167
Harga rupiah P
ro duk
s i
to n
95.0 2382.5
4670.0 6957.5
9245.0 11532.5
13820.0 143
.70 778
1.5 154
19. 30
230 57.
10 306
94. 90
383 32.
70 459
70. 50
Gambar 32. Keterkaitan antara Produksi dengan Harga Bawang Merah 2003 – 2005. Besarnya prosentasi peningkatan jaringan irigasi, yang kemudian bisa
diterjemahkan dalam luas lahan beririgasi tambahan yang dilaksanakan memberikan dampak terukur bagi besarnya pasokan ke pasar yang tersedia serta harga yang terjadi.
Karena penambahan pasokan selalu berakibat pada penurunan harga mengikuti fungsi hiperbolis.
4 Peran Gudang dalam Mengatasi Fluktuasi Produksi
Perubahan jumlah produksi menurun tajam pada musim kemarau dan meningkat pada musim penghujan Gambar 29 dan Tabel 32. Hal itu disebabkan terutama pada
ketergantungan petani terhadap pengairan asal hujan, karena tidak cukup tersedianya jaringan irigasi. Dengan adanya peningkatan jaringan irigasi, maka diharapkan fluktuasi
tidak tajam, namun harus dipahami adanya fluktuasi oleh sebab-sebab yang lain. Oleh karena itu tetap diperlukan penyediaan gudang dalam jumlah yang cukup untuk
menghindari terjadinya pasokan yang berlebihan over supply yang berakibat fluktuasi harga jual.
Pada saat ini telah tersedia sebanyak 12 buah gudang di Kabupaten Brebes yang tersebar pada sentra-sentra produksi. Namun gudang yang ada ini belum dimanfaatkan
secara optimum, sehingga perlu diadakan evaluasi, sosialiasai, dan penyederhanaan penggunaan gudang oleh masyarakat petani.
MMF Model :
a = 53053.182
b = 848595.090
c = 335.507
d = 1.794
d d
x b
cx ab
y +
+ =
σ = 3941.292. r = 0.926
16 8 Tabel 30
Profil Kabupaten Brebes
Pendapatan per Kapita
Rupiah Luas
Jumlah Total
Per km 2 Petani
Buruh tani Non SD
SD SLTP
SLTA Sarjana
Ha Desa
Brebes 1,031,121
8,230 23
155,550 1,890
18,051 31,931
25 36
16 18
5 Jatibarang
1,271,680 3,348
22 79,871
2,386 9,188
15,224 26
46 17
10 2
Songgom 597,973
5,072 10
73,474 1,449
21,764 26,426
35 39
13 11
2 Wanasari
660,770 7,226
20 132,956
1,840 22,218
31,983 33
44 12
9 2
Bulukamba 890,770
10,155 19
156,055 1,537
27,750 65,783
23 49
15 12
1 Tanjung
1,374,874 6,819
18 90,967
1,334 15,942
24,918 41
39 12
7 1
Losari 728,335
8,943 22
122,422 1,369
15,671 33,921
31 47
13 8
1 Kersana
481,595 2,523
13 58,766
2,329 7,379
21,362 35
43 13
7 2
Banjarharjo 766,705
14,025 25
115,464 823
26,139 26,867
20 48
26 5
1 Ketanggungan
1,026,214 14,907
21 130,540
276 31,850
30,040 34
48 10
6 1
Larangan 711,408
16,468 11
135,864 825
33,391 31,850
37 45
12 5
1 Tonjong
1,008,900 8,126
14 68,354
841 9,604
17,391 31
41 18
9 2
Sirampog 1,035,135
6,703 13
60,732 906
11,573 15,713
35 41
14 8
2 Paguyangan
1,584,359 10,494
12 91,841
875 12,212
20,514 33
44 14
8 1
Bumiayu 1,414,546
7,369 15
99,947 1,356
13,889 13,504
19 57
12 9
2 Bantarkawung
887,800 20,500
18 91,609
447 25,389
21,360 18
67 8
5 1
Salem 1,260,391
15,209 21
55,512 365
13,763 8,161
27 56
10 6
2 Pendidikan
Kecamatan
Jumlah Penduduk Pekerjaan
Pemerintahan Kependudukan dan Pendidikan
169 Sebagai gambaran dari kondisi gudang tipikal yang telah ada sekarang serta
kebutuhan tambahan gudang dapat digambarkan dalam Tabel 31. Pengendalikan tingkat pasokan hasil budidaya masih dibutuhkan minimal 6 buah gudang tambahan. Tingkat
penggunaan dilaksanakan secara bertahap, diawali dengan optimasi penggunaan 12 buah gudang yang telah tersedia. Tahap selanjutnya disesuaikan dengan perkembangan
kesadaran petani terhadap Agroestat dengan penambahan maksimal 61 buah sampai secara keseluruhan berjumlah 73 buah gudang.
