Lingayan dibatasi dengan daya dukung pemanfaatan dari PP No. 18 Thn 1994 sehingga diharapkan kedepan dapat menjamin kelestarian ekosistem dan
keberlanjutan aktivitas wisata. Luas zona pemanfaatan wisata digunakan hasil analisis kesesuaian kawasan wisata bahari dan pantai. Daya dukung kawasan yang
dihitung dalam penelitian ini dilakukan terhadap tiap zona wisata yang sesuai dengan spesifikasi wisatawan yang datang berdasarkan jenis kegiatan wisata.
Untuk ekowisata bahari jenis kegiatan selam, snorkling dan rekreasi di pantai berdasarkan luas kawasan yang sesuai. Yulianda 2007 mengatakan bahwa dalam
penentuan daya dukung kawasan haruslah mempertimbangkan aspek kelestarian lingkungan.
1 Daya Dukung Kawasan Wisata Selam.
Ekosistem terumbu karang merupakan faktor utama yang menentukan dalam penetapan kawasan wisata bahari karena merupakan daya tarik bagi wisatawan
untuk melakukan aktifitas wisata seperti selam dan snorkeling. Luasan ekosistem terumbu karang di tiap stasiun pengamatan diasumsikan sebagai
luasan area yang akan digunakan untuk selam yang berdasarkan hasil analisis kesesuaian termasuk dalam kelas sesuai. Dalam penentuan bobot kelas
kesesuaian maka presentase tutupan karang, lifeform dan jenis-jenis ikan merupakan daya tarik yang sangat penting bagi wisata selam sehingga dalam
pembobotan kesesuain kelas diberi bobot 5. Hasil analisis kesesuaian lahan menunjukan bahwa hanya stasiun 1, 5, 6 dan 7 yang sesuai untuk aktifitas
selam dengan luas areal karang 56,02 Ha. Berdasarkan luas kawasan tersebut maka jumlah wisatawan yang dapat ditampung di sub zona wisata selam setiap
hari adalah 134 orang dengan waktu yang dibutuhkan setiap wisatawan untuk beraktifitas selama 2 jam.
2 Daya Dukung Wisata Snorkling.
Sama halnya dengan kegiatan selam,maka luasan ekosistem terumbu karang di tiap stasiun pengamatan diasumsikan sebagai luasan area yang akan digunakan
untuk aktifitas snorkling yang berdasarkan hasil analisis kesesuaian termasuk dalam kelas sesuai. Dalam wisata snorkeling yang paling diuatamakan disini
adalah lifeform terumbu karang, jenis-jenis ikan dan lebar hamparan terumbu karang sehingga diberi bobot 5 dalam penentuan kesesuaian.
Hasil analisis kesesuaian lahan menunjukan bahwa hanya stasiun 1, 3, 5, 6, 7 dan 10 yang sangat sesuai untuk aktifitas snorkling dengan luas areal karang
121,67 ha. Berdasarkan luas kawasan tersebut maka jumlah wisatawan yang dapat ditampung di sub zona wisata selam setiap hari adalah 292 orang dengan
waktu yang dibutuhkan setiap wisatwan untuk beraktifitas selama 4 jam.
3 Daya Dukung Kawasan Rekreasi Pantai.
Pantai berpasir putih dengan tipe substrat berpasir merupakan faktor utama yang berperan dalam penentuan pemanfaatan kawasan ekowisata untuk
kegiatan wisata pantai sehingga diberi bobot 5. Hal ini karena pantai berpasir putih memiliki daya tarik bagi wisatawan untuk melakukan aktifitas seperti
berjemur, berenang, olahraga voley pantai ataupun hanya duduk-duduk sambil menikmati pemandangan alam.
Hasil analisis kesesuaian menunjukan bahwa ada 7 stasiun pengamatan yang sesuai untuk kegiatan rekreasi pantai. Berdasarkan hasil analisis, dengan
panjang pantai 7.334 km jumlah wisatawan yang dapat ditampung di sub zona rekreasi pantai setiap hari adalah 8
orang dengan waktu yang dibutuhkan setiap wisatawan untuk beraktifitas selama 2 jam.
Daya dukung kawasan apabila di konversikan ke daya dukung pemanfaatan berdasarkan PP 18 tahun 1994 Pasal 29 yakni 10 dari zona pemanfaatan maka
kemampuan pulau Lingayan menampung wisatawan adalah sebanyak 434 orang perhari dan waktu yang dibutuhkan untuk melakukan aktifitas wisata di setiap
aktifitas wisata dapat dilihat pada Tabel 34.
Tabel 34. Luaspanjang areal dan daya dukung kawasan di tiap sub zona wisata
No Sub Zona Wisata Panjang mLuasha DDP per hari
orang Lama Wisata
jam
1 Rekreasi pantai 7.334
29 2
2 Selam 56,02
134 2
3 Snorkeling 121,67
292 4
Total 434
5.3.2 Daya Dukung Ecological Footprint atau EFA
Ecological footprint merupakan suatu metode yang dipakai untuk
mengukur permintaan aktifitas manusia terhadap jumlah lahan produktif yang diperlukan untuk memproduksi keseluruhan sumber daya dan menyerap limbah
yang dihasilkan, khususnya dalam penelitian ini digunakan untuk mengukur lahan produktif bagi pengembangan wisata dengan memanfatkan sumberdaya pesisir
dan laut di Pulau Lingayan secara berkelanjutan berdasarkan dari luas kawasan yang sesuai dengan kegiatan wisata tersebut. Area tersebut kemudian dapat
dibandingkan dengan biocapacity, yaitu area potensial secara ekologis atau disebut juga area produktif secara biologi yang tersedia di Pulau Lingayan.
