Perikanan Tangkap Perikanan Budidaya Ekosistem Terumbu Karang

Berdasarkan hasil olahan Citra Landsat 7 ETM+ sejak Tahun 2000 sampai dengan 2011 diperoleh perubahan luasan karang hidup dan karang mati yang dicantumkan pada Gambar 13 dan Gambar 14, 15, 16 dan 17 Peta analisis hasil Citra Landsat 7 ETM + Tahun 2000, 2005, 2010 dan 2011. Gambar 13. Perubahan Kondisi terumbu Karang Tahun 2000-2010 Perubahan luasan karang hidup sejak tahun 2000 sampai dengan tahun 2005 mengalami penurunan 24,92 ha, dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2010 terjadi penurunan luasan karang hidup sebesar 7,1 ha dan dari tahun 2010 sampai tahun 2011 mengalami penurunan 0,47 ha. Berdasarkan penurunan luasan terumbu karang dalam 5 tahun terakhir semakin kecil hal ini disebabkan kesadaran masyarakat akan pentingnya terumbu karang bagi habitat ikan sudah baik sehingga mereka telah mengurangi melakukan pemboman terhadap ikan konsumsi. 126.44 ha 101.52ha 94.42ha 93.95ha 80 85 90 95 100 105 110 115 120 125 130 2000 2005 2010 2011 Karang hidup Gambar 14. Peta Analisis Hasil Citra Landsat 7 ETM+ Tahun 2000. Gambar 15. Peta Analisis Hasil Citra Landsat 7 ETM+ Pulau Lingayan Tahun 2005. Gambar 16. Peta Analisis Hasil Citra landsat 7 ETM+ Tahun 2010. Gambar 17. Peta Analisis Karang Hasil citra Landsat 7 ETM+ Tahun 2011. Penilaian terhadap terumbu karang dilakukan dengan dua metode, yaitu dengan identifikasi Life-formdan beberapa jenis yang teramati, serta dengan dokumentasi visual record. Penilaian ini hanya pada tingkat taksonomik yang relatif tinggi, terutama family. Hasil pengamatan keanekaragaman karang ini dapat dilihat pada Tabel 23. Tabel 23. Terumbu karang berdasarkan tutupan lifeform di Pulau Lingayan St as iun K ed al am an m et er ACB ACE ACT CB CE CF CM C MR CS CH L SC 1 5 21,12 - 6,58 - 11,40 4,70 1,20 - - - 5,00 2 10 11,80 - 1,40 - - 0,50 4,10 - - - 0,20 3 3 8,60 - 7,00 - - 3,00 7,40 - - - 20,00 4 10 9,90 - 0,80 - 2,40 1,60 0,30 - - - 5,00 5 3 11,80 5,40 14,00 20,60 - 8,60 4,00 - 2,00 25,00 6 5 13,40 6,00 16,20 21,60 - 8,60 5,00 - 3,00 1,30 25,60 7 3 21,40 2,00 0,70 - 1,80 2,40 12,10 - 5,70 - 2,00 8 10 0,60 2,00 2,00 1,00 9 5 10,56 - 0,60 - 6,70 3,00 0,60 - - - 9,20 10 5 1,60 - 6,00 - 2,40 3,40 12,10 0,20 - - 33,20 Rata-rata 11,41 1,14 5,53 4,22 2,47 3,34 4,88 0,02 1,07 0,13 12,62 Ket: ACB = Acropora branching; ACE = Acropora encrusting, ACT = Acropora tubular; CB = Coral branching; CE = Coral encrusting; CF = Coral foliose; CM = Coral massive; CMR = Mushrom coral; CS = Coral submassive; CHL = Coral heliopora. Berbagai jenis terumbu karang berdasarkan lifeform di Pulau Lingayan yang diamati pada 10 stasiun menunjukan bahwa stasiun 6 terdapat 9 jenis lifeform yakni ACB, ACE, ACT, CB, CF, CM, CMR, CS dan CHL sedangkan yang paling sedikit terdapat di stasiun 8 yakni terdapat 3 jenis lifeform yaitu ACB, ACT dan CM. Jenis karang keras yang ada di Pulau Lingayan berdasarkan lifeform di dominasi oleh dominasi oleh Acropora branching ACB dengan nilai sebesar 11,41, disusul ACT sebesar 5,53, CM sebesar 4,88, CB sebesar 4,22, CF sebesar 3,34, CE sebesar 2,47, ACE sebesar 1,14, CS sebesar 1,07, CHL sebesar 0,13 dan terakhir CMR sebesar 0,02. Menurut Supiharyono 2007, bahwa terumbu karang mempunyai nilai keindahan yang tidak perlu diragukan untuk di jadikan suatu objek wisata. Andalan utama kegiatan wisata bahari yang sangat dinikmati oleh wisatawan adalah dari segi aspek keindahan dan keunikan terumbu karang. Keindahan dan keunikan yang ada di pulau Lingayan dapat dimanfaatkan oleh para wisatawan.