Tabel 31 Perhitungan Kebutuhan Fasilitas Gudang Bawang Merah
Sumber: DPKKT Kab. Brebes 2005 – diolah
6.2.3 Model Perubahan Demand
Model perubahan demand dibangun sebagai bagian dari SPK Agroestat bertitik tolak dari antisipasi kenaikan demand pada tingkat tertentu pada tahun yang
bersangkutan yang dikaitkan dengan peningkatan jaringan irigasi yang diperlukan untuk dapat mencapai hasil produksi yang dibutuhkan. Model menggunakan data dan
persamaan yang telah dikembangkan pada uraian di atas dengan alur pemikiran sistem sebagaimana dicantumkan pada Gambar 23, sebagai berikut:
1 Administrator program SPK memasukkan data yang relevan pada Sistem Manajemen Basis Data Database.
2 Pengguna memasukkan melalui mekanisme input manual tentang perkiraan perubahan demand pada tahun mendatang, bisa dalam prosentasi atau angka.
Jumlah Satuan
Produksi rata-rata 13,123
ton bulan Usia simpan
3 bulan
Rasio penyimpanan 25
kapasitas gudang dibutuhkan minimal
1,094 ton
maksimal 4,374
ton Gudang yang ada
12 buah
Kapasitas gudang yang ada 60
tonbuah 720
ton total Kebutuhan gudang tambahan
minimal 6
buah maksimal
61 buah
Produksi Budidaya 2003 - 2005
170 3 Dari proses akan diketahui frekuensi tanam, volume produksi budidaya, serta tingkat
keseimbangan harga jual bawang merah yang terjadi. 4 Hasil proses diuji dengan tingkat keuntungan petani budidaya yang harus mencapai
sama dengan atau lebih besar dari 22. Bila hal ini tidak dapat dicapai, maka proses akan diulang dengan input manual yang lain.
Berdasarkan asumsi dan kondisi Kabupaten Brebes serta perkiraan perubahan demand
sebesar 10 per tahun maka kebutuhan peningkatan jaringan irigasi masing- masing tahun sebagaimana tampak dalam Tabel 33. Dengan demikian, pengaruh lebih
lanjut terhadap penghasilan petani sebagaimana tampak pada Tabel 35, sebagai berikut : 1 Nilai keuntungan yang diperoleh petani sebesar Rp.13,886,086 meningkat menjadi
Rp.23,249,673 per tahun per hektar pada tahun ke empat atau setara dengan peningkatan rata-rata sebesar 13.79 per tahun.
2 Hal di atas dicapai karena harga jual bawang merah dapat ditingkatkan melalui pengendalian produksi hasil budidaya, dari Rp.3,825.59 menjadi Rp.4,650.03 pada
tahun ke empat.
