Tanggal Lulus : 30 Januari 2014 Telah diuji pada :
Tanggal 30 Januari 2014
PANITIA PENGUJI TESIS Ketua
: Prof. Dr. Ir. Roesyanto, MSCE Anggota : 1. Ir. Medis Sejahtera Surbakti, MT
2. Dr. Ir. A. Perwira MuliaTarigan, M.Sc 3. Ir. Zulkarnain A. Muis, M.Eng, Sc
4. Ir. Rudi Iskandar, MT
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
Bandara Internasional Kuala Namu mulai beroperasi tanggal 25 Juli 2013 yang lalu sebagai pengganti Bandara Polonia. Hal ini juga diikuti oleh beroperasinya
Kereta Api Bandara dan Bus Bandara sebagai layanan moda angkutan umum bagi masyarakat. Beroperasinya Kereta Api Bandara ini menimbulkan masalah baru bagi
lalu lintas kota Medan. Kondisi ini menyebabkan semakin macetnya kota Medan khususnya di jalan-jalan arteri yang memiliki perlintasan sebidang dengan rel kereta
api yang dilalui Kereta Api Bandara. Apalagi saat ini Kereta Api Bandara cukup diminati masyarakat karena menawarkan pelayanan yang lebih dan waktu perjalanan
yang lebih singkat sehingga frekuensi keberangkatannya semakin meningkat.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendefinisikan karakteristik pengguna moda KA Bandara dan Bus Bandara. Tujuan lainnya adalah memodelkan pemilihan
moda antar keduanya dan menguji sensitifitas pelaku perjalanan apabila dilakukan perubahan terhadap salah satu atributnya. Dalam penelitian ini digunakan metode
stated preference untuk menggambarkan preferensi pemilihan moda Kereta Api Bandara dan Bus Bandara. Data yang diperoleh dengan metode stated preference
kemudian dimodelkan dengan model logit biner dan probit biner. Kedua model ini digunakan hanya untuk pilihan 2 moda transpotasi alternatif. Dari kedua model ini
dapat diketahui probabilitas pemilihan moda transportasi KA Bandara serta Bus Bandara.
Dari hasil analisis, diperoleh persamaan fungsi selisih utilitas Kereta Api Bandara dan Bus Bandara sebagai berikut:
U
KAB-BB
= 2,606 – 0,028X
1
– 0,007X
2
– 0,014X
3
– 0,016X
4
+ 0,044X
5
dengan X
1
atribut cost, X
2
atribut time, X
3
atribut headway, X
4
atribut access time, dan X
5
atribut service. Hasil yang diperoleh dari analisis sensitifitas fungsi utilitas dengan model logit biner dan probit biner bahwa atribut-atribut cost, time,
headway dan access time memperlihatkan arah kemiringan garis yang negatif yang artinya semakin besar selisih perbedaan atribut-atribut cost, time, headway dan access
time akan semakin memperkecil probabilitas pemilihan Kereta Api Bandara sementara atribut service memperlihatkan arah kemiringan garis yang positif yang
artinya semakin besar selisih perbedaan pelayanan antara KA Bandara dan Bus Bandara akan semakin memperbesar probabilitas pemilihan Kereta Api Bandara.
Kata kunci: stated preference, logit biner, probit biner, atribut, pemilihan moda
i
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT
Kuala Namu International Airport started operating on July 25, 2013 to replace Polonia International Airport followed by the operation of airport train and
bus as a public transport service modes. The operation of the airport train created a new traffic problem for the city of Medan. This condition caused more traffic jam in
Medan especially in arterial roads with railway crossing passed by the airport train. Furthermore the people are fairly interested in airport train because it offers better
service and faster trip, and its frequency of departure is increasing.
The purpose of the study was to define the characteristic airport train and bus users to model the choice of both transportation modes and to test the sensitivity of
the users of transportation modes if one of the attribute changes. This study used stated preference method to describe the preference of choosing the airport train and
bus mode. The data obtained through stated preference method was modelled by using binary logit and probit models. These two models were only used for two
alternative transportaion modes. From these two models, the probablity of using airport train and bus transportation can be known.
The result of analysis showed the equations of the function of utility difference of airport train and bus:
U
KAB-BB
=2.606 – 0.0028X – 0.07X – 0.014X – 0.016X + 0.044X in which X, cost attribute, X2 time attribute, X3 headway attribute, X4 access attribute and X5
service attribute. The result obtained from the analysis of utility function sensitivity using binary logit and probit models that the attributes between the cost, time, head
way and access time showed the negative slope which meant that the larger the difference of the cost, time, headway, and access time attributes, the smaller the
probability of choosing the airport train, while the service attribute showed the positive slope which meant the larger the difference between the the service provided
by the airport train and bus, the larger the probability of choosing the airport train will be.
Keywords:
Stated Preference, Binary Logit, Binary Probit, Attribute, Mode Choice
ii
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur dan kemuliaan penulis ucapkan kepada Allah Bapa di surga yang telah memberikan pertolongan dan kasih karunia-Nya hingga selesainya
tesis ini yang berjudul “Analisis Pemilihan Moda Angkutan Umum Rute Medan – Bandara Kuala Namu Studi Kasus : Kompetisi antara Kereta Api Bandara dan Bus
Bandara Koridor 1”. Tesis ini disusun untuk diajukan sebagai syarat dalam ujian Magister Teknik
Sipil Program Studi Manajemen Prasarana Publik pada Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara Medan. Penulis menyadari bahwa isi dari tesis ini masih banyak
kekurangannya. Hal ini disebabkan keterbatasan pengetahuan dan kurangnya pemahaman penulis. Untuk penyempurnaannya, saran dan kritik dari bapak-bapak
dosen serta rekan mahasiswa sangatlah saya harapkan. Penulis juga menyadari bahwa tanpa bimbingan, bantuan dan dorongan dari
berbagai pihak, tesis ini tidak mungkin dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada pihak-pihak yang membantu penulis. Ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada :
Bapak Prof. Dr. Ir. Roesyanto, MSCE sebagai Ketua Program Studi Magister Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara dan sekaligus juga sebagai dosen
pembimbing I serta Bapak Medis Sejahtera Surbakti, ST. MT sebagai dosen pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan serta masukan kepada
penulis dalam penyelesaian tesis ini. Bapak Dr. Ir. A. Perwira Mulia Tarigan, M.Sc, Bapak Ir. Zulkarnain A. Muis, M.Eng, Sc, Bapak Ir. Syahrizal, MT dan Bapak Ir.
Rudi Iskandar, MT, selaku Dosen Pembanding dan Penguji yang telah memberikan masukan dan saran demi perbaikan tesis ini, serta seluruh dosen-dosen di Magister
Teknik Sipil USU. BPPS DIKTI yang telah memberikan beasiswa kepada penulis untuk
melanjutkan pendidikan Program Pascasarjana. Seluruh staf PT. Railink dan Perum Damri yang telah membantu penulis dalam proses pengumpulan data. Teman-teman
seperjuangan di Magister Teknik Sipil USU serta pegawai administrasi Magister iii
Universitas Sumatera Utara
Teknik Sipil USU, sdr.Yunardi yang telah membantu kelancaran administrasi selama penulis menempuh pendidikan hingga selesai.
Kedua orangtuaku Pdt. Edius Nainggolan dan Ibunda Resti Pakpahan, yang telah kembali kepada Bapa di Surga, yang selama hidup mereka telah memberikan
teladan hidup yang luar biasa kepada penulis. Selanjutnya Istriku tercinta Rosinta M. Sitanggang, A.Md yang setia mendampingi penulis, anak-anakku tersayang Tiffany
Sarah Gabriella dan Timothy Michael Joe, yang menjadi sumber motivasi yang kuat bagi penulis. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu penulis dalam penyelesaian tesis ini. Kiranya Tuhan memberkati semua pihak yang telah membantu penulis dalam
menyelesaikan tesis ini. Semoga tesis ini dapat memberikan manfaat sebagai bahan referensi bagi pengambilan kebijakan serta untuk keperluan pengembangan ilmu
pengetahuan.
Medan, Januari 2014
Conrad Bombongan 117016001
iv
Universitas Sumatera Utara
PERNYATAAN
Dengan ini saya nyatakan bahwa dalam tesis saya ini yang berjudul “Analisis Pemilihan Moda Angkutan Umum Rute Medan – Bandara Kuala Namu Studi kasus:
Kompetisi antara Kereta Api Bandara dan Bus Bandara Koridor 1 adalah karya saya dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun.
Sumber informai dalam tesis ini yang berasal atau dikutip dari karya penulis lain yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan, dicantumkan dalam daftar pustaka.
