Tingkat Laba Usaha Payback Period PBP

162 5 Tepung Bawang Merah Salah satu pemanfaatan bawang merah yang paling umum adalah berbentuk bubuk atau tepung yang diperoleh dengan cara penghancuran bawang merah kering. Selain itu bubuk bawang merah dapat juga dibuat dengan mengeringkan ekstrak bawang Reinneccius, 1994. Tepung bawang merah merupakan salah satu alternatif untuk meningkatkan daya simpan bawang merah, sehingga proses pengemasan dan penyimpanan menjadi lebih mudah dan praktis.

6.2.2 Tingkat Laba Usaha

1 Metode Penilaian Tingkat Laba Usaha Penilaian hasil usaha petani biasanya dilakukan secara sederhana sehingga mudah untuk dimengerti oleh petani dengan metode cash-basis. Analisis keuangan dan ekonomi menggunakan asumsi bahwa harga merupakan gambaran nilai value. Posisi distribusi tingkat keuntungan yang diperoleh oleh masing-masing pelaku utama dalam agribisnis bawang merah di Kabupaten Brebes saat ini digambarkan dalam Tabel 27 yang menunjukkan beberapa hal sebagai berikut: a. Petani benih telah mendapatkan tingkat keuntungan yang memadai yaitu 22. b. Petani budidaya merupakan pelaku dengan tingkat keuntungan yang terendah 10 dengan resiko yang terbesar, selain pengorbanan dan upaya fisik yang berat dan kurun waktu yang panjang. c. Tengkulak memperoleh tingkat keuntungan yang besar 29 dan Pedagang Besar 7 atau Industri 16 dirasa sangat memadai. Pengaturan pasar melalui subsidi secara tidak langsung dari Pemerintah Kabupaten, berupa peningkatan jaringan irigasi maupun pengendalian tingkat pasokan pada pasar harus diupayakan untuk perolehan tingkat keuntungan petani menjadi setara dengan petani benih sekurang-kurangnya sebesar 22. Variabel penting yang diperhitungkan dan harus diupayakan adalah harga jual, Masyarakat konsumen pembeli non lembaga di Indonesia sangat mengutamakan harga dari pada kualitas, hanya 5 pembeli yang menilai kualitas lebih daripada harga Spencer dan Quane, 1999. 163 Tabel 27 Struktur Distribusi Keuntungan dalam Rantai Agribisnis Bawang Merah Uraian Benih Budidaya Tengkulak Pedagang Industri Jumlah produksi kg 4,500 25,000 25,000 22,500 22,500 Penyusutan kg 500 2,500 1,125 Produksi bersih kg 4,000 25,000 22,500 21,375 Harga jual per kg Rupiah 8,000 3,275 5,300 6,000 Hasil penjualan Rupiah 32,000,000 81,875,000 119,250,000 128,250,000 201,250,000 Biaya Produksi 26,286,800 74,599,000 82,955,000 122,082,000 Retribusi 200,000 27,000 Biaya Bongkar 816,000 Biaya Angkut 1,200,000 2,465,000 Biaya Produksi Total 26,286,800 74,599,000 85,171,000 119,590,000 173,262,500 Laba Rupiah 5,713,200 7,276,000 34,079,000 8,660,000 27,987,500 22 10 29 7 16 Sumber : DPKKT, DPPPM Kab. Brebes 2006 – diolah Analisis Kelayakan Budidaya Bawang Merah Seperti hal nya pada industri bawang merah goreng, kriteria penilaian investasi yang dipakai dalam penentuan kelayakan budidaya bawang merah adalah NPV, IRR, PBP, Net BC Ratio, ROI dan BEP. Hasil perhitungan biaya produksi dan hasil penjualan bawang merah selama sepuluh tahun dengan peningkatan frekuensi tanam pada tahun keenam dapat dilihat pada Tabel 28. Dari perhitungan arus kas selanjutnya dilakukan analisis finansial untuk mengetahui kelayakan usaha budidaya tersebut. Asumsi yang digunakan untuk penentuan kelayakan usaha ini adalah perbandingan modal sendiri dengan pinjaman sebesar 30:70 dalam prosentasi. Hal ini dilakukan berdasarkan hasil penelitian lapang yang menyatakan petani budidaya masih menggunakan modal pinjaman Tabel 29. Berdasarkan hasil analisis, usaha budidaya bawang merah selama sepuluh tahun ke depan akan memberikan keuntungan bagi petani. Hal ini dapat dilihat dari nilai NPV yang positif, IRR lebih besar dari bunga bank yang berlaku dan PBP yang cukup singkat. BC rasio menghasilkan nilai 1.08, ini artinya setiap biaya yang dikeluarkan oleh petani sebesar Rp. 1.00 akan memberikan manfaat sebesar Rp.1.08. 