5.1.2 Ikan Karang

Pengamatan untuk sumberdaya ikan karang dilakukan pada lokasi yang sama pada saat pengamatan tutupan karang yakni di 10 stasiun. Berdasarkan pengamatan pada ke 10 stasiun ditemukan berbagai jenis ikan karang yang dikelompokkan dalam 3 kategori yakni ikan target adalah kelompok ikan yang menjadi target nelayan, umumnya merupakan ikan pangan dan bernilai ekonomis, ikan indikator adalah kelompok ikan karang yang dijadikan indikator kesehatan terumbu karang dan ikan mayor adalah kelompok ikan karang selalu dijumpai di terumbu karang tetapi tidak termasuk dalam kedua kelompok diatas. Kelompok ikan ini terdiri dari ikan-ikan kecil yang dimanfaatkan sebagai ikan hias. Hasil identifikasi ikan karang disajikan dalam bentuk tabulasi pada lampiran 4. Berdasarkan pengamatan langsung di lapangan, ternyata Pulau Lingayan memiliki berbagai jenis ikan sebanyak 64 jenis ikan dari 18 family yang terdiri dari Pomancentridae, Pomanchantidae, Caesio, Scaridae, Mulidae, Labridae, Apogonidae, Myctophidae, Zanclidae, Chaetodontidae, Serranidae, Siganidae, Lutjanidae, Acanthuridae, Kyphosidae, Balistidae, Ephipidae dan Haemulidae Gambar 18. Gambar 18. Jumlah Spesies Ikan Karang di Setiap Stasiun Pengamatan Demikian pula untuk jumlah ikan karang berdasarkan peranannya yang tersebar dalam 10 stasiun pengamatan terlihat bahwa pada stasiun 6 ditemukan 64 jenis ikan yang terdiri dari 38 jenis ikan mayor 59,4, ikan indikator diperoleh 5 jenis atau 7,8 dan ikan target sebanyak 21 jenis atau 32.8, dan yang terendah ditemukan pada stasiun 8 dengan jumlah spesies 19 jenis atau 29,7 yang terdiri dari ikan mayor 12 jenis atau 18,8, ikan indikator 1 jenis atau 1,6 dan ikan target 6 jenis atau 9,4. Hampir semua stasiun pengamatan masih banyak dijumpai ikan indikator dari family Chaetontidae kecuali pada stasiun 8 hanya dijumpai 1 individu Gambar 19. Hal ini menunjukkan kondisi terumbu karang masih cukup baik dimana menurut Nybakken 1992 bahwa ikan indikator merupakan ikan yang aktif memangsa koloni karang seperti ikan Kepe-Kepe dan semakin beragamnya spesies ikan dari kelompok Chaetodontidae menandakan tingkat kesehatan dari karang semakin tinggi. 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 50 29 37 27 62 64 51 19 32 32 Jum la h S pe si e s Ik a n K a ra ng Stasiun Pengamatan Gambar 19. Jumlah Jenis Ikan Berdasarkan Peranan

