nilai penting peran jenis. English et al. 1997 menggunakan persamaan- persamaan untuk pengolahan data vegetasi mangrove adalah sebagai berikut :
a Kerapatan batangha =
Luas Seluruh Petak Jumlah Individu suatu Jenis
b Kerapatan Relatif KR = Kerapatan Suatu Jenis
Kerapatan seluruh Jenis x 100
c Frekuensi Jenis =
Jumlah Seluruh Petak Jumlah Petak Terisi suatu Jenis
d Frekuensi Relatif FR = Frekuensi suatu Jenis
Frekuensi seluruh Jenis x 100
e Dominasi Jenis = Luas Seluruh Petak
Luas Bidang dasar suatu Jenis
f Dominasi Relatif DR = Dominasi suatu Jenis Dominasi Seluruh Jenis
x 100 Untuk menilai tingkat kerusakan mangrove digunakan kriteria yang
digunakan oleh Kementrian Lingkungan Hidup melalui Kep.Men.LH. No.201 Tahun 2004 dengan dua kategori yakni baik dan rusak Tabel 5.
Tabel 6. Kriteria Baku Kerusakan Mangrove
Kriteria Penutupan
Kerapatan PohonHa Baik
Sangat Padat 70
1.500 Rusak
Sedang 50 -70
1.000 - 1 500 Jarang
50 1.000
Sumber :Kep.Men.LH. No. 2012001 tentang Kriteria Baku Kerusakan Mangrove.
3 Ekosistem Padang Lamun
Tutupan jenis lamun dapat dihitung masing-masing berdasarkan jumlah tutupannya pada petak-petak dengan rumus dari Saito Atobe in English et al.
1997 sebagai berikut :
Dimana: M
:
i
presentase nilai tengah kelas ke i f
: frekuensi jumlah tutupan kotak-kotak kecil dari jenis yang bersangkutan, yang dominan i
Tabel 7. Klasifikasi Tutupan Jenis Lamun
Kelas Jumlah Substrat yang tertutup
Tutupan substrat
Nilai tengah M 5
Tutupan jenis ½ sampai 1 petak 50-100
75 4
Tutupan jenis ¼ sampai ½ 25-50
37,5 3
Tutupan jenis 18 sampai ¼ 12, 5-25
18,25 2
Tutupan jenis 116 sampai 18 6,25-12,5
9,38 1
Bila tutupan karang dari 116 6,25
3,13 Tidak ada 0
Sumber : English et al. 1997
Kriteria yang diperlukan untuk menilai kualitas tutupan lamun menggunakan kriteria yang dibuat oleh Kementrian Lingkungan Hidup
berdasarkan Kep.Men.LH. No. 200 Tahun 2004. Kriterianya terbagi atas tiga 3 kategori yaitu sangat kaya, kurang kaya, dan miskin disajikan pada Tabel 7.
Tabel 8. Kategori Tutupan Lamun
Kondisi Penutupan Area
Baik Sehatkaya
≥60 Rusak
Kurang kayakurang sehat 30-59,9
Miskin 29,9
Sumber : Kep.Men.LH. No.200 2004.
3.4.2 Analisa Scenic Beauty Estimation
Analisa Scenic Beauty Estimation SBE atau pendugaan nilai keindahan alam merupakan metode penetapan nilai kualitas lanskap secara visual
dikemukakan oleh Daniel Boster 1976. SBE ini digunakan untuk menilai tipe- tipe karakter seascapedan landscape yang ada yang telah dipresentasikan dalam
foto-foto berwarna. Penilaian karakter seascape dan landscape dilakukan oleh 50 responden yang terdiri dari 25 0rang sudah pernah ke Pulau Lingayan yakni
peneliti dan penyelam 10 orang 20, wisatawan lokal 5 orang 10, aparatur bidang kelautan dan pariwisata 10 orang 20 dan mahasiswa 25 orang 50
yang belum pernah ke pulau Lingayan. Tahapan yang dilakukan dalam analisis preferensi visual ini adalah:
Gambar 7. Tahapan Preferensi Visual a Penentuan Titik Pengamat
b an :Untuk menentukan titik pengamatan terlebih
dahulu ditentukan tipe karakteristik landscape dan seascape pada pemandangan kawasan pulau. Dan setiap tipe karakteristik tersebut dijadikan
unit yang akan dianalisis secara visual pemandangannya. Pengambilan foto :
c Pengambilan foto dilakukan pada masing-masing
karakteristik pemandangan yang telah diidentifikasi dengan sangat baik. Foto-foto yang diambil merupakan pemandangan kawasan Pulau Lingayan
yang dianggap paling mewakili obyek landscape dan seascape dan dimensi ruang di kawasan ini. Dalam teknik pengambilan foto dilakukan pada waktu
dan cuaca yang berbeda-beda. Visual landscape mewakili ekosistem mangrove dan pantai sedangkan visual seascape mewakili ekosistem
terumbu karang. Meitner 2004 bahwa dalam pengambilan foto ditentukan oleh 3 tiga faktor yaitu : 1 sudut pandang dari pengambilan gambar, 2
sudut visual substansi 3 cahaya yang dipantulkan materi yang difoto seperti warna, tekstur dan bentuk.
