Pembiayaan Usahatani REKAYASA POLA AGROESTAT

129 Keterkaitan dan keterpaduan ini harus diatur dalam koordinasi yang dilandasi kepercayaan antar unsur pelaku yang terlibat.

5.5 Pembiayaan Usahatani

Salah satu penghambat kemajuan sektor pertanian adalah kurangnya dukungan pasar finansial perdesaan. Pengembangan pasar finansial yang berkembang hingga saat ini masih sangat bias pada sektor industri dan jasa di perkotaan. Penyamarataan sektor pertanian dan perdesaan di satu sisi, dengan sektor industri jasa dan perkotaan di sisi lain dalam pasar finansial harus menjadi perhatian para perumus kebijakan pembangunan ekonomi. Implikasi yang timbul adalah sektor pertanian yang seharusnya bisa diperkuat dan dipercepat petumbuhannya untuk menopang perekonomian nasional, ternyata justru menjadi sektor yang paling lemah dan lambat tingkat perkembangannya. Kebutuhan dana pinjaman menjadikan petani selalu pada posisi yang lemah inferior dalam tawar-menawar. Dengan posisi demikian tidak akan terlaksana mekanisme pasar bebas secara adil dan alami. Petani seringkali terikat hutang pada pelaku lainnya khususnya tengkulak, pedagang besar dan industri. Mata rantai ini harus dipecahkan demi terlaksananya pasar dengan petani sebagai pelaku yang bermartabat. Kredit Usahatani KUT dan Kredit Umum Perdesaan KUPEDES merupakan kredit bersubsidi dari Pemerintah untuk usahatani yang bertujuan untuk memacu penerapan teknologi pertanian input produksi. Kredit program semacam KUT ini sangat strategis dalam peningkatan produksi melalui program intensifikasi. Tingkat bunga yang rendah dan prosedur yang relatif mudah dalam pelaksanaan penyaluran kredit program telah mendorong adopsi teknologi rekomendasi oleh petani kearah yang lebih baik. Kredit program adalah langkah awal yang strategis untuk memberdayakan golongan ekonomi lemah, karena aksesibilitasnya terhadap kredit umum yang rendah. Prosedur administrasi yang panjang dari kredit program ini dan skema KUT memerlukan perbaikan sehingga tidak menimbulkan penyebab keengganan masyarakat perdesaan untuk berhubungan dengan perbankan. Selama ini biaya transaksi perkreditan juga masih dirasakan sulit karena berbagai persyaratan birokrasi yang berbelit, yaitu: 1 Persyaratan jaminan kredit. 2 Sumber pembiayaan dari anggaran Pemerintah. 130 3 Keberlanjutan tidak terjamin dan terbatas selama program Pemerintah masih berjalan. 4 Manajemen terpusat, dan 5 Petani cenderung diperlakukan sebagai obyek dan kredit merupakan paket. Pemberian kredit modal kerja kepada petani sering tidak dapat dilaksanakan karena keterbatasan petani dalam memberikan jaminan kredit kolateral, tetapi di lain pihak perbankan tidak bisa memberikan perlakuan yang diskriminatif kepada petani, dimana semua aturan dan persyaratan standar perbankan harus diberlakukan seutuhnya. Dalam kenyataan, peningkatan jumlah nasabah maupun nilai pinjaman belum merupakan indikator keberhasilan suatu kebijakan kredit, karena seringkali hal itu dibarengi dengan peningkatan jumlah dan nilai kredit macet. Alternatif yang lebih realistis adalah pemberian kredit kepada industri, sehingga selanjutnya pembayaran oleh industri yang biasanya bankable kepada petani dapat dilakukan secara tunai. Lembaga-lembaga keuangan yang ada di perdesaan ternyata hampir semuanya belum mampu membangkitkan martabat petani yang terikat pada hutang yang tidak pernah bisa terlunaskan. Hal ini berkaitan dengan karakter pertanian yang penuh resiko alam yang tidak dapat diramalkan seperti gagal panen oleh hama, banjir, dan jatuhnya harga jual di pasar. Dikaitkan dengan arah pembangunan pertanian, maka karakteristik skema permodalan dan pembiayaan usaha pertanian harus memiliki karakteristik sebagai berikut: 1 Dapat mengakomodasi besaran kredit yang diperlukan petani skala kecil. 2 Dapat melayani subsistem produksi budidaya dan pengolahan, juga subsistem lainnya industri, distribusi dan pemasaran. 3 Bersifat lentur dalam hal waktu pelayanan dan penyaluran sesuai dengan musim di pertanian, khsususnya untuk kredit produksi. 4 Memiliki prosedur pengajuan, penyaluran dan pengembalian yang sederhana. 5 Dapat memberikan pelayanan, monitoring penggunaan pinjaman dan kontrol terhadap penyaluran kredit yang menjamin kredit disalurkan kepada sasaran dalam jumlah dan waktu yang tepat. 6 Mampu menumbuhkan capital formation melalui tabungan petanikelompok tani 131 yang pada gilirannya dapat mengurangi ketergantungan petani kepada sumber pembiayaan dari luar tengkulak. Hasil penelitian lapang menunjukkan bahwa bentuk Lembaga Keuangan Mikro LKM yang paling dekat dengan masyarakat adalah Koperasi Simpan Pinjam KSP dan KUD-Unit Simpan Pinjam. Koperasi merupakan bentuk LKM yang harus didukung dengan dana pinjaman serta dibinadikembangkan dengan produk-produk baru yang merupakan terobosan. KUD telah menjalankan perannya dengan baik dalam arti dapat menjangkau para petani sampai ke pelosok, demikian pula manajemen pengelolaannya telah berjalan lebih baik dari waktu ke waktu. Namun demikian, pendanaan KUD yang sampai sekarang masih sangat terbatas sehingga perlu dicarikan sumber yang potensial. Beberapa alternatif sumber dana yang perlu dikembangkan oleh KUD adalah: 1 Dana simpanan wajib dan sukarela anggota yang terus digalang. 2 Dana yang digalang sendiri oleh KUD melalui usaha-usaha lainnya. 3 Pinjaman tetap dari Pemerintah Kabupaten dengan anggaran tetap dalam APBD. 4 Pinjaman tetap bergulir dari Pemerintah PropinsiPusat cq Departemen Koperasi. Pinjaman petani yang masih tergolong masyarakat miskin dirancang dengan sangat sederhana, yaitu untuk kebutuhan hidup sehari-hari, memulai penanaman, dan saat pemeliharaan, sehingga dapat dikemas produk-produk, sebagai berikut: Tabel 19 Produk Pinjaman Khusus Petani Jenis kebutuhan Nilai maksimal Agunan Tenor Kredit konsumsi Rp. 3 juta per keluarga Kredit tanpa agunan 12 bulan Kredit tanam Rp. 5 juta per petani Hasil panen dengan harga pasar 1 musim tanam Kredit pengolahan Rp. 5 juta per petani Hasil panen dengan harga pasar 1 musim tanam Sebagian petani lainnya, juga berperan sebagai wiraswasta yang melakukan usaha mikro UMKM walaupun bersifat non-formal. Karakter kebutuhan pinjaman bagi petani yang telah berpikir maju demikian sangat khusus dan perlu dikemas dalam bentuk paket-paket pinjaman yang khusus pula. 132

5.6 Tata Guna Lahan