10 5 1 Aspek Pewilayahan, yaitu cakupan wilayah perencanaan planning region dari
kawasan pertanian terpadu sistem Agroestat yang dirancang dengan jelas dan terukur.
2 Aspek Infrastruktur, yaitu penyediaan dan pengelolaan jaringan infrastruktur sesuai kebutuhan dalam kawasan pertanian. Penetapan infrastruktur yang menjadi faktor
dan kepentingan bersama yang utama sehingga mampu untuk menjadi daya tarik untuk menggabungkan diri dalam dan mendukung keberadaan kawasan pertanian.
3 Aspek Bisnis, yaitu tatanan hubungan bisnis antar pelaku agribisnis. Pengelolaan tatanan hubungan bisnis antar pelaku agribisnis direkayasa secara adil dan
menguntungkan bagi semua pihak yang terlibat, sehingga masing-masing pihak mempunyai keyakinan akan tingginya nilai tambah yang akan diperoleh dengan
bergabung pada kawasan. 4 Aspek Pembiayaan, yaitu penyediaan permodalan dan pinjaman untuk mendukung
usaha pertanian, khususnya bagi petani yang merupakan pelaku yang paling besar perannya tetapi posisi tawarnya sangat rendah.
5 Aspek Manajemen, yaitu pengelolaan kawasan pertanian oleh institusi khusus dengan konsep yang jelas serta didukung tingkat kompetensi dan independensi yang
memadai.
5.2 Jaringan infrastruktur Agroestat
Semua kegiatan ekonomi terkait erat dengan ruang dan lokasi tertentu, oleh karena itu perumusan kebijakan pengembangan wilayah dan penyusunan program
pembangunan daerah harus diawali dengan penataan ruang dan penyediaan infrastruktur. Perencanaan pengembangan wilayah sebagai upaya perancangan fasilitas
investasi harus dapat menciptakan insentif positif untuk wilayah. Infrastruktur merupakan komponen utama dalam kegiatan ekonomi dan sosial
serta menjadi faktor potensial dalam perkembangan suatu wilayah. Dalam konsep pengembangan wilayah, infrastruktur menjadi bagian dalam kegiatan ekonomi yang
membutuhkan biaya sangat mahal sekaligus dengan jangka waktu yang lama. Setiap sektor dari kehidupan ekonomi mempunyai kebutuhan prasarana tersendiri, yang terdiri
10 6 dari ruang dan jaringan. Prasarana jaringan network terdiri dari empat jenis, yaitu
transportasi, komunikasi, utilitas umum, dan jaringan irigasi atau drainase. Sektor pertanian membutuhkan dua infrastruktur utama, yaitu jaringan irigasi dan
sarana perhubungan jalan. Keduanya dibutuhkan dalam mendukung usaha pertanian disamping faktor-faktor produksi usahatani lainnya. Secara empiris terbukti bahwa
determinan dasar untuk peningkatan produksi pangan adalah ketersediaan lahan beririgasi yang saat ini mengalami penyusutan dan degradasi. Pengembangan jaringan
irigasi dilaksanakan Pemerintah dengan cara perbaikan revitalisasi sistem irigasi, terutama di pulau Jawa, sehingga akan meningkatkan intensitas produksi sumberdaya
lahan Pasandaran, 1991. Kegiatan kawasan pertanian terpadu yang berupa proses produksi budidaya
membutuhkan dukungan sumberdaya air SDA, karena air mutlak diperlukan oleh semua jenis komoditi pangan. Peningkatan produksi sumberdaya lahan pertanian,
infrastruktur jaringan irigasi sangat diperlukan terutama pada musim kemarau. Sebagian besar jaringan irigasi yang ada masih tergantung pada run-off river flow dari aliran air di
sungai dan tingkat curah hujan. Peningkatan intensitas tanam hortikultura diupayakan untuk dapat mencapai tiga kali panen atau lebih dalam setahun.
Pengalaman di India menunjukkan bahwa subsidi tidak langsung dari Pemerintah dalam bentuk pemenuhan kebutuhan infrastruktur jaringan irigasi sangat efektif untuk
meningkatkan produksi dan penghasilan petani. Kebijakan desentralisasi mendorong Pemerintah KabupatenKota untuk menyusun Perencanaan Pengembangan Terpadu
Integrated Development Planning dengan mengalokasikan dana pembangunan yang terbatas secara tepat guna. Pemerintah Daerah harus menemukan prasarana yang paling
efektif dalam pelayanan masyarakat dan mengutamakan pemecahan penyebab dari permasalahan yang ada, misalnya pembangunan jaringan irigasi untuk menaikkan
budidaya pertanian, atau pembangunan kanal untuk mencegah banjir yang secara rutin melanda daerah pertanian.