6.2.4 Model Perubahan Irigasi
Model perubahan irigasi dibangun sebagai bagian dari SPK Agroestat dengan mengkaitkan hasil peningkatan jaringan irigasi tertentu untuk mengantisipasi kenaikan
demand yang dapat ditampung pada tahun yang bersangkutan. Model ini menggunakan
data dan formula yang telah dikembangkan pada uraian di atas. Alur pemikiran sistem berlangsung sebagaimana dicantumkan pada Gambar 24
sebagai berikut: 1 Administrator program SPK memasukkan data yang relevan pada Sistem
Manajemen Basis Data Database. 2 Administrator program SPK memasukkan data yang relevan pada Sistem
Manajemen Basis Data Database. 3 Pengguna memasukkan melalui mekanisme input manual tentang tambahan
peningkatan jaringan irigasi, dalam prosentasi atau angka, yang akan dilaksanakan pada tahun mendatang sesuai dengan perkiraan perubahan demand.
17 1 Tabel 32
Daftar Luas Lahan, Produksi, dan Harga Bawang Merah 2003 – 2005
Januari Februari Maret
April Mei
Juni Juli
Agustus September
Oktober Nopember Desember
Luas lahan hektar 2003
904 609
269 3,021
4,781 1,845
1,688 362
542 1,729
2,195 2,367
2004 1,162
1,083 505
4,289 2,277
2,344 1,116
221 831
721 2,867
2,364 2005
628 424
1,077 3,619
2,942 2,022
2,222 335
1,133 3,605
3,285 1,021
Produksi ton 2003
6,533 3,961
1,458 19,518
41,922 14,187
13,663 2,355
3,721 6,998
17,305 24,882
2004 9,406
7,890 3,496
27,711 18,949
19,507 9,033
1,437 5,705
2,605 22,603
24,850 2005
4,539 2,758
6,538 23,382
24,483 16,827
19,465 2,179
8,712 16,637
27,288 9,917
Harga rupiah 2003
7,500 11,500
12,250 3,000
950 3,500
3,500 12,250
11,500 4,400
3,300 2,750
2004 4,000
6,500 11,500
2,000 3,000
3,000 4,000
12,250 8,500
12,650 2,750
2,750 2005
9,500 12,250
7,500 2,500
2,500 3,500
3,000 12,250
5,500 2,750
2,200 4,400
Sumber : DPKKT Kab. Brebes 2006
17 2 Tabel 33
Perhitungan Kebutuhan Luas Lahan dengan Perubahan Demand Bawang Merah sebesar 10 per tahun
Luas Lahan Sawah Frekuensi
Proyeksi Tambahan Luas
Tahun Irigasi
Non-Irigasi Tanam
Perubahan Demand Lahan Dibutuhkan
Akum
hektar hektar
ton tahun hektar
hektar saat ini
5.603,35 3.899,14
2,1793 156.782
1 6.636,34 2.866,15 2,3968 10,00 172.460 1.033 18,44 1.033
2 7.772,62 1.729,87 2,6359 10,00 189.706 1.136 17,12 2.169
3 9.022,54 479,95 2,8990 10,00 208.677 1.250 16,08 3.419
4 9.502,49 0,00
3,0000 3,49 215.961 480
5,32 3.899
Tabel 34 Perhitungan Demand Bawang Merah melalui Peningkatan Luas Lahan sebesar 10 per tahun
Luas Lahan Sawah Frekuensi
Perubahan Produksi Tahun
Irigasi Non-Irigasi
Tanam Perubahan Irigasi
Produksi Tambahan
Akum
hektar hektar
hektar ton tahun
ton ton
saat ini 5.603,35
3.899,14 2,1793
156782 1 6.163,69 3.338,80 2,2973 10,00 560,34
165.287 8.505 5,42 8.505
2 6.780,06 2.722,43 2,4270 10,00 616,37 174.641
9.355 11,39 17.859 3 7.458,06 2.044,43 2,5697 10,00 678,01
184.932 10.290 17,95
28.150 4 8.203,87 1.298,62 2,7267 10,00 745,81
196.251 11.320 25,17
39.469 5 9024,25 478,24 2,8993
10,00 820,39 208.703 12.451
33,12 51.921
6 9502,49 0,00
3,0000 5,30 478,24 215.961 7.259 0,00 59.179
173 Tabel 35
Peningkatan Keuntungan Petani Budidaya Pertanian 1
Rupiahtahun kenaikan
Saat ini 3,825.59
16,499 13,886,086
1 4,016.87
18,149 16,038,430
15.5 2
4,217.71 19,964
18,524,386 15.5
3 4,428.60
21,960 21,395,666
15.5 4
4,650.03 22,727
23,249,673 8.7
Tahun Hargakg
Produksiha Keuntungantahunhektar
4 Dari proses akan diketahui frekuensi tanam, volume produksi budidaya, serta perubahan demand yang akan dapat terlayani.
