Daya Dukung Fisik Daya Dukung Wisata

kawasan mengalami degradasi habitat danekosistem terumbu karang serta mengganggu kehidupan biota laut yang hidup didalamnya, oleh karena itu diharapkan dengan alokasi zona rehabilitasi di lokasi ini dapat memulihkan kondisi ekosistem dan sumberdaya terumbu karang yang telah rusak atau yang mengalami penurunan.

5.3.6 Persepsi

Masyarakat yang tinggal di Pulau Lingayanmerupakan pendatang yang berasal dari suku wajo, bugis, gorontalo dan tolitoli yang menetap selama puluhan tahun. Awal kedatangan mereka di lokasi ini merupakan tempat berkebun kelapa dan saat ini mereka dianggap sebagai penduduk asli di Pulau Lingayan. Sementara itu yang dianggap sebagai pendatang adalah beberapa pegawai negeri sipil yang bertugas sebagai guru dan bidan dengan pendapatan 2.000.000-3.000.000. Pada umumnya masyarakat bermata pencaharian sebagai nelayan penangkap ikan dengan rata-rata pendapatan setiap bulan berkisar 250.000 sampai 500.000 rupiah. 1 Persepsi masyarakat Lokal. Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat lokal diketahui bahwa sebesar 85 reponden masyarakat lokal ingin terlibat secara langsung dalam kegiatan wisata di Pulau Lingayan sedangkan 15 menyatakan tidak ingin terlibat dalam kegiatan wisata. Dalam kegiatan wisata di Pulau Lingayan, masyarakat terlibat dalam bentuk penyedia jasa penyedia perahu untuk transportasi, pendamping wisata tour guide dan menyewakan kamar-kamar di rumah masyarakat setempat. Berkaitan dengan persepsi masyarakat setempat tentang pengembangan ekowisata adalah bahwa 100 responden telah mengetahui Pulau Lingayan merupakan daerah tujuan wisata. Responden menyatakan bahwa kegiatan wisatawan yang dilakukan selama ini telah memberikan keuntungan bagi masyarakat 45,15, tidak memberikan keuntungan 27,37 dan menyatakan tidak tahu 27,47. Masyarakat Pulau Lingayan yang menyetujui untuk dilakukannya pengembangan ekowisata sebanyak 100, walaupun istilah ekowisata, sekitar 85 responden menyatakan belum pernah mendengar dan mengetahui tentang istilah tersebut, hanya 15 yang telah mendengar istilah ekowisata.Pemahaman terhadap prinsip ekowisata hanya 10, 90 tidak memahami prinsip-prinsip ekowisata. 2 Persepsi Wisatawan. Wisatawan yang diwawancarai di lokasi penelitian berjumlah 25 orang yang terdiri dari peneliti 10 orang, pns 10 orang dan wisatawan lokal 5 0rang. Dari hasil wawancara yang dilakukan, mayoritas responden 90 menyatakan bahwa tujuan utama mereka mengunjungi Pulau Lingayan adalah untuk berwisata, sedangkan 10 sedang melaksanakan tugas dari instansi tempat bekerja dan untuk kepentingan lain. Dari total wisatawan yang datang untuk responden yang mayoritas melakukan kunjungan ke kawasan wisata Pulau Lingayan yang menjadi motivasi utama untuk melakukan kunjungan ke kawasan Pulau Lingayan menurut 15 orang responden adalah potensi alamnya dimana potensi alam yang dimaksudkan mayoritas responden 100 antara lain keunikan, keindahan alam, pantai dan terumbu karangnya. Menurut dari wisatawan tentang kondisi Pulau Lingayan antara lain bahwa pemandangan alam dikawasan tersebut sangat indah 70, indah 30. Untuk kondisi terumbu karang dalam kategori baik 65dan 35 responden yang menyatakan kondisi terumbu karangnya sangat baik. Waktu tempuh 2-3 jam antara kota tolitoli dan Pulau Lingayan menyebabkan mayoritas responden 60 menilai bahwa aksebilitas untuk mencapai kawasan tersebut dapat ditempuh dengan mudah. Sehubungan dengan fasilitas yang ada 1 pondok wisata dan rumah penduduk serta adanya fasilitas telkomsel yang digunakan oleh wisatawan cukup baik . Persepsi tentang pengembangan ekowisata di Pulau Lingayan, 100 responden setuju jika Pulau Lingayan akan dikembangkan sebagai kawasan ekowisata bahari. Khusus mengenai istilah ekowisata, mayoritas responden 80 sudah pernah mendengar istilah ekowisata melalui buku, koran, majalah dan media elektornik seperti radio dan televisi, sehingga mereka dapat memahami prinsip-prinsip ekowisata. 3 Persepsi Pemerintah Daerah. Penetapan Pulau Lingayan sebagai kawasan wisata merupakan inisiatif pemerintah daerahKabupaten Tolitoli. Hal ini diikuti pula oleh pembangunan sarana prasarana di lokasi tersebut untuk menunjang kegiatan wisata walaupun sebenarnya fasilitas tersebut tergolong belum memadai seperti pembangunan darmaga pelabuhan, pondok wisata.