Analisis Strategi Dasar RANCANG BANGUN SISTEM

93 5 Menciptakan Pusat Informasi lewat media elektronik di setiap kecamatan KUD, sehingga terselenggara pertukaran informasi antara pembeli dengan para petani secara cepat, serta menghilangkan jarak antar pelaku ekonomi dan proses pembelian dapat dilangsungkan melalui jaringan elektronika. Jaringan Pusat Informasi akan mampu mengalihkan keuntungan yang dinikmati pedagangtengkulak kepada petani.

4.6 Analisis Strategi Dasar

Penentuan strategi dalam pengembangan Agroestat melibatkan empat orang pakar dari latar belakang yang berbeda yaitu pengusaha real estat yang mendalami agro, pengusaha dari sektor pertanian, pengamat masalah pertanian dan pejabat Pemerintah Daerah terkait. Dengan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial MPE dimasukkan 11 data alternatif strategi dari database yang terdiri dari: 1 Menyediakan prasarana pengairan irigasi untuk peningkatan budidaya pertanian. 2 Mengadakan pengendalian harga jual dengan mengatur tingkat supply di pasar bebas melalui fungsi gudang buffer stock. 3 Mengadakan pendidikan formal dan informal melalui kelompok-kelompok tani. 4 Membina kelembagaan kelompok tani dan KUD pada subsistem budidaya maupun industri kecil menengah. 5 Mengupayakan kesempatan kerja bagi masyarakat dengan meningkatkan kegiatan di sektor industri yang padat karya. 6 Melaksanakan pengaturan yang konstruktif terhadap peran tengkulak atau pedagang perantara yang sangat dominan dalam perniagaan. 7 Melaksanakan pengembangan manajemen pembangunan pertanian lintas sektoral dan lintas kabupatenkota dalam bentuk kawasan pertanian terpadu yang mandiri. 8 Meningkatkan posisi tawar petani budidaya melalui kehadiran Lembaga Keuangan Mikro LKM yang dapat memberikan pinjaman tanpa agunan. 9 Meningkatkan kehadiran industri produk agroindustri yang mampu menyerap hasil budidaya, yaitu: a. lokal, dengan merangsang usaha kecil di tingkat rumah tangga. b. eksternal, melakukan terobosan-terobosan guna menarik investor industri pengolahan 94 10 Membentuk Kantor Pemasaran Bersama KPB dan pelaksanaan pasar lelang di sentra-sentra produksi komoditi bawang merah yang berjadwal. 11 Menciptakan Pusat Informasi lewat media elektronik di setiap kecamatan KUD, sehingga terselenggara tukar menukar informasi pasar antara pembeli dengan para petani secara cepat. Untuk menilai data alternatif strategi dari database yang ada, dengan bantuan pakar, digunakan sepuluh Faktor Penentu Keberhasilan sebagai kriteria, sebagai berikut: 1 Peningkatan pendapatan petani 2 Harga jual produk hasil budidaya yang stabil pada tingkat yang tinggi 3 Jaminan pemasaran produk petani 4 Kesinambungan pasokan bahan baku bagi industri 5 Kesempatan kerja bagi masyarakat 6 Laba usaha dengan distribusi yang adil dan merata 7 Keamanan berusaha 8 Harga beli bahan baku yang layak rendah untuk industri 9 Masyarakat lokal tidak tersingkir 10 Peningkatan Pendapatan Asli Daerah PAD Dari sepuluh kriteria di atas selanjutnya dengan bantuan pakar ditentukan tingkat kepentingan terhadap tujuan Agroestat tersebut. Tingkat kepentingan dari masing- masing kriteria ditampilkan dalam tabel-tabel berikut