Medan , Januari 2014
Conrad Bombongan 117016001
v
Universitas Sumatera Utara
RIWAYAT HIDUP
A. DATA PRIBADI
Nama : Conrad Bombongan
TempatTgl Lahir : Medan, 08 Desember1970 Jenis Kelamain
: Laki-laki Status
: Kawin Agama
: Kristen Protestan Alamat
: Jalan Pabrik Tenun Gang Surau No.2, Medan Petisah, Medan 20118
HPFax. : 081376555678
Email : conrad_nainggolanyahoo.com
B. RIWAYAT PENDIDIKAN
SD Inpres 064007 Medan 1976-1983
SMP Negeri 18 Medan 1983-1986
SMA Negeri Labuhan Deli 1986-1989
Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil, USU Medan 1989-1997
Fakultas Teknik, Prodi Magister Teknik Sipil, USU Medan 2011-2014
C. RIWAYAT PEKERJAAN
BTBS Medica 1993-1999
Universitas Putra Batam 1999-2009
STMIK IBBI Medan 2009- saat ini
vi
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
ABSTRAK i
ABSTACT ii
KATA PENGANTAR iii
PERNYATAAN v
RIWAYAT HIDUP vi
DAFTAR ISI vii
DAFTAR TABEL xii
DAFTAR GAMBAR xiv
DAFTAR LAMPIRAN xvii
DAFTAR NOTASI xviii
BAB I PENDAHULUAN
1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Perumusan Masalah 5
1.3 Tujuandan Manfaat Penelitian 5
1.4 Kerangka Konseptual 6
1.5 Ruang Lingkup Penelitian 7
1.6 Sistematika Penulisan 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10
vii
Universitas Sumatera Utara
2.1 Angkutan Umum 10
2.1.1 Pengguna Transportasi user 12
2.1.2 Pengusaha Angkutan operator 14
2.2 Variabel Penentu Pemilihan Moda 14
2.2.1 Pelayanan Moda 15
2.2.2 Persepsi Pengguna 17
2.2.3 Variable Supply dan Demand 20
2.2.3.1 Variable Demand Pelaku Perjalanan 21
2.2.3.2 Variabel Supply Sistem Transportasi 22
2.3 Model Pemilihan Moda 23
2.3.1 Definisi Model 23
2.3.2 Model Pemilihan Moda Transportasi 25
2.3.3 Model Peluang Pemilihan Moda 26
2.3.4 Prosedur Pemilihan Moda 29
2.4 Pendekatan Model Pemilihan Moda 34
2.5 Model Pemilihan Diskret 38
2.6 Utilitas 40
2.6.1 Utilitas Acak 41
2.7 Teknik Stated Preference SP 43
2.7.1 Identifikasi Pilihan Identification of Preference 47
2.7.2 Perilaku Perjalanan 48
2.7.3 Analisis Data Stated Preference 49
2.8 Model Logit Biner 52
viii
Universitas Sumatera Utara
2.9 Model Probit Biner 55
2.10 Analisa Regresi Linier Berganda 58
2.11 Regresi Logistik 59
2.12 Koefisien Determinasi R
2
60 2.13 Korelasi
61 2.14 Biaya Pokok Produksi Angkutan Umum
62 2.15 Biaya Operasi Kendaraan
63 2.15.1 Biaya Tetap fixed cost
63 2.15.2 Biaya Tidak Tetap Variable cost
66 2.15.3 Biaya Overhead
66 2.16 Studi Terdahulu
67
BAB III METODE PENELITIAN 72
3.1 Jenis Penelitian 72
3.2 Tahap -Tahap Proses Penelitian 72
3.3 Hipotesa 76
3.4 Peralatan Penelitian 77
3.5 Pengumpulan Data 77
3.5.1 Data Primer 77
3.5.2 Data Sekunder 78
3.5.3 Lokasi Survei 78
3.5.4 Waktu Survei 79
3.5.5 Penentuan Jumlah Sampel 79
3.6 Pelaksanaan Pengumpulan Data 81
ix
Universitas Sumatera Utara
3.7 Analisa Data, Fungsi Utilitas dan Probabilitas 81
3.8 Pengujian Hipotesa Secara Parsial Uji-t 86
3.9 Pengujian Hipotesa Secara Menyeluruh Uji-F 87
3.10 Uji Sensitifitas 88
3.11 Skema Tahapan Perhitungan 89
3.12 Kesimpuland an Saran 91
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 92
4.1 Gambaran Umum Wilayah Penelitian 92
4.1.1 Medan 92
4.1.2 Kuala Namu 93
4.2 Profil Perusahaan 94
4.2.1 PT Railink 94
4.2.2 Perum DAMRI 95
4.3 Penentuan Jumlah Sampel 98
4.3.1 Populasi 98
4.3.2 Sampel 99
4.3.3 Perolehan Data Survei 101
4.4 Pemaparan Hasil Survei 102
4.5 Analisa Regresi Linier 113
4.5.1 Analisis Persamaan Fungsi Utilitas 114
4.5.2 Kompilasi Data 116
4.5.3 Analisa Korelasi Model Binomial Logit 118
4.5.4 Alternatif Persamaan Fungsi Utilitas 119
x
Universitas Sumatera Utara
4.5.5 Uji Determinasi 121
4.5.6 Uji t 123
4.5.6.1 Uji t pada Model Binomial Logit Selisih 124
4.5.7 Uji F 126
4.5.7.1 Uji F pada Model Binomial Logit Selisih 127
4.5.8 Persamaan Model 128
4.5.8.1 Persamaan Model LogitBiner 128
4.5.8.2 Grafik Pemilihan Moda 129
4.5.9 Sensitifitas Model 132
4.5.9.1 Sensitivitas Model Logit Biner 132
4.5.9.2 PersamaanModel Probit Biner 138
4.5.9.3 Sensitifitas Model Probit Biner 138
4.5.9.4 Perbandingan Sensitivitas Model Logit Biner dengan Probit Biner
144 4.6 Tinjauan Aspek Ekonomi dan Sosial Angkutan Bus Bandara 149
4.7 Analisis Tarif Bus Bandara Terhadap Kurva Sensitifitas Atribut Biaya
158 4.8 Diskusi Hasil
159
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
161 5.1 Kesimpulan
161 5.2 Saran
163
DAFTAR PUSTAKA 165
LAMPIRAN 168
xi
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
4.1 Kondisi saat ini eksisting pada KA Bandara dan Bus Bandara
98 4.2
Proporsi Penyebaran Kuesioner Masing-Masing Moda Transportasi 100
4.3 Ragam Kriteria Jawaban Responden
101 4.4
Distribusi Responden Pengguna Moda Kereta Api Bandara dan Bus Bandara untuk Perjalanan Medan – Kuala Namu
102 4.5
Distribusi Tujuan Perjalanan Responden Pengguna Kereta Api Bandara dan Bus Bandara Perjalanan Medan – Kuala Namu
103 4.6
Distribusi Tingkat Pendidikan Responden Pengguna Kereta Api Bandara dan Bus Bandara Perjalanan Medan – Kuala Namu
105 4.7
Distribusi Pekerjaan Responden Pengguna Kereta Api Bandara dan Bus Bandara untuk Perjalanan Medan – Kuala Namu
106 4.8
Distribusi Tingkat Pendapatan Responden Pengguna KA Bandara dan Bus Bandara untuk Perjalanan Medan – Kuala Namu
107 4.9
Distribusi Pemilihan Moda Responden Pengguna KA Bandara dan Bus Bandara untuk Perjalanan Medan-Kuala Namu
108 4.10
Lama Waktu yang Dibutuhkan Responden Pengguna KA Bandara dan Bus Bandara dari Tempat Keberangkatan Menuju Stasiun
109 4.11
Jenis Kendaraan yang Digunakan dari Tempat Keberangkatan Menuju Stasiun Kereta Api BandaraBus Bandara
110 4.12
Penumpang Kereta Api Bandara yang potensial Berpindah ke Bus Bandara Jika Berangkat Lebih dari Satu Orang
111 4.13
Penumpang Bus Bandara potensial Berpindah ke KA Bandara jika Berangkat Lebih dari Satu Orang
112
xii
Universitas Sumatera Utara
4.14 Nilai Skala Numerik
115 4.15
Preferensi Responden Terhadap Option yang ditawarkan untuk Pengolahan Model Binomial Logit Selisih
117 4.16
Matriks Korelasi 118
4.17 Alternatif Persamaan Utilitas
120 4.18
Probabilitas Pemilihan Moda dengan Model Logit Biner 130
4.19 Probabilitas Pemilihan Moda dengan Model Probit Biner
131
xiii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul
Halaman
1.1 Kerangka Konseptual
7 2.1
Faktor yang Mempengaruhi Pendapat Penumpang pada Pelayanan 18
2.2 Bangkitan Pergerakan Bersamaan dengan Pemilihan Moda diikuti
Sebaran Pergerakan 27
2.3 Bangkitan Pergerakan Diikuti Pemilihan Moda
28 2.4
Bangkitan Pergerakan Diikuti Pemilihan Rute Bersamaan Sebaran Pergerakan
28 2.5
Bangkitan Pergerakan Diikuti Sebaran Pergerakan 29
2.6 Proses Pemilihan Dua Moda
30 2.7
Proses Pemilihan Moda untuk Indonesia 31
2.8 Komponen Perilaku Konsumen
48 2.9
Hierarki Keputusan Perjalanan Individu 53
2.10 Grafik Perbandingan Logit dan Probit
58 3.1
Diagram Alir Flow Chart Penelitian 75
3.2 Diagram Alir Tahapan Perhitungan
89 4.1
Perbandingan Jumlah Responden Pengguna Kereta Api Bandara dan Bus Bandara
102 4.2
Distribusi Tujuan Perjalanan Responden Pengguna KA Bandara dan Bus Bandara tujuan Medan – Kuala Namu
104 4.3
Distribusi Tingkat Pendidikan Responden Kereta Api Bandara dan Bus Bandara untuk perjalanan Medan – Kuala Namu
105 4.4
Distribusi ProfesiPekerjaan Responden Pengguna Kereta Api Bandara
xiv
Universitas Sumatera Utara
dan Bus Bandara untuk perjalanan Medan – Kuala Namu 106
4.5 Distribusi Tingkat Pendapatan Responden Kereta Api Bandara dan
Bus Bandara untuk perjalanan Medan – Kuala Namu 107
4.6 Distribusi Pemilihan Moda Kereta Api Bandara dan Bus Bandara
untuk perjalanan Medan – Kuala Namu 108
4.7 Distribusi Waktu Dibutuhkan Responden Pengguna KA Bandara dan
Bus Bandara dari tempat berangkat Menuju Stasiun Keberangkatan 110
4.8 Distribusi Jenis Kendaraan yang Digunakan dari tempat keberangkatan
Menuju Stasiun Kereta Api Bandara Bus Bandara 111
4.9 Distribusi Penumpang Moda Kereta Api Bandara Berpotensi beralih
ke Bus Bandara jika Berangkat Lebih dari Satu Orang 112
4.10 Distribusi Penumpang Bus Bandara Berpotensi Beralih ke Kereta Api
Bandara jika Berangkat Lebih dari Satu Orang 113
4.11 Grafik Pemilihan Moda dengan Model Logit Biner
130 4.12
Grafik Pemilihan Moda dengan Model Probit Biner 131
