Keruangan Wilayah Pengembangan Wilayah

15 Secara diagramatis proses pengembangan suatu wilayah secara fungsional dengan pendekatan IAD ditunjukkan oleh Gambar 1. Proses diawali dengan menata struktur pewilayahan sesuai fungsi yang akan dianalisis. Uraian keterkaitan dari beberapa simpul kegiatan ekonomi merupakan Satuan Wilayah Ekonomi yang tertentu secara fungsional. Penyebaran simpul-simpul kegiatan ekonomi di beberapa wilayah dikelola secara sistematis termasuk koreksi dari alur simpul setelah dilakukan analisis dan sesuai dengan alur keterkaitannya. Melalui cara ini diperoleh keterkaitan yang sinergis dan efisien, sehingga dapat diperoleh peningkatan nilai tambah bagi keseluruhan proses. Non Formal Terkait Terpadu Gambar 1 : Proses Pengembangan Kawasan secara Fungsional Poernomosidi, 1981.

2.1.3 Keruangan Wilayah

Pemahaman struktur keruangan wilayah dapat dilakukan melalui dua komponen dasar pembentuknya yaitu: pola penyebaran penduduk dan pola penyebaran pembangunan kesejahteraan. Pola penyebaran pemukiman menggambarkan konsentrasi penduduk sebagai indikator dimensi spasial wilayah dalam aspek nonfisik. Pola penyebaran kesejahteraan secara langsung maupun tidak langsung menggambarkan pembangunan ekonomi wilayah. Pemahaman spasial ekonomi wilayah ini menunjukkan potensi yang dapat dikembangkan dan bermanfaat bagi pengembangan wilayah, termasuk pembangunan sumberdaya manusianya. Salah satu pendekatan keruangan perencanaan yang digunakan dalam pembangunan wilayah adalah konsep pusat-tepi center periphery dari John Friedman 1966 yang membedakan antara wilayah pusat yang teratur, dinamis dan memiliki kapasitas tinggi untuk menyerap perubahan inovatif, dan daerah tepi yang statis dan mempunyai ketergantungan substansial. Ada empat jenis wilayah region: 16 1 Wilayah inti merupakan konsentrasi ekonomi metropolitan dengan kapasitas inovasi dan perubahan yang tinggi. Wilayah pusat ini memiliki jaringan dari metropolis sampai ke perdesaan hamlet; 2 Wilayah peralihan adalah daerah tepi dari pusat. Wilayah ini mengandung sumberdaya yang dapat dikembangkan; 3 Wilayah batas sumberdaya merupakan daerah-daerah tepi yang digunakan untuk pemukiman baru; 4 Wilayah peralihan tidak berkembang adalah daerah-daerah yang mengalami stagnasi atau daerah-daerah yang mengalami kemunduran. Wilayah yang pertama dan kedua umumnya menjadi wilayah pikat, yaitu wilayah yang dapat menarik penduduk sekitarnya karena memiliki potensi ekonomi yang baik. Wilayah ketiga yaitu wilayah batas sumberdaya dapat juga menjadi sumber migran bagi wilayah-wilayah sekitarnya apabila tidak dijaga keseimbangan daya dukung lingkungan terhadap tambahnya penduduk. Wilayah yang paling parah keadaannya dan merupakan sumber migran bagi wilayah-wilayah terdekat adalah wilayah keempat yaitu wilayah peralihan tidak berkembang Friedman, 1966. Perkembangan suatu wilayah mengalami empat tahap evolusi ruang, yaitu: Tahap Pra-industri; Tahap Mula Industrialisasi; Tahap Transisi; dan Tahap Mantap. Menurut Friedman, tahap Pra-industri ditandai dengan adanya keseimbangan dari sejumlah pusat-pusat pewilayahan yang kecil, tidak saling tergantung, dan tersebar di wilayah yang luas. Dalam keadaan ini ekonominya cenderung statis dan kemungkinan berkembang sangat kecil. Tahap Mula Industrialisasi incipient-industrialization, ditandai dengan munculnya primate city yang mendominasi suatu wilayah yang luas. Primate city ini memanfaatkan dan mengeruk sumberdaya dari daerah tepinya, sehingga perekonomian daerah tepi akan banyak dipengaruhi dan terikat. Pada Tahap Transisi primate city tetap