Ecological Footprinf EF secara keseluruhan dari setiap wisatawan yang
mengunjungi Pulau Lingayan terdiri dari jumlah agregat komponen build-up jalan, pelabuhan, akomodasi dan aktifitas, fosil energy land, food and fiber
pasture land, arable land, forest land dan sea space dengan rata-rata waktu
tinggal selama 4 hari. Tabel 35 menunjukan hasil penghitungan total EF dari rata- rata kunjungan ke Pulau Lingayan dengan rata-rata lama tinggal 4 hari.
Tabel 35. Build-up land footprint
Kategori Hacaptahun Persentase
Jalan 0,0007
1,37 Pelabuhan
0,0197 38,33
Akomodasi 0,0083
16,15 Aktifitas
0,0227 44,15
Total footprint 0,0514
100
Tabel 35 menunjukan bahwa pemanfaatan lahan secara langsung untuk infrastruktur wisata sebesar 227 m
2
tiap wisatawan per tahun. Dengan demikian menunjukan bahwa sumberdaya dan ruang untuk aktifitas yang dimanfaatkan oleh
jumlah wisatawan masih sedikit tiap tahunnya sehingga permintaan area build- upland
perkapita masih cukup besar. Footprint build-upland pertahun di Pulau Lingayan dalam rangka kegiatan wisata yang dihasilkan sebesar 44,15.
Tabel 36. Fosil energy land footprint
Uraian Satuan
Ketersediaan energi 52.84 GJhathn
Konsumsi energi untuk akomodasi 1.748 GJcap
EF untuk fosil energy land 0.0083 hacapthn
Apabila dibandingkan dengan footprint dari fosil energy land maka terlihat bahwa pemanfaatanya masih sangat kecil sekali yakni 83 m
2
untuk pulau Lingayan. Rata-rata footprint untuk konsumsi sandang dan pangan food and fiber
consumption wisatawan yang mengunjungi Pulau Lingayan dengan waktu
kunjungan rata-rata selama 4 hari dapat di lihat pada Tabel 37.
Tabel 37. Food and fiber consumption footprint
Negara Asal Wisatawan
Cropland hacaptahun
Pasture hacaptahun
Forest hacaptahun
Fishing Groud hacaptahun
Indonesia 0,0316
0,00 0,0150
0,067 Total EF Food
and Fibre 0,1301
Tabel 37 menunjukan bahwa rata-rata footprint untuk konsumsi sandang dan pangan adalah 1.301 m² lahan yang dapat dimanfaatkan oleh setiap wisatawan
untuk konsumsi sandang dan pangan selama berwisata di Pulau Lingayan. Total EF untuk keenam komponen utama ruang produktif dapat dilihat pada Tabel 38.
Tabel 38. Total Ecological footprint
Komponen footprint
Footprint Hacaptahun
Area dalam ruang global Hacaptahun
Energy land 0,0083
0,0110 Build-up land
0,0514 0,1357
Cropland 0,0316
0,0834 Pasture land
0,0000 0,0000
Forest land 0,0150
0,0199 Fishing ground
0,0670 0,0268
Total footprint per wistawan
0,1733 0,2769
Total : 11,2645
17,9991
Kunjungan rata-rata perjalanan wisatawan ke Pulau Lingayan membutuhkan lebih dari 0,17 ha lahan atau sekitar 1.700 m² untuk keperluan sumber daya bagi
wisatawan di pulau tersebut. Apabila ditinjau dari sudut pandang global , maka perjalanan wisatawan ke Pulau Lingayan memerlukan lebih dari 2.700 m².
Biocapacity atau Biological Capacity BC merupakan kemampuan ekosistem
untuk menghasilkan material biologi yang bermanfaat dan untuk menyerap limbah material yang dihasilkan oleh manusia dan dapat dipakai dalam rencana
pengelolaan. Penghitungan BC dari suatu wilayah diawali dengan mengetahui jumlah total lahan secara bioproduktif tersedia Global Footprint Network, 2008.
Secara singkat dapat dikatakan bahwa penghitungan BC dilakukan untuk mengukur kemampuan lahan teresterial dan perairan yang tersedia untuk
menyediakan jasa lingkungan. Untuk menghitung BC dari suatu area dilakukan dengan mengalikan area actualyang tersedia denganyield factor YF dan
equivalence factor EF yang tepat. BC biasanya digambarkan dalam global
hektar gha.Biovapacity di Pulau Lingayan merupakan pengukuran total dari jumlah lahan yang tersedia di perairan laut hingga batas 4 mil dengan luas
14.069ha dan yang memiliki terumbu karang seluas 2.069,54 ha dan juga kemampuan dari Pulau Lingayan untuk memproduksi tanaman pertanian crops,
padang rumput pastures, produk kayu-kayuan forest dan ikan. Pulau Lingayan memiliki croplands berupa kebun kelapa seluas 33,08 ha dan kebun campuran
seluas 22,15 ha, untuk padang rumput pastures berupa semak belukar seluas 68,39 ha dan untuk hutan forest berupa hutan mangrove dengan luas 7,26 ha.
Hasil penghitungan BC Pulau Lingayan dapat dilihat pada Tabel 39. Tabel 39. Total Biocapacity Pulau Lingayan
Komponen Lahan
Exixting area ha
YF Biocapacity
Equivalence factor Ghaha
Biocapacity gha
Energy land 52,84
1,3 68,71
1,33 91,38
Build-up land 20,64
1,0 20,64
2,64 54,49
Cropland 55,23
1,7 93,89
2,64 247,87
Pasture land 45,74
2,2 100,63
0,50 50,31
Forest land 7,26
1,3 9,44
1,33 12,55
Sea space 2.247,54
0,6 1.348,34
0,40 539,33
Total 1.641,64
995,94 Total BCCap
25,26 15,32