Agroindustri Kawasan Pertanian Terpadu

46

2.3.4 Agroindustri

Sub-sektor agroindustri meliputi kegiatan industri pengolahan dengan bahan baku hasil pertanian, meliputi proses pengawetan preserving dan pengolahan processing melalui proses alam atau kimia, penyimpanan, pengepakan, dan distribusi, dan industri pengolahan hasil pertanian, peralatan dan mesin pertanian, input pertanian pupuk, pestisida dan lainnya dan jasa-jasa sektor pertanian. Usaha industri pertanian yang dikategorikan dalam agroindustri dapat dibedakan dari usaha non-pertanian karena produk pertanian yang digunakan sebagai bahan baku memiliki karakteristik dan proses produksi yang berbeda-beda dan produk serta budidayanya sangat tergantung pada iklim musiman, adanya gestation period tidak tahan lama dan mudah rusak, sangat beragam bervariasi dan memakan tempat. Tingkat dan cakupan dari proses pengolahan sangat luas, dari proses pembersihan, penyaringan, dan pengempukan hingga proses penggilingan bahan baku hasil pertanian sampai ke proses pemasakan, pencampuran dan penggorengan yang rumit menjadi makanan kaleng siap saji Austin, 1992; Gumbira dan Sandaya, 1998, Sudaryanto et al., 2002a, 2002b. Kekhasan agroindustri telah menciptakan kondisi saling ketergantungan dalam agribisnis, sehingga harus didalami empat jalur keterkaitan yang ada berikut ini, yaitu : 1 Rantai Alur Produksi. Perancangan alur kegiatan yang panjang dalam rantai produksi harus dilakukan secara vertikal dan horizontal. Ketersediaan pasokan bahan baku yang berkesinambungan harus dipersiapkan sejak dari pengadaan benih dan perencanaan tanam di subsistem budidaya. Hal ini penting karena kekurangan bahan baku akan berakibat fatal, dan sebaliknya kelebihan juga akan menjadikan industri pengolahan tidak menguntungkan. Pertimbangan horizontal mencakup industri yang memakai bahan baku yang sama dan substitusi hasil olahan merupakan pesaing yang harus turut diperhitungkan. 2 Kebijakan Makro-Mikro Pemerintah. Kegiatan usaha agro sangat sensitif terhadap kebijakan Pemerintah dalam bidang pertanian, padahal di semua negara berkembang yang berbasis pertanian, kebijakan Pemerintah di sektor ini seringkali lebih bersifat politik karena menyangkut hajat sebagian besar rakyat. 3 Keterkaitan Kelembagaan. Struktur dan pengaturan kelembagaan sangat penting untuk menentukan efektivitas sistem. Petani budidaya adalah lembaga di sektor 47 pertanian yang berperan paling awal, mengelola sumberdaya lahan yang sangat luas dan mampu menciptakan lapangan kerja. 4 Keterkaitan Internasional. Usaha agro terkait erat dengan perdagangan internasional. Teknologi informasi telah menjadikan pasar agro makin berkaitan dan bahkan telah menyatu. Pemahaman tentang keterkaitan di atas merupakan hal yang harus dianalisa dalam merancang pola kerjasama agribisnis dalam format kawasan pertanian terpadu, sesuai sifat bahan bakunya yang berupa hasil budidaya pertanian. Lokasi industri, budidaya dan supporting industries antara lain packaging harus ditata dalam suatu keterpaduan wilayah guna meningkatkan efisiensi dan nilai tambah dari keseluruhan proses. Kekuatan sinergis dari agribisnis ini hanya akan tercipta kalau keterkaitannya dapat ditata dalam suatu kesatuan Brown, 1994. Sektor pertanian secara keseluruhan, mencakup rangkaian dari berbagai subsistem mulai dari subsistem penyediaan prasarana dan sarana produksi, antara lain industri pembibitan unggul, subsistem budidaya yang menghasilkan produk pertanian, subsistem industri pengolahan agroindustri, subsistem pemasaran dan distribusi, serta subsistem jasa-jasa pendukungnya. Sektor pertanian adalah sektor yang paling luas dalam ekonomi masyarakat, karena itu harus dikembangkan bersama-sama dengan masyarakat pengguna secara partisipatif, menjadi sistem yang berkerakyatan dan terdesentralisasi. Pendekatan ini menjamin pola pengembangan yang direncanakan akan mempunyai peluang yang lebih besar untuk berkelanjutan dan mampu memberikan manfaat yang optimal bagi penggunanya. Masyarakat harus berperan aktif dalam proses pemahaman partisipatif ini antara lain dalam bentuk Sudaryanto et al., 2002b: 1 Komoditi unggulan yang dikembangkan merupakan pilihan masyarakat, ditetapkan secara bersama sesuai dengan kondisi wilayah. 