5 Hasil proses diuji dengan tingkat keuntungan petani budidaya yang harus mencapai sama dengan atau lebih besar dari 22. Bila hal ini tidak dapat dicapai, maka proses
akan diulang dengan input manual yang lain. Berdasarkan asumsi dan kondisi di Kabupaten Brebes maka penambahan luas
lahan tanam melalui peningkatan jaringan irigasi sebesar 10 per tahun mengakibatkan kapasitas perubahan demand yang dapat dilayani setiap tahun sebagaimana tampak
dalam Tabel 34. Pengaruh lebih lanjut terhadap penghasilan petani sebagaimana tampak pada Tabel 36, sebagai berikut :
1 Nilai keuntungan yang diperoleh petani sebesar Rp.13.886.086 meningkat menjadi Rp.25.632.772 per tahun per hektar pada tahun ke enam, halmana setara dengan
peningkatan rata-rata sebesar 10,76 per tahun. 2 Hal di atas dicapai karena harga jual bawang merah dapat ditingkatkan dari
Rp.3.825,59 menjadi Rp.5.126,66 pada tahun ke enam. Tabel 36
Peningkatan Keuntungan Petani Budidaya Pertanian 2
Rupiahtahun kenaikan
saat ini 3,825.59
16.499 13,886,086
1 4,016.87
17.394 15,371,292
10.70 2
4,217.71 18.378
17,053,347 10.94
3 4,428.60
19.461 18,961,096
11.19 4
4,650.03 20.653
21,127,771 11.43
5 4,882.53
21.963 23,591,665
11.66 6
5,126.66 22.727
25,632,772 8.65
Keuntungantahunhektar Tahun
Hargakg Produksiha
174
6.2.5 Model Perubahan Irigasi Terbatas
Model Perubahan Irigasi Terbatas sebagai bagian dari SPK Agroestat pada keadaan dimana antisipasi kenaikan demand pada tahun yang bersangkutan tidak dapat
dipenuhi dengan peningkatan jaringan irigasi yang diperlukan. Hal ini lazim terjadi karena pada kenyataannya peningkatan jaringan irigasi lebih ditentukan oleh
ketersediaan dana pembangunan Pemerintah daripada upaya untuk memenuhi hasil produksi budidaya yang dibutuhkan.
Model ini menggunakan data dan persamaan yang telah dibahas sebelumnya dengan alur pemikiran sistem sebagai berikut:
1 Administrator program SPK memasukkan data yang relevan pada Sistem Manajemen Basis Data Database.
2 Pengguna memasukkan melalui mekanisme input manual tentang perkiraan perubahan demand pada tahun mendatang, bisa dalam prosentasi atau angka.
3 Dari proses akan diketahui frekuensi tanam, volume produksi budidaya, serta peningkatan jaringan irigasi yang dibutuhkan.