4.13 Sensitifitas Model Logit Biner terhadap Biaya perjalanan
133 4.14
Sensitifitas Model Logit Biner terhadap Waktu Tempuh perjalanan 134
4.15 Sensitifitas Model Logit Biner terhadap Headway
135 4.16
Sensitifitas Model Logit Biner terhadap Waktu Tempuh menuju Stasiun Keberangkatan access time
136 4.17
Sensitifitas Model Logit Biner terhadap Pelayanan service 137
4.18 Sensitifitas Model Probit Biner terhadap Biaya Perjalanan
139 4.19
Sensitifitas Model Probit Biner terhadap Waktu Tempuh perjalanan 140
4.20 Sensitifitas Model Probit Biner terhadap Headway
141 4.21
Sensitifitas Model Probit Biner terhadap Waktu Tempuh Menuju Stasiun Keberangkatan access time
142 xv
Universitas Sumatera Utara
4.22 Sensitifitas Model Probit Biner terhadap Pelayanan service
143 4.23
Perbandingan Sensitifitas Model Logit Biner dan Probit Biner Terhadap Biaya Perjalanan
144 4.24
Perbandingan Sensitifitas Model Logit Biner dan Probit Biner Terhadap Waktu Tempuh Perjalanan
145 4.25
Perbandingan Sensitifitas Model Logit Biner dan Probit Biner Terhadap Headway
146 4.26
Perbandingan Sensitifitas Model Logit Biner dan Probit Biner Terhadap Waktu Tempuh Menuju Stasiun Keberangkatan
147 4.27
Perbandingan Sensitifitas Model Logit Biner dan Probit Biner Terhadap Pelayanan service
148 4.28
Kondisi tarif Bus Bandara terhadap Kurva Sensitifitas Atribut Biaya Perjalanan
158
xvi
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1 Format Kuisioner Penelitian
168 2
Tabel Input Data Kuisioner Penelitian 173
3 Alternatif Persamaan Fungsi Utilitas
177 4
Sensitifitas Model Logit Biner 208
5 Sensitifitas Model Probit Biner
211 6
Tabel Distribusi – F 216
7 Tabel Distribusi – t
217 8
Tabel Distribusi Normal Standar 218
9 Rekapitulasi Jumlah Penumpang Bandara KNIA Menggunakan
Bus Bandara 220
10 Rekapitulasi Jumlah Penumpang dan Volume Transaksi dengan
Menggunakan Kereta Api Bandara 222
11 Gambar Jalur Koridor 1 Bus Bandara
224 12
Gambar Jalur Kereta Api Bandara 225
13 Gambar Letak Stasiun Besar KA Bandara dan Shelter Plaza Medan
Fair terhadap Bandara Kuala Namu 226
14 Foto-foto Dokumentasi
227 15
Peta Jaringan Jalan Binjai-Belawan-Kuala namu- Tebing Tinggi 230
xvii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR NOTASI
a = Konstanta Regresi
b1, b2...., bn = Koefisien masing-masing atributparameter model d
= derajat kesalahan sampel sampling error k
= Jumlah atribut n
= Jumlah sampel = Kesalahan acak random error
P
KAB
= Probabilitas memilih Kereta Api Bandara P
BB
= Probabilitas memilih Bus Bandara = Probabilitas memilih alternatif i bagi individu n
R
2
= Koefisien determinasi = Utilitas alternatif i bagi pembuat keputusan n
= Fungsi deterministik utilitas i bagi individu n ...
= Nilai atribut pelayanan Zα = Nilai kritis distribusi
α = Koefisien kepercayaan
σ = Standart deviasi sampel ϕ = Distribusi kumulatif standard normal
t – test = Uji t, yaitu pengujian hipotesa terhadap koefisien regresi
F – test = Uji f, yaitu pengujian hipotesa terhadap variasi nilai utilitas
xviii
Universitas Sumatera Utara
X
1
= Selisih atribut biaya cost antara Kereta Api Bandara dan Bus Bandara.
X
2
= Selisih atribut waktu time antara Kereta Api Bandara dan Bus Bandara.
X
3
=Selisih atribut waktu keberangkatan headway antara Kereta Api Bandara dan Bus Bandara.
X
4
= Selisih atribut lama waktu yang diperlukan dari tempat asal menuju stasiun keberangkatan access time antara Kereta Api dan Bus
Bandara. X
5
= Selisih atribut pelayanan service antara Kereta Api Bandara dan Bus Bandara.
xix
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
Bandara Internasional Kuala Namu mulai beroperasi tanggal 25 Juli 2013 yang lalu sebagai pengganti Bandara Polonia. Hal ini juga diikuti oleh beroperasinya
Kereta Api Bandara dan Bus Bandara sebagai layanan moda angkutan umum bagi masyarakat. Beroperasinya Kereta Api Bandara ini menimbulkan masalah baru bagi
lalu lintas kota Medan. Kondisi ini menyebabkan semakin macetnya kota Medan khususnya di jalan-jalan arteri yang memiliki perlintasan sebidang dengan rel kereta
api yang dilalui Kereta Api Bandara. Apalagi saat ini Kereta Api Bandara cukup diminati masyarakat karena menawarkan pelayanan yang lebih dan waktu perjalanan
yang lebih singkat sehingga frekuensi keberangkatannya semakin meningkat.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendefinisikan karakteristik pengguna moda KA Bandara dan Bus Bandara. Tujuan lainnya adalah memodelkan pemilihan
moda antar keduanya dan menguji sensitifitas pelaku perjalanan apabila dilakukan perubahan terhadap salah satu atributnya. Dalam penelitian ini digunakan metode
stated preference untuk menggambarkan preferensi pemilihan moda Kereta Api Bandara dan Bus Bandara. Data yang diperoleh dengan metode stated preference
kemudian dimodelkan dengan model logit biner dan probit biner. Kedua model ini digunakan hanya untuk pilihan 2 moda transpotasi alternatif. Dari kedua model ini
dapat diketahui probabilitas pemilihan moda transportasi KA Bandara serta Bus Bandara.
Dari hasil analisis, diperoleh persamaan fungsi selisih utilitas Kereta Api Bandara dan Bus Bandara sebagai berikut:
U
KAB-BB
= 2,606 – 0,028X
1
– 0,007X
2
– 0,014X
3
– 0,016X
4
+ 0,044X
5
dengan X
1
atribut cost, X
2
atribut time, X
3
atribut headway, X
4
atribut access time, dan X
5
atribut service. Hasil yang diperoleh dari analisis sensitifitas fungsi utilitas dengan model logit biner dan probit biner bahwa atribut-atribut cost, time,
headway dan access time memperlihatkan arah kemiringan garis yang negatif yang artinya semakin besar selisih perbedaan atribut-atribut cost, time, headway dan access
time akan semakin memperkecil probabilitas pemilihan Kereta Api Bandara sementara atribut service memperlihatkan arah kemiringan garis yang positif yang
artinya semakin besar selisih perbedaan pelayanan antara KA Bandara dan Bus Bandara akan semakin memperbesar probabilitas pemilihan Kereta Api Bandara.
Kata kunci: stated preference, logit biner, probit biner, atribut, pemilihan moda
i
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT
Kuala Namu International Airport started operating on July 25, 2013 to replace Polonia International Airport followed by the operation of airport train and
bus as a public transport service modes. The operation of the airport train created a new traffic problem for the city of Medan. This condition caused more traffic jam in
Medan especially in arterial roads with railway crossing passed by the airport train. Furthermore the people are fairly interested in airport train because it offers better
service and faster trip, and its frequency of departure is increasing.
The purpose of the study was to define the characteristic airport train and bus users to model the choice of both transportation modes and to test the sensitivity of
the users of transportation modes if one of the attribute changes. This study used stated preference method to describe the preference of choosing the airport train and
bus mode. The data obtained through stated preference method was modelled by using binary logit and probit models. These two models were only used for two
alternative transportaion modes. From these two models, the probablity of using airport train and bus transportation can be known.
The result of analysis showed the equations of the function of utility difference of airport train and bus:
U
KAB-BB
=2.606 – 0.0028X – 0.07X – 0.014X – 0.016X + 0.044X in which X, cost attribute, X2 time attribute, X3 headway attribute, X4 access attribute and X5
service attribute. The result obtained from the analysis of utility function sensitivity using binary logit and probit models that the attributes between the cost, time, head
way and access time showed the negative slope which meant that the larger the difference of the cost, time, headway, and access time attributes, the smaller the
probability of choosing the airport train, while the service attribute showed the positive slope which meant the larger the difference between the the service provided
by the airport train and bus, the larger the probability of choosing the airport train will be.
