tersebar di 20 propinsi dan 38 kabupaten yang sebagian besar berlokasi di Kepulauan Riau 21 pulau dan Kepulauan Maluku 20 pulau dan untuk wilayah
Sulawesi Tengah memiliki 3 pulau terluar yaitu Lingayan, Salando dan Dolangon. Retraubun 2006 menyatakan bahwa dari 92 pulau tersebut sekitar 50
berpenghuni dengan luas berkisar 0,02-200 km ².
Pengelolaan pulau-pulau kecil terluar dalam Peraturan Presiden No.782005, diartikan sebagai rangkaian kegiatan yang dilakukan secara terpadu untuk
memanfaatkan dan mengembangkan potensi sumberdaya pulau-pulau kecil terluar dari wilayah Republik Indonesia untuk menjaga keutuhan NKRI. Retraubun
2006 berpendapat bahwa Pembangunan PPKT memiliki nilai strategis, karena pulau-pulau kecil terluar berkarakteristik antara lain :
1 Memiliki dampak langsung terhadap kedaulatan negara 2 Faktor pendorong bagi pertumbuhan ekonomi sekitarnya karena pulau kecil
terluar memiliki akses langsung ke negara lain.
3 Memiliki keterkaitan yang saling mempengaruhi karena berbatasan dengan
wilayah maupun negara lain. 4 Mempunyai dampak terhadap hankam baik skala regional maupun nasional.
Melihat nilai strategisnya pulau-pulau kecil terluar, maka perlu dilakukan pengelolaan pulau-pulau kecil terluar yang mencangkup rangkaian kegiatan yang
dilakukan untuk mengembangkan dan memanfaatkan potensi sumber daya pulau- pulau kecil terluar dari wilayah Republik Indonesia untuk menjaga keutuhan
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Brookfield in Susilo 2007; DKP 2005 mengemukakan sifat khas pulau-
pulau kecil yaitu : 1 Secara Fisik; terpisah dari pulau besar, dapat membentuk satu gugus pulau atau berdiri sendiri, luas pulau kurang dari 10.000 km
2
, substratnya lebih didominasi oleh hancuran biota laut, kedalaman laut rata-rata
antar pulau-pulau kecil sangat ditentukan oleh kondisi geografis dan letak pulau- pulau kecil; 2 Secara Ekologis; memiliki spesies endemik, memiliki resiko
perubahan lingkungan yang tinggi, memiliki keterbatasan daya dukung pulau, melimpahnya biodiversitas laut; 3 Secara Sosial-Budaya-Ekonomi; ada yang
berpenghuni dan tidak berpenghuni, penduduk asli mempunyai budaya dan kondisi sosial ekonomi yang khas, kepadatan penduduk sangat terbatasrendah,
ketergantungan ekonomi lokal pada perkembangan ekonomi luar pulau induk atau kontinen, keterbatasan kualitas sumberdaya manusia, aksebilitas rendah. Karena
sifat khas dari pulau-pulau kecil tersebut maka pengelolaan pulau-pulau kecil harus menggunakan pendekatan yang khas pula, namun secara umum
pengelolaannya haruslah mengacu kepada kaidah pembangunan berkelanjutan Dahuri 2003 .
2.2.1 Potensi Pulau Kecil Terluar
Potensi sumber kekayaan alam hayati dan non-hayati yang terkandung di wilayah pulau-pulau kecil terluar sangat besar. Potensi besar perikanan laut serta
jasa-jasa lingkungan belum termanfaatkan secara optimal .
Pengembangan pariwisata yang mengandalkan alamiah dan keindahan pantai dan bawah laut
sangat potensial karena tidak bersifat ekstratif dan mempunyai efek ikutan yang cukup besar bagi pengembangan ekonomi dan sosial masyarakat. Disamping itu
pulau kecil terluar memiliki potensi sumberdaya alam non-hayati seperti kandungan minyak bumi dan gas juga belum termanfaatkan secara maksimal.
Letak pulau kecil terluar yang berada di jalur pelayaran internasional memiliki potensi pasar secara regional dan internasional. Letak strategis pulau-
pulau kecil pada jalur lintasan kapal-kapal laut antar negara dan antar benua bisa dijadikan sebagai peluang pengembangan ekonomi wilayah, dimana beberapa
pulau kecil terluar dapat dibangun pelabuhan-pelabuhan persinggahan yang menyediakan berbagai pelayanan bagi kapal-kapal yang berlalu lintas melalui
perairan Indonesia. Disamping itu, penyediaan pelabuhan-pelabuhan disekitar jalur pelayaran internasional dapat menjadi pintu gerbang bagi keluar masuknya
barang dari dan ke dalam negeri. Posisi geografis beberapa pulau kecil terluar yang dekat dengan negara tetangga memungkinkan terciptanya pembangunan
melalui kerjasama ekonomi yang saling menguntungkan diantara kedua negara. Lalulintas barang serta aliran modal akan lebih mudah terjadi di daerah yang
saling berdekatan. Telah diratifikasinya berbagai Konvensi Internasional berkaitan dengan pengelolaan lingkungan global, khususnya pengelolaan dan pemberdayaan
pulau-pulau kecil yang memungkinkan adanya dukungan internasional bagi pengelolaan ekosistem pulau-pulau kecil terluar.
