Kebaharuan Pengembangan ekowisata di Pulau Lingayan sebagai pulau terluar (kasus pulau lingayan, pulau terluar di Kabupaten Tolitoli Provinsi Sulawesi Tengah)
c Padang Lamun
Lamun seagrass adalah tumbuhan berbunga yang sudah sepenuhnya menyesuaikan diri untuk hidup di bawah permukaan air laut. Lamun hidup di
perairan dangkal agak berpasir dan sering dijumpai di ekosistem terumbu karang. Sama halnya dengan rerumputan di daratan, lamun juga membentuk padang yang
luas dan lebat di dasar laut yang dangkal dan masih terjangkau oleh cahaya matahari. Padang lamun merupakan ekosistem yang tinggi produktifitas
organiknya, dengan keanekaragaman biota yang juga tinggi. Pada ekosistem ini hidup beranekaragaman biota laut seperti ikan, crustacea, moluska, echinodermata
dan cacing. Secara ekologis padang lamun mempunyai beberapa fungsi penting bagi wilayah pesisir, yaitu 1 produsen detritus dan zathara; 2 mengikat
sedimen dan menstabilkan substrat yang lunak, dengan sistem perakaran yang padat dan saling menyilang; 3 sebagai tempat berlindung, mencari makan,
tumbuh besar, dan memijah bagi beberapa jenis biota laut, terutama yang melewati masa dewasanya di lingkungan ini; 4 sebagai tudung berlindung yang
melindungi penghuni padang lamun dari sengatan matahari. Disamping itu padang lamun dapat dimanfaatkan sebagai tempat kegiatan berbagai jenis ikan, kerang-
kerangan dan tiram, tempat rekreasi dan sumber pupuk hijau. Di kawasan pulau- pulau kecil banyak dijumpai dari jenis Enhalus dan Thalassia, karena di kawasan
ini kandungan sedimen organiknya relatif rendah dan didominasi oleh substrat pasir Bengen, 2000.
d Rumput Laut
Sumberdaya rumput laut seaweeds banyak dijumpai di pulau-pulau kecil, hal ini karena kebanyakan wilayah pesisir perairannya dangkal, gelombangnya
kecil, subur dan kaya akan bahan organik terutama wilayah dekat pantai dan muara sungai. Rumput laut merupakan sumberdaya alam yang mempunyai nilai
komersial yang tinggi, disamping sumberdaya perikanan. Sumberdaya rumput laut ini banyak dibudidayakan oleh penduduk sekitar sebagai mata pencaharian
mereka.
e Sumberdaya Perikanan
Secara ekologis, pulau-pulau kecil di daerah tropis berasosiasi dengan terumbu karang. Dengan demikian di kawasan ini memiliki spesies-spesies yang
memanfaatkan karang sebagai habitatnya yaitu ikan ekonomis penting seperti kerapu, napoleon, kima raksasa dan lain lain, sehingga komoditas seperti ini dapat
dikatakan sebagai komoditas spesifik pulau kecil. Ciri utamanya komoditas tersebut adalah memiliki sifat penyebaran yang bergantung pada terumbu karang
sehingga keberlanjutannya dipengaruhi oleh kesehatan karang.
2 Sumberdaya tidak dapat Pulih
Potensi sumberdaya tidak dapat pulih non-renewable resources yang terdapat di pulau-pulau kecil meliputi seluruh mineral, yang terdiri dari tiga kelas:
kelas A mineral straegis: minyak, gas dan batu bara; kelas B mineral vital: emas, timah, nikel, bauksit, biji besih dan chromit dan kelas C mineral industri:
termasuk bahan bangunan dan galian seperti granit, kapur, tanah liat, kaolin dan pasir. Sumberdaya tidak dapat pulih dan juga energi kelautan belum optimal
dimanfaatkan hanya terbatas pada sumberdaya migas, timah, bauksit dan biji besi. Jenis bahan tambang dan mineal lain termasuk pasir kwarsa, fosfat, mangan,
nikel, chromium dan lainnya praktis belum termanfaatkan dengan baik. Demikian juga halnya dengan potensi energi kelautan yang sesungguhnya bersifat tak
pernah habis non-exhaustive seperti energi angin, gelombang, pasang surut dan
Ocean Thermal Energy Conversion. 3 Jasa-jasa Lingkungan
Potensi jasa-jasa lingkungan pada kawasan pulau-pulau kecil seperti wisata bahari dan perhubungan laut, merupakan potensi yang mempunyai nilai tinggi
bagi peningkatan pendapatan masyarakat sekitar maupun pendapatan nasional. Dengan keanekaragaman dan keindahan yang terdapat di pulau-pulau kecil
tersebut, merupakan daya tarik sendiri dalam pengembangan wisata bahari.