4 Hasil proses diuji dengan tingkat keuntungan petani budidaya yang harus mencapai sama dengan atau lebih besar dari 22. Bila hal ini tidak dapat dicapai, maka proses
akan diulang dengan input manual yang lain. Keseimbangan pasokan ke dalam pasar harus dapat dikendalikan sebagai satu-
satunya upaya yang bisa dilakukan untuk: 1 Rekayasa keseimbangan harga pasar pada tingkat harga yang tinggi, yang
berdampak pada pendapatan dan tingkat keuntungan petani. 2 Menjamin ketersediaan bagi industri sehingga ada jaminan pasokan yang akan
merupakan daya tarik bagi masuknya investor. Simulasi terhadap kondisi Kabupaten Brebes dengan peningkatan jaringan
irigasi sebesar 500 hektar per tahun sesuai APBD tersedia, maka dihasilkan harga jual bawang merah sebagaimana tampak pada Tabel 37. Akibat perubahan harga jual
terhadap penghasilan petani sebagaimana tampak pada Tabel 38, sebagai berikut : 1 Nilai keuntungan yang diperoleh petani sebesar Rp.13,886,086 meningkat menjadi
Rp.23,514,309 per tahun per hektar pada tahun ke enam, halmana setara dengan
175 peningkatan rata-rata sebesar 9.20 per tahun.
2 Hal di atas dicapai karena harga jual bawang merah dapat ditingkatkan dari Rp.3,825.59 menjadi Rp. 5,020.18 pada tahun ke enam.
Tabel 37 Peningkatan Keuntungan Petani Budidaya Pertanian 3
Rupiahtahun kenaikan
saat ini 3,826
16.499 13,886,086
1 4,033
17.298 15,345,794
10.51 2
4,261 18.096
16,963,668 10.54
3 4,511
18.895 18,749,692
10.53 4
4,781 19.693
20,714,550 10.48
Tahun Hargakg
Produksiha Keuntungantahunhektar
Tabel 38 Perhitungan Harga Bawang Merah pada Perubahan Irigasi Terbatas
Irigasi Non-Irigasi
Anggaran Pasar Margin
22
hektar hektar
hektar hektar
ton tahun Saat ini
5.603,35 3.899,14
2,1793 156.782
3.825,59 3.825,59
1 6.103,35
3.399,14 2,2846
10,00 560,34
500,00 164.371
4.032,55 4.016,87
2 6.603,35
2.899,14 2,3898
10,00 610,34
500,00 171.960
4.260,97 4.217,71
3 7.103,35
2.399,14 2,6003
10,00 660,34
500,00 179.548
4.510,53 4.428,60
4 7.603,35
1.899,14 2,6003
10,00 710,34
500,00 187.137
4.781,13 4.650,03
5 8.103,35
1.138,80 2,7055
10,00 760,34
500,00 194.726
5.020,18 4.882,53
6 8.603,35
899,14 2,8108
10,00 810,34
500,00 202.315
5.020,18 5.126,66
7 9.103,35
399,14 2,9160
2,15 184,11
500,00 209.903
5.072,84 5.382,99
Produksi Keseimbangan Harga Jual
Rupiah kg
Lahan Tahun
Frekuensi Tanam
Perubahan Irigasi Rencana
Tingkat harga pada pasar bebas sangat terkait dan sensitif terhadap besarnya pasok yang masuk ke pasar yang berimplikasi pada tingkat produksi budidaya. Ketidak-
seimbangan pasok mengakibatkan fluktuasi harga yang seringkali dimanfaatkan oleh para tengkulak, pedagang besar dan industri pengolahan besar. Dengan demikian,
melalui mekanisme pasar bebas ini selalu terjadi keseimbangan supply-demand yang berkeadilan. Hal ini akan terjadi jika posisi petani budidaya mampu disejajarkan dengan
pelaku pasar yang lain dengan cara menghilangkan ketergantungannya dalam hal finansial hutangijon kepada tengkulak.
Upaya untuk mengurangi fluktuasi produksi dilakukan dengan mengusahakan peningkatan volume hasil produksi pada musim kemarau melalui peningkatan frekuensi
176 tanam cropping intensity yang ditentukan oleh luas lahan yang beririgasi. Oleh karena
itu, dibutuhkan peningkatan jaringan irigasi yang sebenarnya telah ada secara fisik namun tanpa air yang disalurkan. Peningkatan jaringan irigasi berdampak pada
frekuensi tanam yang secara langsung juga meningkatkan pendapatan dan keuntungan petani.