ini: Tabel 3 MPE – Tingkat Kepentingan dari Tujuan Agroestat Kriteria Pakar 1 Pakar 2 Pakar 3 Pakar 4 Bobot Peningkatan pendapatan petani 10 9 10 9 9.49 Harga jual produk stabil tinggi 9 8 9 8 8.49 Jaminan pemasaran produk petani 7 8 9 8 7.97 Kesinambungan pasokan bahan baku 9 8 7 7 7.71 Kesempatan kerja 7 7 7 8 7.24 Laba usaha merata 7 6 8 7 6.96 Keamanan berusaha 7 6 7 7 6.74 Harga beli bahan baku layak 7 8 6 6 6.70 Masyarakat lokal tidak tergusur 5 6 6 7 5.96 Peningkatan PAD 3 5 6 9 5.33 95 1 Peningkatan pendapatan petani Tujuan dari rekayasa Agroestat yang terukur adalah peningkatan penghasilan petani. Dari hasil penilaian dapat diketahui bahwa kehadiran kawasan pertanian terpadu Agroestat berkorelasi positif dengan peningkatan penghasilan petani dengan nilai agregasi tertinggi yaitu 9.49 Tabel 4. Pengembangan Agroestat membutuhkan kehadiran infrastruktur pendukung. Prasarana pengairan irigasi menghasilkan nilai agregasi yang lebih besar dibandingkan dengan infrastruktur yang lain. Hal ini menunjukkan pentingnya irigasi terhadap kelangsungan Usahatani. Peningkatan penghasilan petani, menurut para pakar dapat dilakukan dengan mengendalikan harga jual komoditi terutama dengan menghindari masa panen yang terkonsentrasi panen raya. Prasarana lain yang dibutuhkan dalam rangka peningkatan penghasilan petani adalah lembaga keuangan mikro dan kehadiran industri pengolahan hasil pertanian Agroindustri. Tabel 4 Hasil Penilaian Strategi Berdasarkan Peningkatan Pendapatan Petani Alternatif Pakar 1 Pakar 2 Pakar 3 Pakar 4 Agregasi Kawasan pertanian terpadu 10 9 10 9 9.49 Prasarana pengairan irigasi 8 10 9 9 8.97 Pengendalian harga jual 8 8 9 8 8.24 Lembaga Keuangan Mikro 8 8 8 8 8.00 Industri produk agro 6 8 8 9 7.67 Pendidikan formal dan informal 3 5 6 7 5.01 Pembinaan kelembagaan 4 6 6 7 5.63 Kesempatan kerja 6 7 6 6 6.24 Posisi tawar petani 6 7 7 5 6.19 Kantor pemasaran bersama 5 6 7 5 5.69 Pusat informasi elektronik 2 4 5 5 3.76 2 Harga Jual Produk Kehadiran kawasan pertanian terpadu Agroestat yang menarik masuknya industri yang mengolah hasil pertanian Agroindustri berpengaruh positif terhadap harga jual produk yang dihasilkan petani Tabel 5. Agroestat memungkinkan semua kegiatan agribisnis terlaksana secara berkesinambungan. Adanya industri memungkinkan petani untuk menjual langsung produknya kepada industri tanpa melalui perantaratengkulak. Hal ini dapat memotong mata rantai perdagangan komoditi yang panjang sehingga tingkat keuntungan lebih merata. 96 Tabel 5 Hasil Penilaian Strategi Berdasarkan Harga Jual Produk Alternatif Pakar 1 Pakar 2 Pakar 3 Pakar 4 Agregasi Kawasan pertanian terpadu 9 8 9 10 8.97 Prasarana pengairan irigasi 7 8 8 9 7.97 Pengendalian harga jual 9 9 9 8 8.74 Lembaga Keuangan Mikro 8 9 8 8 8.24 Industri produk agro 10 9 9 8 8.97 Pendidikan formal dan informal 3 6 5 6 4.82 Pembinaan kelembagaan 5 6 6 7 5.96 Kesempatan kerja 6 5 4 7 5.38 Posisi tawar petani 3 7 7 7 5.66 Kantor pemasaran bersama 4 6 6 5 5.18 Pusat informasi elektronik 3 5 5 4 4.16 3 Jaminan Pemasaran Produk Petani Agroestat memadukan keberadaan subsistem Usahatani dan subsistem Agroindustri dalam satu