Latar Belakang Pengembangan ekowisata di Pulau Lingayan sebagai pulau terluar (kasus pulau lingayan, pulau terluar di Kabupaten Tolitoli Provinsi Sulawesi Tengah)
ogotua dan dilanjutkan dengan menggunakan perahu milik nelayan setempat dengan waktu tempuh 30 menit. Pulau Lingayan memiliki luas 122,5 ha dengan
panjang pesisir pantai adalah 7,59 km dan luas perairan 14.069 ha. Pulau Lingayan ini terbentuk secara geologis melalui proses pengangkatan dan proses
geomorfologis berupa pengendapan material. Pulau yang terbentuk oleh proses geologis berupa pengangkatan bermaterikan batuan keras dari jenis batuan granit
dan koral masif DKP 2005. Pulau ini memiliki sumbedaya alam yang potensial untuk dikembangkan.
Pulau Lingayan di kelilingi pantai berpasir dan berbatu. Sumberdaya alam pesisir yang ada berupa ekosistem terumbu karang. Sebaran terumbu karang berada di
sekeliling perairan pulau. Karang tumbuh membentuk karang tepi pada kedalaman 1 sampai 10 m yang melingkari pulau . Rataan terumbu karang mencapai 1.500 m
dari garis pantai sampai ke tubir. Dan tutupan karang di reef flate mencapai 75 dan reef slope mencapai 50. Keberadaan terumbu karang di perairan pulau
Lingayan telah berasosiasi dengan banyak organisme penting yaitu berbagai jenis kima Tridacna spp, kerang kepala kambing Casis cornuta dan teripang
Holothurian. Tridacna spp terutama jenis yang berukuran besar seperti kima raksasa Tridacna gigas, kima air T. Derasa, kima cina Hippopus
porcellanus , kima sisik T. Scuamosa dan lola Trochus nilotichus merupakan
spesies laut yang langka yang masih ditemui di pulau Lingayan. Jenis-jenis ikan karang konsumsi yang banyak dijumpai adalah dari jenis ikan kerapu, ikan kakap,
ikan ekor kuning, ikan pari, dan beberapa jenis lainnya. Sedangkan untuk jenis ikan karang hias yang banyak dijumpai di pulau Lingayan antara lain ikan betok,
ikan kakatua, ikan okpis, ikan triger, ikan pakol, ikan angel dan ikan kepe-kepe DKP 2005.
Vegetasi darat dan pantai yang terdapat di pulau ini umumnya didominasi oleh pohon kelapa, semak dan mangrove. Pohon kelapa merupakan vegetasi yang
dominan di pulau ini. Hutan mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai yang tumbuh subur di bagian Timur laut hingga tenggara pulau. Vegetasi ini di
dominasi oleh beberapa jenis pohon mangrove yaitu bakau Rhizophora spp., Api-apiAvicenia spp., Tanjung Bruguiera,spp dan Tengar Ceriops, spp..
Keunikan yang sangat menarik dengan potensi sumberdaya alamnya, persediaan air tawar yang cukup, aksebilitas yang mudah, sarana telekomunikasi
yang memadai serta berada di wilayah perbatasan antara Negara Indonesia dan Malaysia sehingga memberikan sisi yang menarik untuk mendukung program
pariwisata bahari. Sebab kehadiran pariwisata di wilayah perbatasan akan memberikan suatu pengakuan yang mutlak dan hakiki dari dunia Internasional
akan kepemilikan pulau Lingayan sebagai milik dari Negara Indonesia. Sampai saat ini kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah Kabupaten
Tolitoli terhadap pengelolaan sumberdaya alam yang ada di pulau Lingayan belum menyentuh langsung kepada perbaikan kesejahteraan masyarakat, hal ini
disebabkan dalam membuat suatu kebijakan ataupun program-program tidak melibatkan masyarakat dan stakeholders setempat. Oleh karena itu perlu
dilakukannya suatu skenario pengelolaan yang optimal dengan memanfaatkan potensi sumberdaya alam yang ada tanpa merusak ekosistem untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat dan terlebih khusus memberdayakan eksistensinya sebagai pulau-pulau kecil terluar.
Berdasarkan uraian diatas, maka yang menjadi permasalahan pokok dalam pengelolaan di Pulau Lingayan adalah sebagai berikut :
1. Belum adanya data dan informasi yang akurat mengenai potensi sumberdaya alam yang ada di Pulau Lingayan.
2. Bagaimana melakukan pengelolaan sumber daya secara optimal berdasarkan Keindahan, kesesuaian pemanfaatan lahan, daya dukung untuk pengembangan
ekowisata di Pulau Lingayan. 3. Bagaimana Skenario pengelolaan sumberdaya di Pulau Lingayan dalam
pengembangan ekowisata.