Keywords:
Stated Preference, Binary Logit, Binary Probit, Attribute, Mode Choice
ii
Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sejak beroperasinya Bandara Internasional Kuala Namu tanggal 25 Juli 2013 yang lalu sebagai pengganti Bandara Polonia, menyebabkan semakin meningkatnya
mobilitas pergerakan dari Medan menuju Kuala Namu begitu pun sebaliknya. Pergerakan ini tentunya membutuhkan sarana transportasi untuk dapat memindahkan
orang maupun barang. Bandar Udara Internasional Kuala Namu adalah sebuah bandara baru untuk
Provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Lokasinya merupakan bekas areal perkebunan PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa, terletak di Kuala Namu, Desa
Beringin, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang, dengan luas fisik bandara
1.365 hektare dan luas terminal 118.930 meter persegi . Bandara Kuala Namu berjarak
kurang lebih 39 km dari pusat kota Medan. Melihat jarak tempuh rata-rata dari kota Medan – Kuala Namu lebih panjang
dari 30 km, bagi para penumpang pelaku perjalanan yang akan menuju Kuala Namu dapat menggunakan beberapa pilihan moda angkutan. Mulai dari kendaraaan
pribadi, taksi, Bus Bandara maupun Kereta Api Bandara. Bila dibandingkan dengan Bandara Polonia yang hanya berjarak 2 km dari pusat kota Medan pelaku perjalanan
masih dapat menggunakan angkot, ojek, betor selain kendaraan pribadi dan taksi sebagai moda transportasinya.
Berpedoman pada masterplan Bandara Kuala Namu sebagai pengganti
Universitas Sumatera Utara
Bandara Polonia Medan, pelayanan sistem angkutan umum massal yang akan melayani menuju dan dari bandara yang sudah direncanakan adalah moda kereta api
dan bus. Hal ini dikarenakan dengan menggunakan sistem angkutan umum massal inilah masalah kemacetan kota diharapkan bisa diatasi.
Pemerintah telah merencanakan membuka sebanyak tujuh koridor bagi Bus Bandara agar dapat melayani penumpang Medan dan luar kota Medan Tebing
Tinggi, Binjai, Pematang Siantar, Kabanjahe, namun sampai saat ini masih tiga koridor yang beroperasi yaitu koridor 1 : Plaza Medan Fair – Kuala Namu , koridor
2: Terminal Amplas – Kuala Namu dan koridor 3 : Binjai – Kuala Namu. Dimana untuk koridor 1 dan 2 operatornya adalah Perum Damri sedangkan koridor 3
operatornya adalah PT. ALS. Sementara itu untuk pemadu moda berbasis rel operatornya adalah PT. Railink yang merupakan anak perusahaan dari PT KAI dan
PT Angkasa Pura II. Saat ini bagi pelaku perjalanan yang akan menuju Bandara Kuala Namu
dengan menggunakan moda Bus Bandara, Perum Damri menyediakan shelter di Carrefour Plaza Medan Fair dengan tarif Rp 15.000 per orang dan satu lagi di
terminal Amplas dengan tarif Rp 10.000 per orang. Sementara itu untuk Kereta Api Bandara berangkat dari stasiun besar kereta api Medan dengan tarif Rp 80.000 per
orang. Untuk headway jedah keberangkatan Bus Bandara setiap 45 menit sekali dengan waktu tempuh rata-rata perjalanan 80 menit, sedangkan headway Kereta Api
Bandara setiap lebih kurang 2 jam sekali dengan waktu tempuh rata-rata perjalanan 40 menit.
Universitas Sumatera Utara
Melihat kondisi saat ini bahwa moda transportasi Kereta Api Bandara semakin banyak diminati masyarakat kota Medan dan sekitarnya, Hal ini dikarenakan Kereta
Api Bandara memberikan pelayanan yang lebih dan waktu tempuh perjalanan yang lebih singkat. Semakin diminatinya Kereta Api Bandara ini oleh masyarakat
mengakibatkan permintaan akan frekuensi perjalanan Kereta Api Bandara semakin tinggi. Frekuensi perjalanan Kereta Api Bandara sampai tanggal 13 Nopember 2013
adalah sebanyak 20 kali PP dalam sehari. Dan direncanakan mulai tanggal 14 Nopember 2013 frekuensi perjalanan Kereta Api Bandara menjadi 36 kali PP dalam
sehari. Hal ini akan menimbulkan dampak baru bagi lalu lintas kota Medan yaitu
berakibat semakin macetnya kota Medan khususnya pada jam-jam sibuk peak hour di jalan-jalan arteri yang memiliki perlintasan dengan rel kereta api. Kondisi ini
terjadi karena saat ini infrastruktur rel kereta api masih sebidang dengan infrastruktur jalan raya.
Menurut pengamatan penulis, setiap kereta api melintas di Jln. Hj.Ani Idrus Jl. Pandu dan Jln. Sisingamangaraja terdapat antrian panjang kendaraan bermotor.
Di Jln. Sisingamangaraja, antrian kendaraan bermotor bisa mencapai ruas Jln. Cirebon, bahkan sampai persimpangan Jln. MT. Haryono.
Demikian juga di Jln. Hj. Ani Idrus, antrian kendaraan bermotor bisa mencapai persimpangan Jln. Sutomo,
sementara, di Jln. Sutomo juga terdapat lintasan kereta api. Apalagi saat ini PT. Railink telah mendatangkan Kereta Api Woojin, milik
pabrikan Korea sebanyak empat trainset yang masing-masing memiliki empat buah gerbong dan kedepannya PT. Railink akan menambah jadwal perjalanan secara
Universitas Sumatera Utara
bertahap seiring dengan permintaan dari masyarakat yang semakin tinggi. Hal ini nantinya akan menyebabkan semakin parahnya tingkat kemacetan lalu lintas di kota
Medan dan dikhawatirkan suatu saat bisa mengakibatkan kondisi gridlocked macet total.
Masalah ini perlu segera diantisipasi, salah satu caranya adalah dengan mengupayakan agar pelayanan dan unjuk kerja Bus Bandara dapat mengimbangi
Kereta Api Bandara. Sehingga diharapkan pelaku perjalanan memiliki preferensi tingkat memilih yang seimbang antara Kereta Api Bandara dan Bus Bandara
sebagai kendaraannya menuju dan dari Bandara Kuala Namu. Adanya kompetisi sengit dalam pemilihan kedua moda yaitu antara Kereta
Api Bandara dan Bus Bandara oleh pelaku perjalanan sangat terkait oleh kondisi sosioekonomi pelaku perjalanan dan juga karakteristik dan segala atribut yang ada
pada moda yang bersangkutan. Untuk itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai perilaku
pelaku perjalanan yang mempengaruhi probabilitas pemilihan moda, sehingga dapat dilakukan upaya perbaikan dan peningkatan pelayanan bagi moda yang bersangkutan
khususnya Bus Bandara. Diharapkan dengan kondisi pelayanan yang semakin meningkat, masyarakat
pelaku perjalanan akan lebih memilih menggunakan Bus Bandara dalam melakukan perjalanannya sehingga akan mengurangi beban jalan raya dan akan berdampak
terhadap berkurangnya masalah kemacetan di kota Medan.
Universitas Sumatera Utara
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan yang telah diuraikan di latar belakang masalah ada beberapa hal yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini yaitu:
1. Bagaimana karakteristik pelaku perjalanan dalam pemilihan moda
transportasi? 2.
Bagaimana menyusun bentuk model pemilihan moda antara Kereta Api Bandara dan Bus Bandara dengan menggunakan model logit binomial?
3. Apakah ada pengaruhnya apabila dilakukan perubahan salah satu variabel
atribut perjalanan pada masing-masing moda tersebut terhadap probabilitas pemilihan moda?
4. Bagaimana aplikasi model apabila terjadi perubahan atribut?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah: 1.
Mengidentifikasi karakteristik pengguna moda Kereta Api Bandara dan Bus Bandara.
2. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan moda oleh
pelaku perjalanan. 3.
Menyusun bentuk model yang dapat menjelaskan probabilitas pemilihan moda.
4. Mengidentifikasi sensitifitas model dari respons individu pelaku perjalanan
apabila dilakukan perubahan terhadap salah satu atribut perjalanan yang mendukung utilitas pemilihan moda.
Universitas Sumatera Utara
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk memberikan gambaran variabel-variabel yang mempengaruhi pengambilan keputusan oleh pelaku
perjalanan dalam pemilihan moda. Juga dapat menjadi dasar pertimbangan bagi operator pihak-pihak penyedia layanan angkutan umum bandara yang sesuai
dengan keinginan pelalu perjalanan, sehingga mobilitas atau pergerakan orang dapat lebih efisien dan lebih efektif.
1.4 Kerangka Konseptual
Pada penelitian ini ada tiga hal utama yang dicari seperti tergambar pada Gambar 1.1, yaitu nilai selisih utilitas Kereta Api Bandara dan Bus Bandara, nilai probabilitas,
dan grafik sensitifitas dari Kereta Api Bandara dan Bus Bandara. Nilai selisih utilitas ini bisa dihitung bila diketahui terlebih dahulu persamaan
Fungsi utilitas Kereta Api Bandara dan Bus Bandara. Persamaan Fungsi utilitas ini didapatkan dengan menggunakan metode regresi linier berganda. Ada lima variabel
bebas atribut dalam penelitian ini yaitu cost, time, headway, access time, dan service.