164 Tabel 28 Rekapitulasi Perhitungan Usaha Budidaya Bawang Merah Tahun ke - Frekuensi tanam kalith Biaya produksi Rpth Hasil produksi kgth Hasil penjualan Rpth 1 2.00 81,499,910 25,000 95,625,000 2 2.00 90,347,828 25,000 105,187,500 3 2.00 100,772,546 25,000 115,706,250 4 2.00 113,010,584 25,000 127,276,875 5 2.00 127,333,940 25,000 140,004,563 6 3.00 214,533,368 37,500 231,007,528 7 3.00 246,248,448 37,500 254,108,281 8 3.00 266,066,752 37,500 279,519,109 9 3.00 288,857,803 37,500 307,471,020 10 3.00 315,067,511 37,500 338,218,122 Asumsi : kenaikan biaya variabel 15 per tahun dan kenaikan harga jual 10 per tahun Tabel 29 Hasil Analisis Finansial Usaha Tani Bawang Merah Input Bunga bank Modal sendiri Pinjaman 18 30 70 Output NPV Rp IRR PBP tahun BC Rasio ROI BEP kg produksi 76,547,018.14 44.87 2.78 1.08 7.55 8,474 2 Perkembangan luas sawah, produksi budidaya, dan harga jual Luas lahan bawang merah berfluktuasi dari bulan ke bulan, sesuai dengan musim tanamnya, sebagaimana tampak pada Gambar 28. Oleh karena itu pula maka produksi dan harga bawang merah juga berfluktuasi seperti pada Gambar 29 dan Gambar 30. Data luas sawah budidaya di Kabupaten Brebes saat ini adalah sebagai berikut: Total luas sawah budidaya a 9,502 hektar Luas sawah beririgasi b 6,405 hektar Sawah yang perlu peningkatan 3,097 hektar 165 Frekuensi tanam f kali tahun Saat ini 2.35 kali tahun Maksimum 3.00 kali tahun Luas panen per tahun saat ini c 22,313 hektar Luas lahan dengan irigasi tambahan b 1 sesuai program hektar Dari data di atas dimana total luas sawah budidaya a = 9,502 hektar angka tetap dan frekuensi tanam f ditetapkan maksimum = 3.00 maka dapat dihitung keterkaitan peningkatan jaringan irigasi terhadap frekuensi tanam dalam rumus sebagai berikut: b + b 1 = a 1 c = 2.a = 2 b + b 1 2 sehingga: a b b a f 1 2 2 + + = 3 dimana : a = total luas lahan hektar b = luas lahan dengan irigasi yang telah ada hektar b 1 = luas lahan dengan irigasi tambahan hektar f = faktor frekuensi tanam - 1,000 2,000 3,000 4,000 5,000 6,000 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 bulan h ekt ar 2003 2004 2005 Gambar 28. Grafik Luas Lahan Bawang Merah di Kabupaten Brebes 2003 – 2005 3 Keterkaitan Luas Lahan, Produksi Budidaya, dan Harga Jual Keterkaitan antara luas lahan tanam, besarnya produksi, dan harga pasar bawang merah yang terjadi, diambil dari data tahun 2003 – 2005 tampak dalam Tabel 32. Fungsi keterkaitan luas lahan terhadap produksi Gambar 31 dan fungsi keterkaitan antara 166 produksi dengan harga Gambar 32 dapat diformulasi dengan program Curve Expert 1.3 sebagai berikut: - 10,000 20,000 30,000 40,000 50,000 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 bulan to n 2003 2004 2005 Gambar 29. Grafik Produksi Bawang Merah di Kabupaten Brebes 2003 – 2005 - 2,000 4,000 6,000 8,000 10,000 12,000 14,000 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 bulan ru p ia h 2003 2004 2005 Gambar 30. Grafik Fluktuasi Harga Bawang Merah di Kabupaten Brebes 2003 – 2005 Luas lahan hektar P rod uk s i to n

22.1 891.3