kawasan. Dengan adanya industri pengolahan hasil pertanian mempermudah pemasaran hasil panen dan petani memperolah kepastian atau jaminan hasil panennya terjual dengan harga yang layak. Peranan Agroindustri dalam memberikan jaminan pemasaran sangat dominan. Berdasarkan hasil penilaian strategi pengembangan Agroestat memiliki agregasi yang paling tinggi sebesar 9.24 Tabel 6. Tabel 6 Hasil Penilaian Strategi Berdasarkan Jaminan Pemasaran Alternatif Pakar 1 Pakar 2 Pakar 3 Pakar 4 Agregasi Kawasan pertanian terpadu 10 9 9 9 9.24 Prasarana pengairan irigasi 7 8 9 9 8.21 Pengendalian harga jual 8 8 8 7 7.74 Lembaga Keuangan Mikro 7 7 7 7 7.00 Industri produk agro 9 9 10 9 9.24 Pendidikan formal dan informal 5 5 6 3 4.61 Pembinaan kelembagaan 6 7 7 5 6.19 Kesempatan kerja 7 6 5 6 5.96 Posisi tawar petani 6 7 6 7 6.48 Kantor pemasaran bersama 8 7 7 8 7.48 Pusat informasi elektronik 6 4 6 6 5.42 4 Kesinambungan Pasokan Bahan Baku Bagi Industri Untuk menjamin terjadinya kesinambungan pasokan bahan baku bagi industri, infrastrukur yang paling dibutuhkan adalah tersedianya jaringan irigasi. Hal ini dapat dilihat dari hasil agregasi yang menyatakan prasarana pengairan memperoleh nilai 97 agregasi terbesar yaitu 9.74. Adanya jaringan irigasi memungkinkan petani untuk tetap melakukan budidaya di luar musim hujan. Dengan dilakukannya produksi bahan baku sepanjang waktu maka industri mendapat jaminan pasokan bahan baku secara berkesinambungan. Tabel 7 Hasil Penilaian Strategi Berdasarkan Kesinambungan Pasokan Alternatif Pakar 1 Pakar 2 Pakar 3 Pakar 4 Agregasi Kawasan pertanian terpadu 9 9 9 9 9.00 Prasarana pengairan irigasi 9 10 10 10 9.74 Pengendalian harga jual 7 8 9 8 7.97 Lembaga Keuangan Mikro 8 8 8 8 8.00 Industri produk agro 8 8 9 8 8.24 Pendidikan formal dan informal 3 3 4 4 3.46 Pembinaan kelembagaan 4 4 5 5 4.47 Kesempatan kerja 5 5 5 6 5.23 Posisi tawar petani 6 6 6 7 6.24 Kantor pemasaran bersama 7 7 7 8 7.24 Pusat informasi elektronik 6 5 5 6 5.48 5 Kesempatan Kerja Bagi Masyarakat Selain peningkatan pendapatan petani, pengembangan kawasan pertanian terpadu Agroestat mampu memberikan kesempatan kerja dengan agregasi mencapai 9.21. Dukungan untuk menghadirkan Agroindustri dalam kawasan juga besar mencapai 9.00. Tabel 8 Hasil Penilaian Strategi Berdasarkan Kesempatan Kerja Alternatif Pakar 1 Pakar 2 Pakar 3 Pakar 4 Agregasi Kawasan pertanian terpadu 8 10 9 10 9.21 Prasarana pengairan irigasi 7 8 9 9 8.21 Pengendalian harga jual 7 7 8 7 7.24 Lembaga Keuangan Mikro 8 8 8 8 8.00 Industri produk agro 9 9 9 9 9.00 Pendidikan formal dan informal 6 8 6 7 6.70 Pembinaan kelembagaan 5 7 5 6 5.69 Kesempatan kerja 6 6 4 5 5.18 Posisi tawar petani 7 5 6 4 5.38 Kantor pemasaran bersama 8 7 5 6 6.40 Pusat informasi elektronik 3 6 4 5 4.36 6 Distribusi Laba Usaha Adanya kawasan pertanian terpadu Agroestat akan menyelaraskan rantai panjang distribusi komoditi pertanian. Secara wajar, berdasarkan kelayakan bisnis, petani dapat 98 dengan bebas menjual hasil panennya kepada industri demikian juga sebaliknya industri dapat memperoleh bahan baku dengan mudah dan mengurangi biaya transportasi. Pengembangan kawasan pertanian