Upaya lain yang dapat dilakukan adalah dengan memfungsikan 12 gudang yang ada dan tersebar di sepuluh kecamatan di lingkungan Kabupaten Brebes. Bahkan jika
untuk menjalankan fungsi stock control ternyata kebutuhan gudang lebih dari kapasitas yang ada maka perlu ditambah dengan fasilitas gudang yang baru. Pertimbangan dasar
bagi peningkatan gudang yang ada atau gudang baru adalah sebagai berikut: 1 Upaya intervensi pasokan pasar melalui pengadaan gudang merupakan pemecahan
sementara, karena dengan berfungsinya irigasi maka pola tanam bawang merah akan beralih ke musim panas dan tidak banyak dilakukan di musim hujan karena hasilnya
tidak memenuhi persyaratan mutu karena kandungan airnya sangat tinggi. 2 Pengelolaan gudang merupakan masalah tersendiri yang akan membebani pengelola
kawasan, apalagi peralatan menjadikan fleksibilitas pemakaian gudang terbatas. 3 Pengadaan gudang memerlukan proses pengadaan dana dan pembangunan yang
akan memakan waktu minimal satu tahun.
6.2.5 Keterkaitan Irigasi dengan Produktivitas Komoditi Bawang Merah
Produktivitas rata-rata bawang merah di Kabupaten Brebes sebesar 7,0 tonha, masih lebih rendah dibanding produktivitas potensial sebesar 10–20 tonha.
Produktivitas dapat ditingkatkan, apabila faktor-faktor yang mempengaruhi sistem usahatani bawang merah seperti tanah, iklim, teknologi produksi, permodalan, dan
tenaga kerja dikelola secara optimal. Faktor pengelolaan sangat mempengaruhi produksi, sebab tanpa pengelolaan yang baik tidak akan dapat memanfaatkan sumber-
sumber tersebut secara efisien Thamrin, et al., 2003. Salah satu faktor pengelolaan yang penting pada budidaya bawang merah adalah
pengaturan pola tanam yang sangat ditentukan oleh kondisi iklim terutama curah hujan atau ketersediaan air terutama pada saat musim kemarau. Pembentukan umbi
merupakan periode kritis bagi tanaman bawang merah sehingga kekurangan air yang
177 terjadi pada periode ini dapat menurunkan produksi, Pengaturan pola tanam juga
bertujuan untuk menghindari gejala kelelahan akibat pemanfaatan lahan secara intensif dalam jangka panjang yang bisa mengurangi tingkat kesuburan tanah.
Berdasarkan penelitian lapang yang dilakukan di Kabupaten Brebes, sebanyak 49 petani responden menyatakan faktor utama yang menentukan keberhasilan panen
bawang merah adalah faktor cuaca, 25 menyatakan ketersediaan air dan sebanyak 24 menyatakan penggunaan bibit unggul. Faktor cuaca tidak dapat dikendalikan oleh
manusia, maka upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produktivitas bawang merah adalah melalui revitalisasi fasilitas irigasi untuk menjamin ketersediaan air
sepanjang tahun dan sosialisasi penggunaan bibit unggul. Peningkatan produksi bawang merah pada suatu wilayah dapat dilakukan dengan peningkatan luas tanam. Mengingat
bawang merah merupakan tanaman yang sangat membutuhkan keberadaan air maka peningkatan areal tanam ini harus diimbangi dengan perluasan sawah beririgasi melalui
rehabilitasi saluran yang sudah ada revitalisasi atau membangun jaringan irigasi baru. Faktor yang dapat menyebabkan perlambatan produktivitas adalah: tingkat
adopsi varietas unggul dan peningkatan mutu usahatani yang rendah, dan adanya gejala kelelahan akibat pemanfaatan lahan secara intensif dalam jangka panjang. Sedangkan
faktor yang dapat menyebabkan perlambatan luas panen adalah : perubahan pola tanam, konversi lahan pertanian, anomali iklim yang berdampak pada meningkatnya luas areal
puso, dan pembangunan irigasi yang semakin lambat Irawan, et al., 2003. Sedangkan menurut Asnawi 1995, peningkatan areal panen dapat dilakukan dengan dua cara
yakni dengan meningkatkan intensitas penanaman cropping intensity pada sawah- sawah beririgasi dan dengan membuka sawah-sawah baru dengan jaringan irigasi baru,
serta membangun irigasi untuk sawah-sawah tadah hujan yang memungkinkan baik secara teknis maupun secara ekonomis.