Nilai probabilitas didapatkan dari dua model yaitu model logit biner dan probit biner dimana kedua model ini khusus digunakan hanya untuk memilih dua pilihan
moda transportasi alternatif. Dari grafik sensitifitas model logit biner dan probit biner untuk masing masing atribut dapat menjadi masukan yang berharga bagi
operator dalam mengambil kebijakan dalam peningkatan kualitas moda.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 1.1 Kerangka Konseptual
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Agar penelitian ini lebih terarah maka dilakukan pembatasan masalah sebagai berikut:
1. Penelitian ini dilakukan untuk perjalanan dari Medan ke Bandara
Internasional Kuala Namu dan tidak demikian sebaliknya. 2.
Rute yang dipertandingkan adalah untuk Kereta Api Bandara dari stasiun besar Kereta Api kota Medan sampai Bandara Kuala Namu sementara Bus
Bandara dipilih koridor 1 dari Carrefour Plaza Medan Fair sampai Kuala Namu. Hal ini disebabkan kedua stasiun tersebut letaknya cukup
berdekatan. Pemilihan Moda
Kereta Api Bandara dan Bus
Cost, Time, Headway, Access Time, dan Service
Fungsi Utilitas
Nilai Utilitas Probabilitas
Sensitifitas
Langkah Kebijakan Operator
Universitas Sumatera Utara
3. Moda yang dipertandingkan dalam tesis ini adalah Kereta Api Bandara dan
Bus Bandara sementara moda lainnya seperti taksi dan kendaraan pribadi tidak turut dipertandingkan.
4. Penelitian hanya ditinjau dari segi pengguna jasa angkutan sebagai pelaku
perjalanan; 5.
Model pemilihan moda yang digunakan adalah Model Logit Biner dan Probit Biner.
6. Data untuk analisis preferensi pelaku perjalanan menggunakan teknik
stated preference dengan Skala Rating. 7.
Estimasi parameter model menggunakan Analisa Regresi.
I.6 Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah dalam melakukan analisis terhadap permasalahan yang ada perlu dilakukan sistematika penulisan yang disusun dalam beberapa bab sebagai
berikut:
Bab 1. Pendahuluan
Bab ini menggambarkan informasi awal dari keseluruhan penelitian ini, yang berisi tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, ruang lingkup penelitian, serta sistematika penulisan.
Bab 2. Studi Pustaka
Dalam bab ini akan dijelaskan tentang transportasi massal, variabel penentu pemilihan moda, Metode Stated Preference, Teori Pengambilan Sampel,
Jenis Data, Fungsi Utilitas dengan metode Regresi Linier.
Universitas Sumatera Utara
Bab 3. Metode Penelitian
Bab ini menjelaskan tentang Proses Penelitian, Lokasi Penelitian, Metodologi Survei, Penerapan pengambilan sampel, dan Metode analisis
data.
Bab 4. Analisa dan Pembahasan
Bab ini berisi mengenai hasil pengolahan data, model pemilihan moda yang terbentuk sesuai dengan data yang diperoleh, pengujian dan analisis dari
model tersebut, probabilitas dari kedua moda, serta analisis sensitifitas dari setiap atribut kedua moda tersebut.
Bab 5. Kesimpulan dan Saran
Bab ini berisi pernyataan pernyataan singkat dan jelas yang disarikan dari analisis dan pembahasan yang berkaitan erat dengan menjawab tujuan
penelitiaan serta saran yang dapat diberikan untuk melanjutkan penelitian yang sudah dikerjakan.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Angkutan Umum
Angkutan dapat dikatakan sebagai sarana untuk memindahkan orang maupun barang dari satu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan kendaraan
sedangkan angkutan umum adalah setiap angkutan yang disediakan untuk dipergunakan oleh umum dengan dipungut bayaran langsung maupun tidak
langsung. Tujuannya membantu orang atau kelompok orang dalam menjangkau berbagai tempat yang dikehendaki, atau mengirimkan barang dari tempat asalnya ke
tempat tujuannya secara baik dan layak. Dalam perjalanannya beberapa tujuan yang seharusnya dapat dicapai dalam
proses operasional angkutan umum adalah: 1.
Tujuan sosial Sistem angkutan umum secara langsung atau tidak langsung dapat
memperkecil kesenjangan sosial yang terdapat dalam struktur masyarakat, hal ini dikarenakan adanya kesetaraan pelayanan yang ditawarkan kepada
pengguna jasa angkutan umum. 2.
Tujuan ekonomi Dalam hal ini adalah tercapainya tingkat efektifitas menyangkut
pemanfaatan secara ekonomis sarana dan prasarana kota atau daerah tersebut dan memberi aksesibilitas yang lebih baik untuk pelaksanaan
perekonomian di suatu daerah ataupun antar daerah. 10
Universitas Sumatera Utara
3. Tujuan lingkungan
Ketika sebuah sistem angkutan berjalan dengan baik dan mampu mencapai tujuan dalam memfasilitasi pergerakan sehingga meminimalisir penggunaan
kendaraan pribadi, maka akan terjadi efisiensi penggunaan bahan bakar serta tidak diperlukan suatu pelebaran ruang jalan ketika kapasitas jalan tersebut
sudah melebihi level of service LOS. Secara umum dalam sistem angkutan umum terdapat tiga komponen utama yang
memiliki peranan dan kepentingan tertentu yang seringkali saling bertolak belakang, hal ini disebabkan karena ketiga komponen tersebut memiliki kepentingan yang
berbeda, yaitu: 1.
Pelaku perjalanan User Komponen ini adalah pembangkit perjalanan, dan memiliki kebebasan dalam
melakukan suatu jenis dan tujuan perjalanan, meskipun masih dikendalikan oleh kemampuan dan kemauan untuk membelanjakan uangnya dalam
melakukan perjalanan dan urgensi dari perjalanan tersebut. 2.
Pengusaha angkutan Operator Komponen ini adalah fasilitator moda dalam sistem angkutan umum, sesuai
dengan kemampuan dan keinginan dari operator untuk menyediakan jenis dan fungsi pelayanan yang akan diberikan, termasuk didalamnya pengaturan
jadwal, rute, dan jenis moda yang dijalankan. 3.
Pemerintah Regulator Dalam hal ini pemerintah berperan sebagai komponen perantara antara
kepentingan user dan operator, dengan tujuan agar pertumbuhan ekonomi dan
Universitas Sumatera Utara
pemerataan kesempatan pelayanan terhadap masyarakat dapat tercapai. Regulator memiliki kewenangan dalam mengatur, merubah, dan menyetujui
jenis moda, trayek, tarif dan hal-hal lain yang berkaitan dengan operasional sistem angkutan umum sehingga layak untuk digunakan oleh user dengan
tidak membebani operator.
2.1.1 Pengguna Transportasi User
Pengguna transportasi didefinisikan sebagai individu yang mempunyai kebebasan untuk membuat keputusan terhadap komoditas yang akan dikonsumsi selama periode
waktu tertentu Kanafani, 1983. Asumsi-asumsi dasar teori pelanggan adalah sebagai berikut:
1. Konsumen bebas memilih, artinya pelanggan mempunyai pilihan
terhadap variasi yang ditawarkan. 2.
Barang atau jasa yang ditawarkan mempunyai karakteristik dan kegunaan berbeda untuk pelanggan berbeda.
3. Konsumen akan memilih barang dan jasa yang ditawarkan dalam struktur
yang konsisten, artinya produk yang ditawarkan merupakan keputusan pelanggan yang kompetitif.
4. Konsumen mempunyai ketidakpuasan terhadap pilihannya, artinya
konsumen selalu akan memilih produk yang terbaik yang ditawarkan. 5.
Batas biaya, yaitu konsumen mempunyai keterbatasan terhadap biaya yang dimilikinya terhadap pilihannya.
Universitas Sumatera Utara
Asumsi dalam melakukan analisis individu antara lain adalah individu mempunyai pilihan, tingkat kepuasan yang berbeda dalam mengkonsumsi komoditas,
keberpihakan atau pilihan, kecenderungan untuk mengkonsumsi lebih banyak, dan dapat dipengaruhi oleh batas biaya budget constraint. Sedangkan market merupakan
kumpulan dari pengguna, yang mempunyai karakteristik sosioekonomi yang berbeda. Untuk mengembangkan market demand function, dibuat segmentasi pasar
dimana masing-masing segmen diasumsikan terdiri dari konsumen pengguna jasa dalam transportasi yang memiliki karakteristik sosioekonomi homogen yang
merupakan jumlah dari individual demand function yang dibutuhkan untuk mewakili gambaran hasil yang mendekati kenyataan.
Kegiatan pasar jasa angkutan umum pada dasarnya tidak dapat memenuhi kebutuhan seluruh pengguna secara tepat, karena setiap pengguna jasa memiliki
kebutuhan yang berbeda Wells dandan Prensky, 1996. Pasar terdiri dari para pembeli yang berbeda dalam keinginan, kebutuhan, daya beli, sikap dalam
mengkonsumsi suatu barang, lokasi geografis, dan kegiatannya dalam pembelian suatu barang. Pengelompokan pengguna dalam angkutan umum didasarkan atas tiga
segmen yaitu: 1.
Pengguna tidak memiliki pilihan, hanya ada pilihan utama sampai pada tujuan.
2. Pengguna yang memiliki pilihan dengan membandingkan pada beberapa
alternatif moda pilihan.