terpadu dalam upayanya menyeimbangkan distribusi pendapatan menghasilkan nilai agregat terbesar yaitu 9.24. Selanjutnya adalah prasarana irigasi dan pengendalian harga jual, masing-masing 8.74 dan 8.49 Tabel 9. Hal ini dikarenakan Usahatani memegang resiko gagal yang paling besar maka pengadaan infrastruktur untuk pertanian selayaknya diutamakan. Tabel 9 Hasil Penilaian Strategi Berdasarkan Distribusi Laba Usaha Alternatif Pakar 1 Pakar 2 Pakar 3 Pakar 4 Agregasi Kawasan pertanian terpadu 9 9 9 10 9.24 Prasarana pengairan irigasi 9 8 9 9 8.74 Pengendalian harga jual 8 8 9 9 8.49 Lembaga Keuangan Mikro 7 8 9 8 7.97 Industri produk agro 8 8 8 7 7.74 Pendidikan formal dan informal 6 5 6 4 5.18 Pembinaan kelembagaan 7 6 5 5 5.69 Kesempatan kerja 6 6 6 4 5.42 Posisi tawar petani 4 7 6 7 5.86 Kantor pemasaran bersama 4 6 7 6 5.63 Pusat informasi elektronik 3 4 5 5 4.16 7 Keamanan Berusaha Untuk menjamin terciptanya keamanan dalam berusaha maka pengembangan kawasan pertanian terpadu harus disinergikan dengan pembangunanrevitalisasi prasarana pengairan. Hal ini untuk mengurangi terjadinya gagal panen akibat kurangnya pasokan air pada periode pertumbuhan komoditi. Selain itu pengendalian harga jual dan kehadiran Lembaga Keuangan Mikro juga diperlukan untuk menjaga keamanan berusaha bagi petani yang berimplikasi juga kepada keamanan berusaha untuk industri. 8 Harga Bahan Baku yang Layak Harga bahan baku yang relatif murah dan tersedia sepanjang musim sangat diharapkan oleh industri agro. Untuk mewujudkan hal itu letak industri harus berdekatan dengan lokasi sumber bahan baku. Kawasan pertanian terpadu memungkinkan hal tersebut dapat tercapai. Selain itu untuk menjamin harga bahan baku yang layak bagi industri, petani harus difasilitasi dengan prasarana irigasi agar bisa 99 melakukan budidaya sepanjang tahun, harga jual dikendalikan dengan melakukan pengaturaan pola tanam, dan kehadiran LKM sebagai penjamin dana budidaya. Tabel 10 Hasil Penilaian Strategi Berdasarkan Keamanan Berusaha Alternatif Pakar 1 Pakar 2 Pakar 3 Pakar 4 Agregasi Kawasan pertanian terpadu 8 9 9 9 8.74 Prasarana pengairan irigasi 8 9 9 9 8.74 Pengendalian harga jual 8 8 8 8 8.00 Lembaga Keuangan Mikro 8 8 8 8 8.00 Industri produk agro 7 7 8 7 7.24 Pendidikan formal dan informal 4 5 6 5 4.95 Pembinaan kelembagaan 5 4 5 6 4.95 Kesempatan kerja 6 6 5 5 5.48 Posisi tawar petani 5 5 4 6 4.95 Kantor pemasaran bersama 6 6 4 4 4.90 Pusat informasi elektronik 5 5 3 3 3.87 Tabel 11 Hasil Penilaian Strategi Berdasarkan Harga Bahan Baku Alternatif Pakar 1 Pakar 2 Pakar 3 Pakar 4 Agregasi Kawasan pertanian terpadu 9 9 9 9 9.00 Prasarana pengairan irigasi 10 9 8 8 8.71 Pengendalian harga jual 9 9 9 8 8.74 Lembaga Keuangan Mikro 8 8 8 8 8.00 Industri produk agro 8 7 8 7 7.48 Pendidikan formal dan informal 6 5 3 3 4.05 Pembinaan kelembagaan 5 6 4 5 4.95 Kesempatan kerja 6 5 5 5 5.23 Posisi tawar petani 7 7 6 4 5.86 Kantor pemasaran bersama 6 5 6 6 5.73 Pusat informasi elektronik 5 3 7 7 5.21 9 Partisipasi Masyarakat Lokal Pengembangan kawsan pertanian terpadu harus melibatkan partisipasi masyarakat lokal. Keberadaan fasilitas pendukung pertanian dan kehadiran industri agro akan membuka lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat. Beberapa strategi menghasilkan nilai agregasi yang hampir seragam dalam mewujudkan partisipasi masyarakat lokal diantaranya kawasan pertanian terpadu 8.74, prasarana pengairan 8.49, pengendalian harga jual 8.24, lembaga keuangan mikro 8.00, industri produk agro 8.00, dan kesempatan kerja 8.24 Tabel 12. 