diestimasi jumlah orang yang menggunakan masing-masing sarana transportasi, seperti kendaraan pribadi, bus, kereta api dan angkutan umum lainnya. Proses ini
dilakukan dengan maksud untuk mengkalibrasi model pemilihan moda pada tahun dasar dengan mengetahui peubah atribut yang mempengaruhi pemilihan moda
tersebut. Setelah dilakukan proses kalibrasi, model dapat digunakan untuk meramalkan pemilihan moda dengan menggunakan nilai peubah bebas atribut untuk
masa mendatang. Jika interaksi terjadi antara dua tata guna lahan di suatu kota, seseorang akan
memutuskan bagaimana interaksi tersebut dilakukan. Dalam kebanyakan, pilihan pertama adalah dengan menggunakan telepon atau pos karena hal ini akan
menghindarkan terjadinya perjalanan, akan tetapi biasanya interaksi tersebut mengharuskan terjadinya perjalanan, akan tetapi biasanya interaksi tersebut
mengharuskan terjadinya perjalanan, dalam hal ini keputusan harus ditentukan dalam hal pemilihan moda yang mana. Beberapa prosedur pemilihan moda memodelkan
pergerakan dengan hanya dua buah moda transportasi, yaitu angkutan umum dan
angkutan pribadi Tamin, 2008.
2.3.3 Model Peluang Pemilihan Moda
Dalam memodelkan peluang pemilihan moda transportasi, ada beberapa jenis model yang dapat digunakan Miro, 2002. Diantaranya adalah:
1. Model jenis I
Dalam pendekatan ini, proses menghitung bangkitan tarikan bersamaan dilakukan dengan proses pemilihan moda. Angkutan umum langsung dipisahkan
Universitas Sumatera Utara
dengan angkutan pribadi dan kemudian setiap moda selama tahapan proses pemodelan sudah dianalisis terpisah. Biasanya untuk model bangkitan pergerakan
digunakan model analisis regresi ataupun kategori.
Gambar 2.2 Bangkitan Pergerakan bersamaan dengan Pemilihan Moda Diikuti Sebaran Pergerakan
2. Model jenis II Dalam model ini, setiap moda dianggap bersaing dalam mencari penumpang.
Sehingga ada sesuatu penentu yang menjadi faktor dalam mempengaruhi hal tersebut, yaitu pemilihan moda. Biasa digunakan bukan untuk angkutan umum, namun untuk
perencanaan angkutan jalan raya. Dengan adanya pengabaian angkutan umum, maka pemfokusannya lebih kepada sebaran pergerakan angkutan pribadi. Model ini dimulai
dengan tahap perhitungan bangkitan tarikan terlebih dahulu, lalu dilanjutkan dengan pemilihan moda. Baru setelah itu mencari sebaran pergerakan dan terakhir adalah
pemilihan rute. G = bangkitan pergerakan
A = pemilihan rute MS = pemilihan moda
D = sebaran pergerakan
D A
G-MS
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.3 Bangkitan Pergerakan Diikuti Pemilihan Moda
3. Model jenis III Model jenis III ini memperlihatkan bahwa tahapan bangkitan pergerakan dan
pemilihan rute ikut dalam penentuan pemilihan moda. Sebaran pergerakan dan pemilihan moda dapat diletakkan dimana saja antara tahapan bangkitan pergerakan
dan pemilihan rute. Sehingga urutan tahapannya dapat berupa seperti ini. Model jenis ini mengkombinasikan antara model gravity dengan model pemilihan
moda.
Gambar 2.4 Bangkitan Pergerakan diikuti Pemilihan Rute Bersamaan Sebaran Pergerakan
G = bangkitan pergerakan A = pemilihan rute
MS = pemilihan moda D = sebaran pergerakan
G
MS-D
A G = bangkitan pergerakan
A = pemilihan rute MS = pemilihan moda
D = sebaran pergerakan G
MS D
A
Universitas Sumatera Utara
4. Model jenis IV
Model ini menggunakan kurva diversi, persamaan regresi ataupun variasi model III. Dalam model ini, digunakan selisih hambatan antara moda yang bersaing.
Misalnya suatu moda dapat bergerak empat kali lebih cepat dari moda lainnya, dan sebagainya. Model ini menjamin apabila nisbah atau selisih hambatan antara
angkutan umum dengan angkutan pribadi sama dengan 1, maka masing-masing moda memiliki peluang yang sama yaitu 50 : 50. Namun walaupun begitu, tentu masih
ada faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi seseorang untuk memilih jenis moda transportasi.
Gambar 2.5 Bangkitan Pergerakan Diikuti Sebaran Pergerakan
2.3.4 Prosedur Pemilihan Moda