Universitas Sumatera Utara
3. Pengguna yang mempunyai pilihan dengan membandingkan pada
beberapa alternatif moda pilihan serta mempertimbangkan aspek psikologis yang berkaitan dengan kepuasan dan prestise pelanggan.
2.1.2 Pengusaha Angkutan Operator
Pengusaha angkutan transportasi merupakan penyedia jasa moda transportasi dengan keseluruhan atributnya yang kemudian akan menciptakan suatu penawaran
kepada user, baik dengan adanya persaingan dari bentuk moda lain ataupun sejenis dengan trayek yang sama.
2.2 Variabel Penentu Pemilihan Moda
Dalam melakukan pertimbangan umum bagi pelaku perjalanan ketika menentukan pilihan moda angkutan umum yang akan digunakan dalam melakukan pergerakan ada
beberapa aspek antara lain sebagai berikut: 1.
Tingkat Pelayanan yang diberikan oleh moda angkutan yang ada. Baik dalam teori maupun kenyataan, pelaku perjalanan akan lebih memilih
suatu angkutan umum yang dianggap lebih aman, nyaman, dan cepat untuk menuju tempat tujuan dengan maksimal dua kali pergantian moda.
2. Persepsi pengguna jasa terhadap suatu moda. Contohnya adalah terdapat
beberapa orang yang enggan menggunakan pesawat udara diakibatkan oleh hal-hal tertentu, seperti ketakutan akan tempat tinggi, pemberitaan
buruk tentang suatu moda pada selang waktu perjalanan.
Universitas Sumatera Utara
3. Aspek sosial ekonomi pelaku perjalanan. Untuk user dengan kemampuan
ekonomi yang baik, maka pengguna akan lebih memilih angkutan umum yang paling nyaman dan aman serta cepat, untuk pengguna dengan
tingkat ekonomi rendah, user akan lebih memilih tetap menggunakan angkutan umum.
Model pemilihan moda bertujuan untuk mengetahui proporsi orang yang akan menggunakan setiap moda. Proses ini dilakukan dengan maksud untuk mengkalibrasi
model pemilihan moda pada tahun dasar dengan mengetahui variabel bebas yang mempengaruhi pemilihan moda tersebut.
2.2.1 Pelayanan Moda
Tingkat pelayanan adalah usaha penyedia jasa transportasi untuk memenuhi keinginan pengguna, yang tergantung pada banyak aspek selain kecepatan dan waktu
perjalanan. Aspek-aspek tersebut selain dipengaruhi oleh waktu perjalanan, juga dipengaruhi oleh keandalan reliability, kenyamanan comfort, keamanan dan harga
Morlok, 1994. Pada dasarnya tingkat pelayanan merupakan refleksi kepuasan pengguna terhadap waktu perjalanan, aman, dan nyaman berdasarkan motivasi dan
citra yang didapatkan.
Tingkat pelayanan dapat dipahami dengan mengetahui perilaku konsumen yang dalam perspektif ekonomi tergantung dari pasar, atau sasaran produk yang ditawarkan
Wells dan Prensky 1996, meliputi unsur sebagai berikut: 1.
Psikologis.
Universitas Sumatera Utara
2. Merupakan proses yang terjadi pada masing-masing individu termasuk
didalamnya adalah pemahaman tentang motivasi, persepsi, pengalaman learning, pembentukan perilaku dan pengambilan keputusan.
3. Ekonomi.
4. Merupakan hal yang paling mendasar dalam pembuatan keputusan untuk
memilih secara rasional. 5.
Sosiologi. 6.
Merupakan pemahaman dari sisi sosial, seperti informasi yang didapat dari orang lain, media, termasuk juga karakteristik umum, ras, pekerjaan
dan suku. 7.
Antropologi. 8.
Yaitu pemahaman terhadap kultur dan nilai-nilai masyarakat. 9.
Perilaku Organisasi Organizational Behaviour. 10.
Yaitu pemahaman terhadap selera pasar, perusahaan, atau kebijakan pemerintah yang akan mempengaruhi perilaku individu.
Menurut Manheim 1979 atribut pelayanan moda dapat dibagi dalam empat garis besar, adalah sebagai berikut:
1. Berdasarkan waktu, adalah total waktu tempuh reliabilitasketepatan
waktu, waktu tunggu dan waktu transfer antar moda dan frekuensi pelayanan.
2. Biaya, dalam hal ini adalah biaya langsung tarif, tol, bensin, dan parkir,
biaya pengoperasian bongkar pasang, pemeliharaan, bengkel, biaya tidak langsung asuransi.
Universitas Sumatera Utara
3. Keamanan, dalam hal ini adalah tingkat kecelakaan dan tingkat
kerusakan. 4.
Comfort dan conveniency, adalah tingkat kenyamanan yang diperoleh pelaku perjalanan seperti, jarak berjalan kaki menuju angkutan dan dari
angkutan menuju tujuan, jumlah pergantian moda, kenyamanan dalam kendaraan, kenyamanan psikologis, pelayanan pra dan purna pergerakan.
2.2.2 Persepsi Pengguna
Definisi persepsi adalah “perception is the process by which an individual selects, organizes, and interprets stimuli into a meaningful and coherent picture of
the world”. Pengertian stimuli adalah, input yang mempengaruhi indera manusia. Aspek persepsi dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Seleksi Persepsi Perceptual Selection. Secara tidak sadar manusia
menyeleksi aspek lingkungan stimuli yang diterima. Dipengaruhi oleh pengalaman sebelumnya dari individu yang mempengaruhi harapan dan
motivasi pada saat tersebut. 2.
Pengorganisasian Persepsi Perceptual Organization. Menstimulasi pengalaman-pengalaman manusia, tidak memisahkannya melainkan
mengorganisasikannya dalam sebuah kelompok. Jadi karakteristik yang diterima merupakan fungsi dari stimulus.
3. Interpretasi Persepsi Perceptual Interpretation. Interpretasi merupakan
hasil dari pengorganisasian stimulus, jadi interpretasi merupakan kesukaan yang dipilih oleh konsumen terhadap kualitas suatu barang.
Universitas Sumatera Utara
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi baik secara langsung maupun tidak langsung. Menurut Zeithaml dan Bitner 1996 faktor yang
mempengaruhi persepsi pengguna pada suatu pelayanan adalah Service Encounters, The evidence of Service, Image, serta Price. Hubungan dari faktor-faktor tersebut
dapat dilihat pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapat Penumpang terhadap Pelayanan Zethaml dan Bitner, 1996
a. Service Encounter
Kesan yang penting dari layanan dalam sudut pandang pelanggan terbentuk ketika terjadi kontak langsung antara pelanggan dengan
penyedia jasa. Terdapat tiga jenis kontak pelayanan, a remote Se
Service Quality
Customer Satisfaction
Nilai Perception of
Service Service
Encounters
Price Image
Evidence of service
Universitas Sumatera Utara
encounter, yaitu kontak yang terjadi tanpa adanya hubungan antara pelanggan dan penyedia jasa secara langsung, b phone encounter,
yaitu kontak melalui telepon, dan c face to face encounter, yaitu kontak yang langsung terjadi antara pelanggan dengan penyedia jasa.
Layanan angkutan umum yang akan dibahas yaitu kereta api dan bus adalah termasuk dalam kontak pelayanan face to face yang berarti
variabel waktu menjadi penting. b.
The evidence of Service Merupakan usaha dari pelanggan untuk mencari dan mengetahui
kemampuan dan kehandalan dari suatu penyedia jasa didasarkan atas fakta-fakta tentang layanan yang dapat dipercaya oleh pengguna.
Terdapat tiga variabel yang digunakan, yaitu: a Orang, termasuk kontak personal, pelanggan itu sendiri, dan pelanggan lainnya, b
proses, termasuk proses kegiatan, langkah dalam proses pelayanan, teknologi vs manusia, fleksibilitas vs standar, dan c physical
evidence, termasuk komunikasi nyata, garansi, teknologi dan peralatan. c.
Image Image adalah nilai yang mengendap, merupakan persepsi yang
terorganisir dalam dan direfleksikan ke dalam ingatan pelanggan dapat sangat nyata, misalnya jam kerja angkutan, waktu keberangkatan dan
kedatangan angkutan, dan sebagainya. Citra pada pelanggan dapat juga terjadi dalam bentuk yang kurang konkret dan subjektif pada setiap
pelanggan, misalnya kepercayaan terhadap suatu angkutan umum
Universitas Sumatera Utara
tertentu, kepercayaan terhadap perusahaan operator, tradisi, keamanan, kenyamanan, dan sebagainya. Citra merupakan hasil pengalaman
pelanggan sendiri atau melalui komunikasi dengan pelanggan lain. d.
Price Harga yang muncul yang ditawarkan secara langsung akan
mempengaruhi persepsi pelanggan terhadap kualitas, kepuasan, dan nilai. Kesesuaian antara harga yang ditawarkan dengan tingkat
pelayanan dan diterima akan membentuk karakteristik dari pilihan pelanggan berdasarkan persepsinya.