berperan dalam wilayah yang luas itu walaupun mulai tumbuh beberapa pusat pertumbuhan yang mengurangi pengaruhnya. Tahap terakhir, yaitu Tahap Mantap baik dari segi keruangan maupun taraf industri. Dalam tahap ini sudah ada sistem dasar dari suatu pewilayahan. Sistem pewilayahan yang secara fungsional memiliki saling ketergantungan ini mempunyai manfaat di bidang efisiensi lokasi, potensi pertumbuhan yang maksimal, dan derajat keseimbangan inter-regional 17 yang tinggi. Ketimpangan sosiologis, ekonomi maupun teknologi, akan ikut memacu migrasi penduduk, termasuk urbanisasi Friedman, 1966. Senada dengan konsep pusat-tepi dari Friedman, Perroux 1950 juga mengamati adanya suatu mekanisme yang menyebar-luaskan aspek-aspek pengembangan ekonomi yang disebut kutub pertumbuhan growth pole. Pengertian kutub pertumbuhan menurut Perroux : “Kutub pertumbuhan adalah pusat fokus dalam wilayah ekonomi yang abstrak yang memancarkan kekuatan yang menarik. Tiap pusat mempunyai pusat penarik dan pendorong dalam atau terhadap pusat-pusat yang lain.” Pengertian ini kemudian dikembangkan oleh Boudeville 1966 dari dan untuk segi geografi menjadi: “Sebuah kutub pertumbuhan adalah suatu aglomerasi geografis dari berbagai sektor dan kegiatan dalam sistem yang kompleks. Kutub pertumbuhan ini merupakan wilayah yang memiliki industri propulsif industri pendorong.” Adanya beberapa wilayah pusat dan daerah tepi yang dapat membentuk berbagai kutub pertumbuhan, maka dimungkinkan terjadinya ketimpangan regional atau perbedaan keadaan antar wilayah. Akibat selanjutnya adalah timbulnya gejala polarisasi, dan tiap-tiap kutub dengan kekuatan tarik-dorongnya menimbulkan perpindahan penduduk dari tepi ke pusat atau sebaliknya Misra et al., 1978. Program khusus yang mengkaitkan urbanisasi dengan tata wilayah dan tata perdesaan diperlukan agar selalu ada keseimbangan yang serasi antara wilayah pusat dengan daerah tepi. Program ini akan sangat bermanfaat dan mendukung pembangunan wilayah yang menjadi pusat pengumpulan berbagai potensi dan daerah perdesaan yang banyak memiliki sumberdaya alam. Konsep mengenai daerah nodal oleh Friedman telah dikembangkan oleh Harry Richardson yang menyatakan bahwa ciri dari perekonomian ruang adalah ketidak- homogenannya. Tampak bahwa terdapat aglomerasi kegiatan ekonomi dan distribusi penduduk pada lokasi-lokasi tertentu. Aglomerasi-aglomerasi ini terlihat dari adanya beberapa daerah yang penduduknya lebih padat, terutama pada daerah yang memiliki kegiatan industri, ke arah itu arus penduduk, barang-barang dan jasa-jasa, komunitas 18 dan lalu-lintas bergravitasi. Pusat nuclei terdapat di suatu wilayah di mana kegiatan- kegiatan bisnis, komersial dan sosial berlangsung. Hal ini terlihat pada peta kepadatan arus lalu-lintas intra wilayah. Polarisasi merupakan akibat dari adanya kegiatan ekonomi dari poles. Gejala polarisasi yang paling penting adalah terjadinya peningkatan ketimpangan antar wilayah dengan adanya keterkaitan dan interaksi diantaranya. Konsep wilayah penggerak pertumbuhan generative region dalam kenyataannya justru tidak mampu menyebarkan dampak pembangunan apalagi memperkecil kesenjangan, bahkan menimbulkan dampak yang sebaliknya. Namun, sebaliknya, suatu wilayah tidak mampu untuk memacu pertumbuhannya sendiri tanpa berhubungan dengan wilayah lainnya isolasi. Hal ini menjadi landasan penting dalam perencanaan pengembangan wilayah yang mampu membangun secara seimbang, menjadikan pentingnya permodelan dan teknik pengukuran pengaruh, serta keterkaitan antar wilayah Raymond, 1996; Misra et al., 1978.

2.2 Konsep Tata Ruang