100 Tabel 12 Hasil Penilaian Strategi Berdasarkan Partisipasi Masyarakat Lokal Alternatif Pakar 1 Pakar 2 Pakar 3 Pakar 4 Agregasi Kawasan pertanian terpadu 8 9 9 9 8.74 Prasarana pengairan irigasi 8 9 8 9 8.49 Pengendalian harga jual 8 9 8 8 8.24 Lembaga Keuangan Mikro 8 8 8 8 8.00 Industri produk agro 8 8 8 8 8.00 Pendidikan formal dan informal 7 5 8 7 6.65 Pembinaan kelembagaan 6 4 7 7 5.86 Kesempatan kerja 8 8 9 8 8.24 Posisi tawar petani 6 7 7 7 6.74 Kantor pemasaran bersama 7 6 7 7 6.74 Pusat informasi elektronik 5 5 4 6 4.95 10 Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Pengembangan kawasan pertanian terpadu memerlukan pembangunan infrastruktur pendukung yang terdiri dari jaringan irigasi, jaringan jalan, jaringan utilitas umum dan jaringan komuniksi. Dari pembangunan dan pengelolaan infrastruktur ini, Pemerintah Daerah memperoleh pembayaran dari masyarakat melalui mekanisme pajak. Dengan demikian pendapatan Pemda meningkat dari pajak dan pendapatan masyarakat meningkat dengan terbuka kesempatan berusaha Tabel 13. Tabel 13 Hasil Penilaian Strategi Berdasarkan Peningkatan PAD Alternatif Pakar 1 Pakar 2 Pakar 3 Pakar 4 Agregasi Kawasan pertanian terpadu 9 8 9 9 8.74 Prasarana pengairan irigasi 8 8 8 8 8.00 Pengendalian harga jual 8 8 8 8 8.00 Lembaga Keuangan Mikro 9 7 8 7 7.71 Industri produk agro 7 8 7 8 7.48 Pendidikan formal dan informal 4 6 4 4 4.43 Pembinaan kelembagaan 5 4 3 5 4.16 Kesempatan kerja 7 7 7 7 7.00 Posisi tawar petani 5 5 6 5 5.23 Kantor pemasaran bersama 6 6 8 8 6.93 Pusat informasi elektronik 5 4 7 7 5.60 Pemilihan strategi menggunakan MPE dengan scoring pembobotan kriteria oleh pakar terhadap keseluruhan alternatif strategi yang disusun dapat disimpulkan dalam pilihan dan urutan prioritas strategi sebagai berikut Tabel 14: 101 1. Membangun pengembangan kawasan pertanian terpadu yang mandiri lintas sektoral dan lintas kabupatenkota. 2. Meningkatkan dan rehabilitasi infrastruktur jaringan irigasi sehingga produksi budidaya oleh petani dapat ditingkatkan. 3. Mengatur tingkat pasokan di pasar sehingga harga budidaya dapat stabil di tingkat yang tinggi melalui pengadaan gudang stock control sekaligus menjamin kesinambungan pasokan kepada industri. 4. Meningkatkan kemandirian petani melalui pembentukan Lembaga Keuangan Mikro LKM sehingga petani tidak meminjam hutangijon dari tengkulak. 