Pengembangan Daerah Irigasi DI di lingkup Kabupaten melalui program Penyiapan Lahan Berpengairan PLB, dimaksud untuk meningkatkan jaringan irigasi
semi teknis menjadi irigasi teknis untuk dapat memberikan jaminan kepada petani akan ketersediaan air irigasi sepanjang tahun. Kebutuhan sumber air irigasi dapat dilakukan
10 7 dari sumber air permukaan air hujan dan air tanah. Ketersediaan air irigasi akan
memampukan petani untuk bertanam dengan intensitas yang lebih tinggi, sekaligus pengembangan wilayah perdesaan AIT, 1994; FAO, 2000; Mardianto et al., 2005.
Tabel 15 Pengembangan dan Tata Guna Lahan di Indonesia, 1990-2010 juta hektar
1990 2000
2010 A. Lahan basah sawah
Jawa
Irigasi teknis Lainnya
2,8 1,8 1,0 1,2
2,4 1,9 0,9 1,2
2,4 2,0 0,7 1,3
Luar Jawa
Irigasi Teknis Lainnya
1,8 1,6 3,3 1,1
3,0 1,6 3,2 1,1
3,6 1,6 2,7 1,2
Indonesia 8,5 1,42
9,5 1,47 9,4 1,57
B. Luas Pertanaman
Lahan basah Lahan kering tanaman pangan
Lahan kering perkebunan rakyat
Lahan kering perkebunan besar
12,3 17,1
7,3 1,1
14,2 7,6
10,1 1,8
15,0 9,4
12,6 2,9
Sumber: Lembaga Penelitian IPB, 1992 Keterangan: Angka adalah intensitas tanam
Investasi irigasi hanya dapat dilakukan dengan anggaran pemerintah sebagai strategi pokok dalam pembangunan pertanian untuk meningkatkan kapasitas produksi
melalui peningkatan intensitas tanam usahatani. Reorientasi strategi pengembangan lahan irigasi juga diperlukan dalam rangka meningkatkan efisiensi investasi. Dengan
menyadari keterbatasan anggaran pembangunan maka perluasan lahan beririgasi dilakukan dengan cara revitalisasi jaringan Tabel 15, sehingga dapat menurunkan
ketergantungan petani terhadap curah hujan dengan jaminan ketersediaan air. Secara tradisional,
cost-benefit analysis dari jaringan irigasi dilakukan dengan
memperhitungkan unsur biaya cost yaitu biaya pembangunan dan pengelolaan jaringan dibandingkan manfaat yang diperoleh benefit yaitu nilai peningkatan
budidaya. Biaya dan manfaat lingkungan dan sosial diabaikan dan diperhitungkan dalam analisis tersendiri Journeaux, 2003.
10 8 Tabel 16
Pengelolaan Infrastruktur Agroestat dibanding Kawasan Komersial
Aspek Kawasan Komersial
Agroestat Kawasan Perumahan
Pengolahan air minum Jaringan jalan dan penerangan
Fasilitas umum sekolah, komersial
Fasilitas sosial tempat ibadah, jalur hijau dan taman
Jenis infrastruktur
Kawasan Industri
Pengolahan air bersih Pengolahan air limbah
Jaringan listrik PLN Swasta Jaringan gas
Jaringan telepon dari Telkom Fasilitas umum halte,
komersial Fasilitas sosial tempat ibadah,
jalur hijau dan taman Empat jenis infrastruktur yang
menjadi tanggung jawab PemKab, yaitu:
Usahatani:
Jaringan pelayanan irigasi
Agroindustri Agroniaga :
1. Jaringan pengangkutan jalan 2. Jaringan utilitas umum listrik
– oleh perusahaan PLN 3. Jaringan komunikasi telepon
– oleh perusahaan Telkom Selain fasilitas umum dan sosial
sebagai tanggung jawab sosial kemasyarakatan Pemerintah
Sifat layanan Komersial Pelayanan
publik
Sistem pembayaran Berlangganan dengan tarif
Melalui mekanisme pajak, kecuali yang diadakan oleh perusahaan
PLN Telkom
Salah satu manfaat pembangunan infrastruktur pada pengembangan kawasan adalah peningkatan skala ekonomis, pemanfaatan yang luas, dan jangka waktu yang
panjang sehingga menjadi layak. Hal ini menjadi pertimbangan dalam penerapan pola Agroestat dalam pengelolaan kawasan pertanian terpadu. Perbedaan antara Kawasan
Industri komersialswasta dibandingkan Agroestat dalam hal pengadaan infrastruktur, adalah pihak swasta melakukan mekanisme investasi komersial, sedangkan bagi
Pemerintah hal itu merupakan layanan untuk peningkatan ekonomi masyarakat Cunningham dan Lamberton, 2005.
Tabel 16 menunjukkan adanya kesamaan mendasar antara Agroestat dengan Kawasan Industri komersial, terutama tentang ketergantungannya terhadap
ketersediaan infrastruktur oleh Pengembang Pengelola untuk dinikmati secara bersama oleh para penggunapelaku. Dalam Agroestat, usahatani membutuhkan prasarana
jaringan irigasi, sedangkan agroindustri tergantung pada prasarana jalan, komunikasi dan energi listrik, serta ketersediaan air bersih.
10 9
5.3 Pewilayahan Agroestat