kawasan dimana saat pasokan supply terlalu tinggi, lembaga ini akan membeli, dan melepas produk saat tingkat pasokan di pasar membutuhkan. Untuk menjalankan fungsi ini, maka Pengelola diberi kewenangan untuk menggunakan 127 gudang yang telah ada ataupun membangun tambahan gudang sesuai kebutuhan. Dengan terciptanya keseimbangan tingkat ketersediaan, maka dapat dipenuhi kebutuhan pasokan bahan baku bawang merah industri secara berkesinambungan. 4 Penciptaan pasar industri. Untuk menyerap hasil budidaya bawang merah, tingkat permintaan demand diupayakan naik dengan cara merangsang usaha kecil di tingkat rumah tangga lokal dan melakukan terobosan-terobosan guna menarik investor industri pengolahan eksternal. 5 Lingkup pengelolaan. Agroestat mencakup seluruh alur agribisnis bawang merah sebagaimana digambarkan dalam Gambar 18. Kegiatan budidaya terkonsentrasi di perdesaan, namun kegiatan Agroindustri menyebar ke luar daerah tidak terbatas dalam wilayah administrasi Kabupaten. Pada alur ini tercakup banyak usaha penunjang agroindustri sebagaimana digambarkan dalam Tabel 18, sehingga dapat dimengerti banyaknya tenaga kerja dan modal yang terlibat dalam perdagangan komoditi hortikultura. Sebagian besar kegiatan usaha dilaksanakan di wilayah perdesaan, namun beberapa kegiatan yang mempunyai nilai tambah tinggi masih dilaksanakan di luar Kabupaten. Ruiz 2004 dan Gwynne 2004 menyatakan bahwa dalam alur niaga komoditi hortikultura diperlukan Gambar 18: 1 Peran pelaku perantara yang sangat menentukan keberhasilan jaringan pemasaran, terdiri dari pengumpul, tengkulak, pedagang, pedagang pasar induk, dan pedagang besar ekspor. Para perantara middleman berorientasi kepada keuntungan dan jenis komoditi, tanpa memperdulikan daerah asal komoditi, serta tidak mau menanggung resiko. Keberadaan rantai distribusi vertikal ini mengakibatkan kenaikan harga yang berlipat, bahkan lebih besar dari para petani produsen budidaya komoditi, namun upaya menghilangkan peran pelaku perantara akan berakibat lebih parah pada para petani produsen. Integrasi distribusi vertikal tetap merupakan alternatif pemasaran komoditi hortikultura dalam pasar nasional dan ekspor secara efisien yang menghindarikan petani dari biaya-biaya pengangkutan dan pemasaran yang mahal. 2 Keterikatan dan keterkaitan dalam keterpaduan antara: a. Sesama para petani produsen budidaya dalam bentuk Kelompok Tani. 128 b. Kerjasama antara petani dan agroindustri pengolahan pasca panen. c. Kerangka kerjasama antar kelompok dari semua subsektor dalam jalur pertanian komoditi spesifik unggulan daerah pengembangan. Tabel 18 Rantai Usaha Agro-industri dalam Alur Niaga Bawang Merah. Usaha-usaha dalam lingkup Agro-industri Di Brebes Di luar Al u r Kegiatan utama P embersiha n So rt as i P engema sa n An gk ut an P erguda nga n Keu ang an Tr ansportas i C o ld st orage Ko nt ain er P engka pa la n 1 Pengumpulan hasil budidaya dari petani ■ ■ ■ ■ 2 Usaha pemasaran bersama melalui koperasi atau kelompok tani ■ ■ ■ ■ ○ 3 Penjualan langsung kepada pedagang ■ ■ ■ ■ ○ 4 Penjualan dalam volume besar ke tengkulak ■ ■ ■ ■ 5 Penjualan dalam volume besar ke pedagang ■ ■ ■ ■ ○ ○ 6 Penjualan ke pasar sayur ke daerah sekitar ■ ■ ■ ■ ○ 7 Penjualan ke industri pengolahan lokal kecil ■ ■ ■ ■ ○ 8 Penyimpanan di gudang oleh pedagangtengkulak di kota sekitar ■ ■ ■ ■ ■ ■ 9 Penjualan tengkulak kepada pedagang pelanggan ■ ■ ■ ■ 10 Penjualan dari koperasi kepada pedagang dalam volume besar ■ ■ ■ ■ ■ ■ 11 Penjualan dari koperasi kepada industri besar biasanya dengan kontrak tertulis ■ ■ ■ ■ ■ ■ 12 Penjualan dari pedagang kepada pedagang besar di luar kota ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■ 13 Penjualan dari pedagang kepada industri besar biasanya dengan kontrak tertulis ■ ■ ■ ■ ■ ■ 14 Penjualan dari pedagang ke pasar induk di kota- kota besar ■ ■ ■ ■ ■ ■ 15 Penjualan dari pedagang ke pedagang di luar pulau ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■ 16 Penjualan dari pedagang ke luar negeri ekspor melalui distributor besar ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■ 129 Keterkaitan dan keterpaduan ini harus diatur dalam koordinasi yang dilandasi kepercayaan antar unsur pelaku yang terlibat.

5.5 Pembiayaan Usahatani