5. Meningkatkan kehadiran agroindustri yang mampu menyerap hasil budidaya, yaitu: a. Lokal internal, dengan merangsang usaha kecil di tingkat rumah tangga. b. Eksternal, melakukan terobosan-terobosan guna menarik industri pengolahan. Tabel 14 MPE Matrix Nilai Agregasi Skor Alternatif ke-i pada Kriteria ke-j Bobot Alternatif 9.49 8.49 7.97 7.71 7.24 6.96 6.74 6.70 5.96 5.33 Total Jutaan Kawasan pertanian terpadu 9.49 8.97 9.24 9.00 9.21 9.24 8.74 9.00 8.74 8.74 2,075.15 Prasarana pengairan irigasi 8.97 7.97 8.21 9.74 8.21 8.74 8.74 8.71 8.49 8.00 1,214.00 Pengendalian harga jual 8.24 8.74 7.74 7.97 7.24 8.49 8.00 8.74 8.24 8.00 614.88 Lembaga Keuangan Mikro 8.00 8.24 7.00 8.00 8.00 8.24 8.00 8.00 8.00 7.71 451.46 Industri produk agroindustri 7.67 7.24 9.24 8.24 9.00 7.74 7.24 7.48 8.00 7.48 338.77 Pendidikan formal dan informal 5.01 4.82 4.61 3.46 6.70 5.18 4.95 4.05 6.65 4.43 6.38 Pembinaan kelembagaan 5.63 5.96 6.19 4.47 5.69 5.69 4.95 4.95 5.86 4.16 19.81 Kesempatan kerja 6.24 5.38 5.96 5.23 5.18 5.42 5.48 5.23 8.24 7.00 38.95 Posisi tawar petani 6.19 5.66 6.48 6.24 5.38 5.86 4.95 5.86 6.74 5.23 39.93 Kantor pemasaran bersama 5.69 5.18 7.48 7.24 6.40 5.63 4.90 5.73 6.74 6.93 1.23 Pusat informasi elektronik Ag re g a t 3.76 4.16 5.42 5.48 4.36 4.16 3.87 5.21 4.95 5.60 1.83 dimana : i = 1,2,3…. n n = jumlah alternatif j = 1,2,3,… m m = jumlah kriteria 10 2

5. REKAYASA POLA AGROESTAT

5.1 Konsep Dasar Pola Agroestat

Agroindustri yang berporos pada budidaya pertanian melalui suatu keterpaduan wilayah dalam bentuk kawasan pertanian terpadu menjadi kekuatan sinergis untuk meningkatkan efisiensi dan nilai tambah dari keseluruhan sektor pertanian. Kawasan pertanian terpadu dirancang untuk merangkaikan berbagai kegiatan secara vertikal dan horizontal, sejak pemuliaan benih pembibitan, budidaya, pengolahan, pengepakan, dan pengangkutan, hingga sampai pada konsumen. Pengembangan kawasan juga meningkatkan interaksi yang efektif antara sektor hulu dan hilir dalam mata rantai proses dari produsen awal hingga akhir. Pengembangan kawasan pertanian terpadu pada sentra-sentra budidaya pertanian yang mempunyai komoditi unggulan merupakan alternatif pembangunan sektor pertanian dengan pendekatan keterpaduan wilayah. Keberhasilan konsep ini tergantung dari kemampuan implementasi dari konsep itu sendiri aspek pengelolaan, khususnya dalam upaya untuk mendekatkan nilai tambah atau menghadirkan agroindustri masuk ke wilayah sentra budidaya bahan baku. Disamping itu, nilai tunda penanganan komoditi akibat keterisolasian desa harus diatasi dengan peningkatan sarana penyimpanan gudang dengan kapasitas dan pengelolaan yang memadai. Selain itu, adanya kenyataan bahwa 60 persen penduduk Indonesia memiliki mata pencaharian dari usaha pertanian. Oleh karena itu, lahan pertanian merupakan harta yang tidak ternilai harganya baik dalam kehidupan ekonomi maupun sosial. Komposisi penggunaan tanah atau lahan di Indonesia adalah pekarangan 7.19, ladang 18.57, sawah 11.73, perkebunan 14.64, hutan 28.94, dan lain-lain 18.93. Dalam kenyataannya saat ini secara nasional kira-kira 60 petani tidak memiliki lahan buruh tani, sedangkan petani yang mempunyai lahan rata-rata seluas 0.5 ha tanah kering Simarmata, 1977; Johara, 1999. Rekayasa Sistem Agroestat sebagai pengembangan kawasan pertanian terpadu, dimaksud untuk menjadikan struktur agribisnis terintegrasi secara utuh dalam satu manajemen. Bratakusumah dan Solihin 2001, menyatakan bahwa adanya otonomi daerah, dimana Pemerintah Daerah Otonom KabupatenKota mempunyai kewenangan