Setelah teknologi budidaya tanaman berkembang, dalam peningkatan produksi irigasi mempunyai peranan penting yaitu Wirawan, 1995:
1 menyediakan air untuk tanaman dan untuk mengatur kelembaban tanah, 2 menyuburkan tanah melalui bahan-bahan kandungan yang dibawa oleh air,
3 memungkinkan penggunaan pupuk dan obat-obatan dalam dosis tinggi, 4 dapat menekan pertumbuhan gulma,
178 5 menekan perkembangan hama penyakit tertentu, dan
6 memudahkan pengolahan tanah. Sebagaimana diketahui, tingkat harga pada pasar bebas sangat terkait dan sensitif
terhadap besarnya pasok yang masuk ke pasar yang berimplikasi pada tingkat produksi budidaya. Ketidak-seimbangan pasok mengakibatkan fluktuasi harga yang seringkali
dimanfaatkan oleh para tengkulak, pedagang besar dan industri pengolahan besar. Dengan demikian, melalui mekanisme pasar bebas ini selalu terjadi keseimbangan
supply-demand secara adil dan alami. Hal ini akan terjadi jika posisi petani budidaya
mampu disejajarkan dengan pelaku pasar yang lain dengan cara menghilangkan ketergantungannya dalam hal finansial hutangijon kepada tengkulak.
Upaya untuk mengurangi fluktuasi produksi dilakukan dengan mengusahakan peningkatan volume hasil produksi pada musim kemarau melalui peningkatan frekuensi
tanam atau sangat tergantung dari luas lahan yang beririgasi. Oleh karena itu, dibutuhkan peningkatan jaringan irigasi yang sebenarnya telah ada secara fisik namun
tanpa air yang disalurkan. Peningkatan jaringan irigasi berdampak pada frekuensi tanam yang secara langsung juga meningkatkan pendapatan dan keuntungan petani.
Upaya lain yang dapat dilakukan adalah dengan memfungsikan 12 gudang yang ada dan tersebar di sepuluh kecamatan di lingkungan Kabupaten Brebes. Bahkan jika
untuk menjalankan fungsi stock control ternyata kebutuhan gudang lebih dari kapasitas yang ada maka perlu ditambah dengan fasilitas gudang yang baru. Pertimbangan dasar
bagi peningkatan gudang yang ada atau gudang baru adalah sebagai berikut: 1 Upaya intervensi pasokan pasar melalui pengadaan gudang merupakan pemecahan
sementara, karena dengan berfungsinya irigasi maka pola tanam bawang merah akan beralih ke musim panas dan tidak banyak dilakukan di musim hujan karena mutunya
tidak memenuhi persyaratan kandungan air yang terlalu tinggi. 2 Pengelolaan gudang merupakan masalah tersendiri yang akan membebani Pengelola
kawasan, apalagi peralatan menjadikan fleksibilitas pemakaian gudang terbatas. 3 Pengadaan gudang memerlukan proses pengadaan dana dan pembangunan yang
akan memakan waktu minimal satu tahun. SPK Agroestat dirancang dengan sistem yang terbuka dan fleksibel, sehingga
dapat diterapkan pada semua daerah otonom dengan penyesuaian yang sederhana
179 terhadap beberapa hal berikut:
1 struktur data, 2 komponen pertimbangan keputusan,
3 input manual sebagai data varibel penentu, dan 4 proses komputasi.
180
7. KESIMPULAN DAN SARAN