2.2.3 Variable Supply dan Demand
Model pemilihan moda bertujuan untuk mengetahui probabilitas terpilihnya suatu moda dalam hal ini adalah moda bus dan kereta api. Proses ini dilakukan untuk
mengetahui atribut dan variabel-variabel yang mempengaruhi preferensi pelaku perjalanan untuk pemilihan moda. Pemilihan moda kemungkinan juga dipengaruhi
oleh variabel demand yang berkaitan dengan kondisi sosioekonomi pelaku perjalanan dan variabel supply yang berkaitan dengan tingkat pelayanan yang diberikan oleh
moda transportasi tersebut. Menurut Sucipto 1999, “Variabel yang digunakan untuk menentukan preferensi
antar moda transportasi yang bersaing adalah, perbedaan waktu perjalanan dan biaya perjalanan. Kedua variabel tersebut dapat mewakili dan terukur sebagai indikator
kinerja dari moda transportasi yang bersaing”. Variabel tersebut akan menjadi dasar
Universitas Sumatera Utara
pertimbangan utama bagi pelaku perjalanan dalam memutuskan memilih moda yang digunakan untuk melakukan perjalanan.
2.2.3.1 Variabel Demand Karakteristik Pelaku Perjalanan
Variabel demand yang mempengaruhi pelaku perjalanan antara lain adalah sebagai berikut:
1. Penghasilan income, penghasilan seseorang akan sangat berpengaruh
terhadap pemilihan moda karena orang yang berpenghasilan terbatas biasanya akan memilih moda yang termurah, dibanding dengan orang
yang berpenghasilan tinggi yang akan mempertimbangkan kenyamanan walaupun akan membayar lebih mahal.
2. Umur, faktor umur akan mempengaruhi pemilihan moda angkutan karena
usia yang lanjut akan cenderung memilih angkutan yang nyaman dan kurang memperhatikan waktu tempuh, dibanding dengan usia muda yang
lebih agresif dan sangat memperhitungkan waktu tempuh dan keleluasan. 3.
Jenis kelamin, secara umum jenis kelamin akan mempengaruhi pemilihan moda antara bus dengan kereta api, baik untuk alasan keamanan dan lain-
lain. 4.
Maksud perjalanan, hal ini sangat erat kaitannya dengan pemilihan moda, karena maksud perjalanan akan berhubungan waktu. Misalnya berdagang,
belajar, sekolah, tujuan sosial dan rekreasi akan mempengaruhi pilihan moda angkutan yang akan digunakan. Maksud perjalanan juga dapat
berkaitan erat dengan prestise dan image dari pelaku perjalanan yang
Universitas Sumatera Utara
kemudian akan mempengaruhi pemilihan moda walaupun hal ini masih sangat jarang terjadi di Indonesia. Misalnya untuk tujuan perjalanan
mewakili rapat dengan sebuah perusahaan tertentu, maka akan membangun image dari perusahaan, karyawan dari perusahaan tersebut
diwajibkan menggunakan pesawat udara, dan lain sebagainya.
2.2.3.2 Variabel Supply Karakteristik Sistem Transportasi
Karakteristik sistem transportasi dapat diartikan sebagai keadaan dan bentuk pelayanan yang dapat diberikan oleh penyedia moda transportasi kepada pelaku
perjalanan, antara lain adalah sebagai berikut: 1.
Waktu tunggu di terminal waiting time Merupakan waktu yang harus disediakan pelaku perjalanan mulai sampai
di terminal hingga angkutan yang dipilih berangkat meninggalkan terminal menuju tempat tujuan yang dikehendaki. Lamanya waktu
tunggu untuk masing-masing pelaku perjalanan tidak selalu sama. 2.
Waktu tempuh relatif Waktu tempuh relatif antara moda yang bersaing sangat mempengaruhi
pelaku perjalanan dalam memilih moda. Untuk menentukan waktu relatif masing-masing moda, dapat dilakukan dengan menghitung waktu yang
digunakan dimulai saat perjalanan dari tempat tinggal pelaku perjalanan, waktu menunggu angkutan, dan waktu yang dibutuhkan untuk sampai ke
tempat tujuan dengan angkutan yang dipilih.
Universitas Sumatera Utara
3. Biaya perjalanan
Merupakan biaya yang dikeluarkan oleh pelaku perjalanan mulai dari perjalanan meninggalkan rumah sampai ke tempat tujuan. Besarnya biaya
perjalanan akan mempengaruhi pelaku perjalanan dalam menentukan pemilihan moda angkutan yang digunakan, karena merupakan pilihan
mutlak pengguna untuk mau menggunakan dan membayar biaya sebesar yang dibebankan oleh perusahaan angkutan atau untuk memilih moda
yang lain yang lebih mewakili pengguna. 4.
Tingkat pelayanan Tingkat pelayanan yang ditawarkan kedua moda angkutan bersaing
dipengaruhi oleh beberapa faktor, terutama bersifat subjektif dan sulit diukur seperti : kenyamanan, kemauan pengguna melakukan transfer
moda untuk mencapai tujuan, dan prestise.
2.3 Model Pemilihan Moda 2.3.1 Defenisi Model
Dalam proses perencanaan transportasi, salah satu langkah yang harus kita lalui adalah menganalisis setiap data dan informasi yang relevan sebagai landasan
untuk memprediksi apa yang akan terjadi di masa yang akan datang. Data dan informasi ini bisa berupa data sekunder, yaitu data yang sudah
tersusun yang didapat dari instansi atau badan-badan terkait, namun bisa pula berupa data primer yaitu data dan informasi yang diperoleh dari pengamatan langsung di
lapangan atau di dunia nyata.
Universitas Sumatera Utara
Dunia nyata ini memiliki karakteristik antara lain: 1.
Bersifat kompleks dan beragam. 2.
Memiliki variabel yang cukup banyak. 3.
Cepat berubah, sesuai dengan pergantian waktu dan tempat. 4.
Sangat relatif dan sulit untuk diukur secara absolute. Hal ini menyebabkan data primer, yang diperoleh dari aktifitas mengamati
secara langsung, sulit untuk dianalisis dan tidak dapat dijadikan sebagai dasar prakiraan prediksi kejadian dan hasil-hasil pada masa yang akan datang.
Untuk keperluan prakiraan estimasi atas hasil tersebut, data dan informasi realistis ini perlu disederhanakan dan diringkas seoptimal mungkin, tanpa menyimpang dari
maksud, tujuan, dan substansi dari data dan informasi terkait. Aktifitas meringkas dan menyederhanakan kondisi realistis nyata tersebut dikenal
sebagai aktivitas pemodelan. Dengan demikian, model dapat didefinisikan sebagai berikut:
1. Model adalah suatu representasi ringkas dari kondisi riil dan berwujud
suatu bentuk rancangan yang dapat menjelaskan atau mewakili kondisi riil tersebut untuk suatu tujuan tertentu Black, 1981.
2. Model adalah suatu representasi atau formalisasi dalam bahasa tertentu
yang disepakati dari suatu kondisi tertentu Simatupang, 1995. 3.
Model adalah suatu kerangka utama atau formalisasi informasidata tentang kondisi nyata yang dikumpulkan untuk mempelajarimenganalisis
sistem nyata tersebut Gordon, 1978.
Universitas Sumatera Utara
Adapun peranan model pada transportasi terutama dalam perencanaannya adalah: 1.
Sebagai alat bantu media untuk memahami cara kerja sistem Tamin, 2008.
2. Untuk memudahkan dan memungkinkan dilakukannya perkiraan terhadap hasil-hasil atau akibat-akibat dari langkah-langkahalternatif yang diambil
dalam proses perencanaan dan pemecahan masalah pada masa yang akan datang.
3. Untuk memudahkan kita menggambarkan dan menganalisis realita Miro,
2002.
2.3.2 Model Pemilihan Moda Transportasi
Pemilihan moda transportasi merupakan model terpenting dalam perencanaan transportasi. Hal ini disebabkan karena peran kunci dari angkutan umum dalam
berbagai kebijakan transportasi. Tidak seorangpun dapat menyangkal bahwa moda angkutan umum menggunakan ruang jalan jauh lebih efisien daripada moda angkutan
pribadi. Selain itu, kereta api bawah tanah dan beberapa moda transportasi kereta api lainnya tidak memerlukan ruang jalan raya untuk bergerak sehingga tidak ikut
memacetkan lalu lintas jalan. Model pemilihan moda bertujuan untuk mengetahui proporsi orang yang akan
menggunakan setiap moda. Bruton 1985, mendefinisikan pemilihan moda sebagai pembagian secara proporsional dari semua orang yang melakukan perjalanan
terhadap sarana transportasi yang ada, yang dapat dinyatakan dalam bentuk fraksi, rasio atau prosentase terhadap jumlah total perjalanan. Pada analisa pemilihan moda,
Universitas Sumatera Utara
diestimasi jumlah orang yang menggunakan masing-masing sarana transportasi, seperti kendaraan pribadi, bus, kereta api dan angkutan umum lainnya. Proses ini
dilakukan dengan maksud untuk mengkalibrasi model pemilihan moda pada tahun dasar dengan mengetahui peubah atribut yang mempengaruhi pemilihan moda
tersebut. Setelah dilakukan proses kalibrasi, model dapat digunakan untuk meramalkan pemilihan moda dengan menggunakan nilai peubah bebas atribut untuk
masa mendatang. Jika interaksi terjadi antara dua tata guna lahan di suatu kota, seseorang akan
memutuskan bagaimana interaksi tersebut dilakukan. Dalam kebanyakan, pilihan pertama adalah dengan menggunakan telepon atau pos karena hal ini akan
menghindarkan terjadinya perjalanan, akan tetapi biasanya interaksi tersebut mengharuskan terjadinya perjalanan, akan tetapi biasanya interaksi tersebut
mengharuskan terjadinya perjalanan, dalam hal ini keputusan harus ditentukan dalam hal pemilihan moda yang mana. Beberapa prosedur pemilihan moda memodelkan
pergerakan dengan hanya dua buah moda transportasi, yaitu angkutan umum dan
angkutan pribadi Tamin, 2008.
