Persepsi Zonasi Pulau Lingayan di Zona Peruntukkan

6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian di yang telah dilakukan di Pulau Lingayan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Pulau Lingayan memiliki potensi sumberdaya alam yang baik dari segi kondisi terumbu karang masuk kategori baik dengan rata-rata presentase tutupan karang 34,72, dimana pada stasiun 6 memiliki presentase tutupan karang tertinggi 75,1 dengan 9 jenis lifeform yakni ACB, ACE, ACT, CB, CF, CM, CMR, CS dan CHL, ikan karang yang mencapai 64 jenis,juga terdapat burung maleo yang merupakan burung langka dan penyu sisik yang semuanya dapat dijadikan ikon untuk pengembangan ekowisata di Pulau Lingayan. 2. Hasil analisis Scenic Beauty Estimation menunjukkan bahwa ketertarikan responden untuk seascape terumbu karang sebesar 52, untuk jenis-jenis ikan sebesar 58 sedangkan untuk landscape pantai, ketertarikan responden sebanyak 75. Lahan yang sesuai dengan peruntukan dari pengembangan wisata selam 56,02 ha, snorkling 121,67 ha dan wisata pantai 7.334 m dan untuk menjamin keberlanjutan dari pengembangan ekowisata ini maka jumlah pengunjung harus dibatasi yakni sebanyak 83 orang perhari. 3. Strategi pengembangan ekowisata di Pulau Lingayan perlu dilakukannya pengelolaan dengan aPendekatan Lingkungan. Untuk pengembangan ekowisata disesuaikan dengan peruntukkanya dan daya dukung, meningkatkan kualitas perairan dari pencemaran,mencegah tekanan ekosistem dari penambangan dan penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan, mengoptimalan peranan zonasi sehingga dapat mengurangi tekanan space dan sumberdaya yang ada, b Pendekatan Masyarakat. Dalam penataan ruang ekowisata masyarakat berhak untuk 1 berperan serta dalam proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan tata ruang dan pengendalian pemanfaatan tata ruang. 2 Mengetahui secara terbuka rencana tata kawasan ekowisata. 3 Memberi informasi kepada pemerintah mengenai masalah dan konsekuensi yang timbul dari tindakan yang direncanakan pemerintah, 4 Pendekatan Pemerintah . Pemerintah berkewajiban melakukan kegiatan dan pembinaan peningkatan pemahaman masyarakat terhadap konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya, Menyempurnakan prasarana dasar, Menumbuhkan dan meningkatkan lembaga-lembaga kemasyarakatan untuk berpartisipasi aktif dalam pengembangan ekowista, Mengembangkan segmen pasar ekowisata bersama usaha pariwisata, Menetapkan lokasi ekowisata, 5 Pendekatan Swasta . Pemanfaatan sarana dan fasilitas milik penduduk lokal untuk tercapainya pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui bimbingan dan tuntunan dalam menata sarana home stay, transportasi, dan lain-lain. Dalam bentuk donasi keuangan yang diberikan kepada kelompok masyarakat setiap kali kunjugan ekowisata harus diperuntukan untuk kegiatan pemeliharaan dan rehabilitasi lingkungan. Menerapkan kode etik wisatwan yang bertanggungjawab dalam mengenal dan menghormati adat istiadat setempat.

6.2 Saran

Dalam rangka pengelolaan berkelanjutan bagi kawasan Pulau Lingayan, maka disarankan : 1. Pemanfaatan tata ruang kawasan Pulau Lingayan baik di darat maupun di perairan harus disesuaikan dengan carrying capacity kawasan dalam menampung kunjungan wisatawan berdasarkan ketersediaan sumberdaya dan space yang ada sehingga tidak terjadi degradasi kualitas lingkungan dan kondisi sumberdaya alam akan tetap berkelanjutan. 2. Forum komunikasi masyarakat peduli pesisir sebagai organisasi masyarakat setempat harus lebih ditingkatkan lagi aktifitasnya mengingat forum ini sangat penting keberadaannya sebagai wadah pelibatan masyarakat dalam pengelolaan kawasan Pulau Lingayan DAFTAR PUSTAKA Abubakar M. 2004. Analisis Kebijakan Pemanfaatan Pulau-Pulau Kecil Perbatasan Kasus Pulau Sebatik, Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Timur Disertasi. Bogor: Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. ADB Asian Development Bank. 1991. Environmental Evaluation of Coastal Zone Projects: Methods and Approaches. ADB Environment Paper No.8. 72p. Adi, S, 2002. Pengelolaan Sumberdaya Air Pulau Kecil, Didalam Nugroho SP, Adi S. Setiadi B, Editor. Peluang dan Tantangan Pengelolaan Sumberdaya Air di Indonesia. Jakarta: P3-TPLSLK BPPT dan HSF. Adrianto L. 2004. Pembangunan dan Pengelolaan Pulau-pulau Kecil yang Berkelanjutan. Working Paper. Bogor: Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir Laut. Institut Pertanian Bogor. Adrianto L. 2005. Konsep Pengelolaan dan Perencanaan Wilayah Pesisir dan Lautan. Working Paper. Bogor:Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir Laut. Institut Pertanian Bogor. Adrianto L. 2007. Teknik Pengambilan Data Untuk Contingent Valuation Method. Modul yang disampaikan pada kegiatan pelatihan teknik dan metode pengumpulan data valuasi ekonomi. Bogor: Kerjasama PKSPL- IPB dengan BAKOSURTANAL Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional Adrianto L. 2010. Building Natural Capital For Sustainability. Bahan Kuliah. Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan. Bogor: Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. IPB. Adger N, Hughes TP, Folke C, Carpenter SR. 2005. Social–ecological resilienceto coastal disasters. Science 309 : 1036–1039 Anwar A. 2002. Peranan Pengembangan Ekonomi Komunitas Community Economic Development sebagai Komplemen terhadap Ekonomi Pasar dan Ekonomi Publik. Aung T. Singh A, Prasad U. 2009. Sea Level Threat in Tuvalu. American Journal of Applied Sciences 6 6: 1169-1174 Badan Riset Kelautan dan Perikanan. 2006. Kondisi Pesisir Kabupaten Tolitoli Propinsi Sulawesi Tengah. Pusat Riset Wilayah dan Sumberdaya Nonhayati Badan Riset Kelautan dan Perikanan. Jakarta. BRKP