5.1.3 Ekosistem Mangrove

Pengamatan di Pulau Lingayan di lakukan pada 4 stasiun yang terletak dibagian selatan pulau. Pada stasiun 1 di temukan kelompok Sonneratia alba sebesar 79, kemudian di susul Rhizophora stylosa sebesar 14 dan Rhizophora apiculata sebesar 7, pada stasiun 2 dari kelompok Sonneratia alba sebesar 92 menyusul dari kelompok Rhizophora stylosa sebesar 8, untuk stasiun 3 dari jenis Rhizophora stylosa sebesar 100, untuk stasiun 4 dari jenis Rhizophora mucronata sebesar 69 dan jenis Sonneratia alba sebesar 31, sedangkan pada sasiun 5 dari kelompok Rhizophora stylosa sebesar 71, Sonneratia alba sebesar 24 dan Lumnizera racemosa sebesar 6 , hasil pengamatan ini dapat dilihat pada gambar 20 dibawah ini. 5 10 15 20 25 30 35 40 St. 1 St. 2 St. 3 St. 4 St. 5 St. 6 St. 7 St. 8 St. 9 St. 10 30 16 23 19 38 38 29 12 21 22 5 2 3 3 5 5 4 1 3 3 15 11 11 5 19 21 18 8 8 7 Jen is I kan K ar an g STASIUN Ikan Mayor Ikan Indikator Ikan Target Gambar 20. Kerapatan Jenis Mangrove di Pulau Lingayan. Dari gambar di atas ternyata pada Pulau Lingayan hanya di peroleh 5 jenis mangrove yaitu Rhizophora stylosa, Sonneratia alba,Rhizophora mucronata, Rhizophora apiculata danLumnizera racemosa. Mangrove dapat tumbuh pada substrat berpasir, berkerikil, maupun tanah gambut Kusmana et al. 2005. Jenis- jenis mangrove di pulau Lingayan tumbuh pada substrat pasir sampai berlumpur. Mangrove di Pulau Lingayan di dominasi oleh Rhizophora stylosa. Zonasi vegetasi mangrove di sini dimulai jenis Sonneratia alba yang tumbuh pada substart berpasir dan menyusul Rhizophora yang tumbuh di substrat berlumpur, hal ini sesuai dengan pendapat Noor 2006. Zonasi mangrove diikuti oleh zonasi padang lamun dan zonasi terumbu karang ke arah laut. Mangrove disini berperan sebagai perangkap sedimen yang pertama kemudian difiltrasi dizonasi padang lamun, sehingga tingkat kekeruhan yang lebih kecil sangat baik untuk pertumbuhan karang. Mangrove yang tumbuh dipesisir pantai pulau Lingayan berakar pada perairan yang dangkal. Komunitas mangrove di pulau Lingayan di dominasi dari jenisRhizophora stylosa 44,8, Sonneratia alba 31,5, Rhizophora mucronata 13,1 dan Rhizophora apiculata 10,5. Hasil olahan Citra Landsat 7 ETM+ sejak Tahun 2000 sampai dengan 2011 diperoleh perubahan luasan Mangrove yang dicantumkan pada Gambar 21 dan Gambar 22, 23, 24 dan 25 Peta analisis hasil Citra Landsat 7 ETM + Tahun 2000, 2005, 2010 dan 2011. Gambar 21 Perubahan Luasan Mangrove Tahun 2000-2011 Perubahan luasan mangrove sejak tahun 2000 sampai dengan tahun 2005 mengalami penurunan 1,48 ha dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2010 terjadi penurunan luasan mangrove sebesar 0,59 ha dan dari tahun 2010 sampai tahun 2011 mengalami tidak mengalami penurunan. Tingkat pemanfaatan masyarakat terhadap hutan mangrove untuk kebutuhan bahan bakar semakin rendah pada 5 tahun terakhir, mereka cenderung menggunakan kebutuhan kayu akar dengan menggunakan hutan kayu yang ada di pulau, hal ini disebabkan kesadaran masyarakat akan pentingnya kawasan mangrove bagi habitat ikan sudah baik. 7.15 ha 5.67 ha 5.08 ha 5.08 ha 4,0 4,5 5,0 5,5 6,0 6,5 7,0 7,5 2000 2005 2010 2011 Mangrove Gambar 21. Peta Ekosistem mangrove Tahun 2000. Garis Pantai Perairan Dangkal Mangrove Sulawesi Tengah Indeks Peta : 1 1 1 1 1 8 1 8 1 6 1 6 194000 194000 192000 192000 190000 190000 P. Sulawesi P. Lingayan P. Koko Sumber Citra Landsat Tahun 2000 Survey Lapangan 2011 Gladys Peuru Mayor SPL Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor Keterangan 1 1 km Peta Ekosistem Mangrove Pulau Lingayan Tahun 2000 Sulawesi Tengah