2.2.2 Kendala Pengembangan Pembangunan Pulau-Pulau Kecil Terluar
Disamping peluang-peluang yang dapat dijadikan sebagai pendorong dalam implementasi pengelolaan pulau-pulau kecil terluar, terdapat juga berbagai
kendala yang dihadapi yaitu : a. Letak pulau yang tersebar dan terpencil dengan tingkat aksesibilitas yang
rendah. Kondisi tersebut menjadikan sulitnya pengawasan dan patroli keamanan di pulau-pulau kecil terluar, ditambah dengan terbatasnya sarana
dan prasarana untuk melakukan pengawasan dan pembinaan, khususnya terhadap pulau-pualu kecil yang tidak berpenghuni. Letak pulau-pulau yang
terpencil juga mengakibatkan biaya tambahan akibat biaya transportasi yang mahal yang menjadikan biaya harga kebutuhan bahan pokok dan kebutuhan
hidup lebih mahal. b. Penyebaran penduduk di pulau-pulau kecil tidak merata. Dari 92 pulau kecil
terluar hanya sekitar 39 pulau yang berpenghuni sedangkan sebagian besar lainnya merupakan pulau tidak berpenghuni.
c. Ukuran pulau-pulau umumnya sangat kecil sehingga harus dikelolah secara hati-hati dengan pengkajian yang matang serta mempertimbangkan aspek
kemampuan daya dukung lingkungan dan aspek kelestarian sumberdaya. d. Kurangnya data dan informasi mengenai potensi dan kondisi pulau-pulau
kecil terluar sebagai basis data dalam penilaian potensi pengembangannya. Meningkatnya pertumbuhan penduduk dan pesatnya kegiatan pembangunan di
pulau-pulau kecil bagi berbagai peruntukan, misalnya : pemukiman, perikanan baik tangkap maupun budidaya, pariwisata, apalagi pertambangan, akan
membuat tekanan ekologis terhadap ekosistem dan sumberdaya laut. Meningkatnya tekanan, baik secara langsung misalnya kegiatan konversi lahan,
maupun tidak langsung misalnya pencemaran oleh limbah berbagai kegiatan pembangunan, akan mengancam keberadaan dan kelangsungan kehidupan di
pulau-pulau kecil. Oleh karena itu pemanfaatan sumberdaya di kawasan tersebut mestinya secara seimbang dibarengi dengan upaya konservasi, sehingga dapat
berlangsung secara optimal dan berkelanjutan Retraubun 2005. Dahuri 2003, pemanfaatan pulau-pulau kecil perlu memperhitungkan daya dukung pulau
mengingat sifatnya yang rentan terhadap perubahan lingkungan, dilakukan secara
terencana dan terintegrasi dengan melibatkan peran serta masyarakat setempat sehingga dapat diwujudkan pemanfaatan potensi sumberdaya pulau-pulau kecil
yang berkelanjutan dan berbasis masyarakat.
2.3 Ekowisata 2.3.1 Definisi Ekowisata
Istilah yang berhubungan dengan kegiatan wisata dalam UU No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan antara lain :
1 Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi,
pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara.
2 Wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata. 3 Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk
pengusaha objek wisata dan daya tarik serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut.
4 Kepariwisataan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan penyelenggaraan pariwisata.
5 Usaha pariwisata adalah keguatan yang bertujuan menyelenggarakan jasa pariwisata atau menyediakan objek dan daya tarik wisata, usaha sarana
pariwisata dan usaha lain yang terkait di bidang tersebut. 6 Objek dan daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran
wisata. 7 Kawasan pariwisata adalah kawasan dengan luas tertentu yang dibangun atau
disediakan untuk memenuhi kebutuhan pariwisata. Holloway and Plant in Yulianda 2004 bahwa pariwisata merupakan
kegiatan perpindahanperjalanan orang secara temporer dari tempat mereka biasanya bekerja dan menetap ke tempat luar, guna mendapatkan kenikmatan
dalam perjalanan atau di tempat tujuan. Pariwisata berkelanjutan merupakan satu konsep yang meliputi seluruh tipe
pariwisata dan berhubungan dengan mengunjungi lokasi yang alamiah. Pariwisata berkelanjutan memiliki perspektif yang luas berhubungan dengan generasi
sekarang dan yang akan datang, adil secara etika dan sosial, cocok secara budaya