Seleksi Foto
d. : Foto-foto yang akan dipresentasikan kepada responden
haruslah merupakan seleksi dari keseluruhan foto yang diambil dan merupakan keterwakilan dari keseluruhan objek pemandangan kawasan
Pulau Lingayan. Penilaian oleh Responden: Untuk penilaian preferensi visual, penilaian foto-
foto karakter seascape dan landscape dilakukan oleh responden sebanyak 50 orang dengan penilaian pada skala 1 sampai dengan 10 selama 10 detik, skor 1
menunjukkan nilai yang paling tidak disukai dan skor 10 merupakan nilai yang paling disukai Meitner 2004.
Penentuan titik pengamatan
Pengambilan foto
Seleksi foto
Penilaian oleh responden
Menghitung nilai SBE
e Perhitungan Nilai SBE : Daniel Boster 1976 menyatakan bahwa untuk
menghitung nilai SBE, maka nilai yang diperoleh kemudian diolah dengan mencari rata-rata nilai z pada setiap foto yang kemudian dimasukkan ke dalam
rumus SBE, sebagai berikut: SBE
X
= Z
X
– Z x 100……………………………………………… 6
Dimana :SBE
X
Z = nilai keindahan pemandangan objek ke-x
X
= Z
nilai rata-rata untuk obyek ke-x =
nilai rata-rata suatu objek tertentu sbg standar
3.4.3 Analisis Kesesuaian Lahan
Analisis Kesesuaian lahan merupakan suatu cara menentukan kesesuaian kawasan kegiatan yang meliputi wisata bahari kategori snorkeling, wisata bahari
kategori selam, wisata pantai, perikanan dan konservasi. Penentuan ini dilakukan dengan menggunakan bantuan Sistem Informasi Geografi yang menggunakan
software Arcinfo ver 3.4.2 dan Arcview ver 3.1. Hardjowigeno dan Widiatmaka Soselisa 2006 menyatakan bahwa pelaksanaan analisis ini terdapat 5 tahapan
yaitu : 1 Membuat matriks kesesuaian lahan untuk setiap peruntukan yang berada di
Pulau Lingayan. Penetapan persyaratan parameter dan kriteria, pembobotan, skoring. Parameter diamati dan diukur di lapangan. Untuk masing-masing
peruntukkan, penetapan persyaratan tidak sama. Parameter yang sangat menentukan diberikan bobot terbesar sedangkan kriteria pembatas yang sesuai
diberikan skor tertinggi. 2 Penghitungan nilai peruntukan lahan. Nilai suatu lahan ditentukan berdasarkan
total hasil perkalian bobot dan skor dibagi dengan total nilai bobot-skor dikalikan 100.
3 Pembagian kelas lahan dan nilainya. Dalam kelas lahan ini dibagi atas 2 dua kelas yaitu Kelas Sesuai S dan Tidak Sesuai N.
4 Membandingkan nilai lahan dengan nilai masing-masing kelas lahan. Dengan cara ini, maka dapat ditentukan kelas kesesuain lahan untuk penggunaan
tertentu diperoleh. 5 Pemetaan kelas kesesuaian lahan dengan program pemetaan spasial.