2 Partisipasi aktif masyarakat dalam proses pembentukan sistem pertanian yang realistis, sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara nyata. 3 Sistem pertanian yang dikembangkan sesuai dengan kelembagaan yang ada. Agroindustri pada sentra-sentra budidaya di perdesaan, masih menghadapi kendala strategis yaitu ketidak-tersediaan bahan baku, regulasi dan deregulasi sektor perdagangan yang tidak mendukung Sudaryanto et al., 2002a. Secara lebih khusus, 48 peran agroindustri sangat penting dalam pengembangan kawasan pertanian terpadu. Industri produk olahan, dalam kenyataannya, mampu menjadi peredam fluktuasi harga hasil usahatani mentah. Produk-produk hasil industri pengolahan pangan mempunyai kecenderungan stabil dibanding harga hasil budidaya di pasaran bebas yang sangat fluktuatif tergantung jumlah pasokanpanen supply dan permintaan demand. Produk olahan hasil industri tersebut akan mampu memberikan nilai tambah yang besar kepada hasil usahatani karena mempunyai nilai jual yang stabil. Hal ini akan memberikan jaminan tingkat volume dan harga pembelian hasil budidaya pertanian Hamenda, 2003. Dalam kerangka pasar bebas, investor asing di bidang pertanian akan beralih dari minat untuk mengekspor produknya ke Indonesia beralih kepada penanaman modal pada industri pengolahan pangan di Indonesia untuk ekspor dan pasar dalam negeri yang masih sangat potensial Spencer dan Quane, 1999 Oleh karena itu, kawasan pertanian terpadu yang berbasis komoditi unggulan harus diarahkan untuk dapat menghasilkan produk olahan akhir yang siap dipasarkan dan menjadi ciri khas daerahnya, jadi tidak hanya menjadi pemasok dari hasil budidaya pertanian. Dalam kawasan pertanian harus diupayakan pembangunan industri produk jadi yang berbasis pada komoditi unggulan supaya hasil budidaya pertanian tidak bisa dipermainkan oleh pasar. Terciptanya suatu kawasan agroindustri yang berbasis kepada komoditi unggulan terjadi jika prasarana dan sarana sebagai persyaratan suatu industri dapat dipenuhi oleh Pemerintah. Komoditi unggulan hasil pertanian yang diolah oleh industri dan dipasarkan sebagai produk jadi siap pakai unggulan di pasar nasional maupun internasional, dapat menjadi penggerak pertumbuhan ekonomi lokal karena memanfaatkan keunggulan berbanding comparative advantage, potensi kreatif masyarakat, dan teknologi lokal yang dapat membentuk keunggulan kompetitif competitive advantage. Produk unggulan harus berakar pada komoditi unggulan sehingga mempunyai faktor penguat yang kokoh dan berkesinambungan. Dengan demikian masyarakat petani akan terpacu untuk mengembangkan pola pertanian yang berbasis industri. Hal ini akan dicapai bila setiap KabupatenKota mempunyai industri untuk komoditi unggulan dari daerah masing-masing. Tugas Pemerintah untuk memberikan kesempatan kerja bagi setiap warga dan cara yang paling produktif untuk mengurangi pengangguran adalah dengan 49 menciptakan wirausaha yang sesuai dengan kompetensi yang dimiliki seseorang. Petani budidaya yang menghasilkan komoditi pertanian akan mendapatkan manfaat bila mampu memproduksi dan menjual produk hasil olahan Anonim, 2002; Raj, 2006. Stabilitas harga akan memberikan kepastian dan tingkat keuntungan yang baik adil bagi petani sehingga akan terjadi kerjasama secara alami antara petani dan industri, di mana petani akan menyediakan hasil budidaya yang dibutuhkan oleh industri dan industri mendapatkan jaminan pasokan dari petani sesuai jumlah yang dibutuhkan. Dengan demikian akan timbul satu sinergi yang baik antara petani dan industri yang ada di daerah tersebut. Masyarakat petani dengan sendirinya akan giat menanam dan menghasilkan komoditi unggulan yang dipilih bersama yang menjadi salah satu komoditi unggulan nasional.

2.4 Soft System Methodology SSM