2.3.3 Model Peluang Pemilihan Moda
Dalam memodelkan peluang pemilihan moda transportasi, ada beberapa jenis model yang dapat digunakan Miro, 2002. Diantaranya adalah:
1. Model jenis I
Dalam pendekatan ini, proses menghitung bangkitan tarikan bersamaan dilakukan dengan proses pemilihan moda. Angkutan umum langsung dipisahkan
Universitas Sumatera Utara
dengan angkutan pribadi dan kemudian setiap moda selama tahapan proses pemodelan sudah dianalisis terpisah. Biasanya untuk model bangkitan pergerakan
digunakan model analisis regresi ataupun kategori.
Gambar 2.2 Bangkitan Pergerakan bersamaan dengan Pemilihan Moda Diikuti Sebaran Pergerakan
2. Model jenis II Dalam model ini, setiap moda dianggap bersaing dalam mencari penumpang.
Sehingga ada sesuatu penentu yang menjadi faktor dalam mempengaruhi hal tersebut, yaitu pemilihan moda. Biasa digunakan bukan untuk angkutan umum, namun untuk
perencanaan angkutan jalan raya. Dengan adanya pengabaian angkutan umum, maka pemfokusannya lebih kepada sebaran pergerakan angkutan pribadi. Model ini dimulai
dengan tahap perhitungan bangkitan tarikan terlebih dahulu, lalu dilanjutkan dengan pemilihan moda. Baru setelah itu mencari sebaran pergerakan dan terakhir adalah
pemilihan rute. G = bangkitan pergerakan
A = pemilihan rute MS = pemilihan moda
D = sebaran pergerakan
D A
G-MS
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.3 Bangkitan Pergerakan Diikuti Pemilihan Moda
3. Model jenis III Model jenis III ini memperlihatkan bahwa tahapan bangkitan pergerakan dan
pemilihan rute ikut dalam penentuan pemilihan moda. Sebaran pergerakan dan pemilihan moda dapat diletakkan dimana saja antara tahapan bangkitan pergerakan
dan pemilihan rute. Sehingga urutan tahapannya dapat berupa seperti ini. Model jenis ini mengkombinasikan antara model gravity dengan model pemilihan
moda.
Gambar 2.4 Bangkitan Pergerakan diikuti Pemilihan Rute Bersamaan Sebaran Pergerakan
G = bangkitan pergerakan A = pemilihan rute
MS = pemilihan moda D = sebaran pergerakan
G
MS-D
A G = bangkitan pergerakan
A = pemilihan rute MS = pemilihan moda
D = sebaran pergerakan G
MS D
A
Universitas Sumatera Utara
4. Model jenis IV
Model ini menggunakan kurva diversi, persamaan regresi ataupun variasi model III. Dalam model ini, digunakan selisih hambatan antara moda yang bersaing.
Misalnya suatu moda dapat bergerak empat kali lebih cepat dari moda lainnya, dan sebagainya. Model ini menjamin apabila nisbah atau selisih hambatan antara
angkutan umum dengan angkutan pribadi sama dengan 1, maka masing-masing moda memiliki peluang yang sama yaitu 50 : 50. Namun walaupun begitu, tentu masih
ada faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi seseorang untuk memilih jenis moda transportasi.
Gambar 2.5 Bangkitan Pergerakan Diikuti Sebaran Pergerakan
2.3.4 Prosedur Pemilihan Moda
Beberapa prosedur pemilihan moda memodel pergerakan dengan hanya dua buah moda transportasi: angkutan umum dan angkutan pribadi. Di beberapa negara
Barat terdapat pilihan lebih dari dua moda, misalnya, London mempunyai kereta api bawah tanah, kereta api, bus, dan mobil. Di Indonesia terdapat beberapa jenis moda
G
D MS
A G = bangkitan pergerakan
A = pemilihan rute MS = pemilihan moda
D = sebaran pergerakan
Universitas Sumatera Utara
kendaraan bermotor termasuk ojek di tambah becak dan berjalan kaki. Pejalan kaki termasuk penting di Indonesia. Jones dalam Tamin 2008 menekankan dua
pendekatan umum tentang analisis sistem dengan dua buah moda seperti terlihat pada Gambar 2.6.
Gambar 2.6 Proses Pemilihan Dua Moda Tamin, 2008
Gambar A mengasumsikan pemakai jalan membuat pilihan antara bergerak dan tidak bergerak. Jika diputuskan untuk membuat pergerakan, pertanyaannya
adalah dengan angkutan umum atau pribadi. Jika angkutan umum yang dipilih, pertanyaan selanjutnya apakah bus atau kereta api.
Sedangkan pada Gambar B mengasumsikan bahwa begitu keputusan menggunakan kendaraan diambil, pemakai jalan memilih moda yang tersedia. Model
pemilihan moda yang berbeda tergantung pada jenis keputusan yang diambil. Gambar sebelah kiri lebih sederhana dan mungkin lebih cocok untuk kondisi di Indonesia.
Akan tetapi, khusus untuk Indonesia, pendekatan yang lebih cocok adalah seperti yang diperlihatkan pada Gambar 2.7.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.7 Proses Pemilihan Moda untuk Indonesia Tamin, 2008 Faktor yang dapat mempengaruhi pemilihan moda ini menurut Ben-Akiva dan
Lerman dapat dikelompokkan menjadi empat Tamin, 2008: 1.
Ciri pengguna jalan Beberapa faktor berikut ini diyakini akan sangat mempengaruhi pemilihan
moda:
Universitas Sumatera Utara
a. Ketersediaan atau pemilikan kendaraan pribadi, semakin tinggi
pemilikan kendaraan pribadi akan semakin kecil pula ketergantungan pada angkutan umum.
b. Pemilikan Surat Izin Mengemudi SIM.
c. Struktur rumah tangga pasangan muda, keluarga, dengan anak,
pensiun, bujangan, dan lain-lain. d.
Pendapatan, semakin tinggi pendapatan akan semakin besar peluang menggunakan mobil pribadi.
e. Faktor lain, misalnya keharusan menggunakan mobil ke tempat
bekerja dan keperluan mengantar anak sekolah. 2.
Ciri Pergerakan Pemilihan moda juga akan sangat dipengaruhi oleh:
a. Tujuan pergerakan
Contohnya, pergerakan ke tempat kerja di negara maju biasanya lebih mudah dengan memakai angkutan umum, karena ketepatan waktu dan
tingkat pelayanannya sangat baik dan ongkosnya relatif lebih murah dibandingkan dengan angkutan pribadi mobil. Namun sebaliknya di
negara sedang berkembang, orang masih tetap menggunakan mobil pribadi ke tempat kerja, meskipun lebih mahal, karena ketepatan
waktu, kenyamanan, dan lain-lainnya tidak dapat dipenuhi oleh angkutan umum.
Universitas Sumatera Utara
b. Waktu terjadinya pergerakan
Kalau kita ingin bergerak pada tengah malam, kita pasti membutuhkan kendaraan pribadi, karena pada saat itu angkutan umum tidak atau
jarang beroperasi. c.
Jarak perjalanan Semakin jauh perjalanan, kita semakin cenderung memilih angkutan
umum dibandingkan dengan angkutan pribadi. Contohmya, untuk bepergian dari Jakarta ke Surabaya, meskipun mempunyai mobil
pribadi, kita cenderung menggunakan angkutan umum pesawat, kereta api dan bus karena jaraknya yang sangat jauh.
3. Ciri fasilitas moda transportasi Hal ini dapat dikelompokkan menjadi dua kategori. Pertama, faktor
kuantitatif seperti: a.
Waktu perjalanan, waktu menunggu di tempat pemberhentian bus, waktu berjalan kaki ke tempat pemberhentian bus, waktu selama
bergerak, dan lain-lain. b.
Biaya transportasi tarif, biaya bahan bakar, dan lain-lain. c.
Ketersediaan ruang dan tarif parkir. Faktor kedua bersifat kualitatif yang cukup sukar menghitungnya, meliputi
kenyamanan dan keamanan, keandalan dan keteraturan, dan lain-lain.
Universitas Sumatera Utara
4. Ciri Kota atau Zona Beberapa karakteristik yang dapat mempengaruhi pemilihan moda adalah
jarak dari pusat kota dan kepadatan penduduk. Kelompok ini terdiri dari variabel yang mulai jarang digunakan. Pada studi-studi terdahulu, terlihat
bahwa variabel tersebut mempunyai korelasi dengan pemilihan moda, tetapi sering merupakan variabel-variabel yang tidak sesuai karena tidak
menerangkan bagaimana suatu moda tertentu dipilih.
2.4 Pendekatan Model Pemilihan Moda
Model pemilihan moda dalam studi ini berfungsi untuk mengetahui proporsi orang yang akan menggunakan jenis moda transportasi. Proses ini dilakukan dengan
maksud untuk mengkalibrasi model pemilihan moda pada tahun dasar dengan mengetahui peubah bebas atribut yang mempengaruhi pemilihan moda tersebut.
Jika hubungan antara atribut bebas dan atribut terikat sudah didapatkan dari persamaan model, persamaan ini nantinya akan dapat meramalkan pemilihan moda
untuk masa yang akan datang dengan hanya mengetahui selisih masing-masing peubah bebas atribut antara kedua moda transportasi.
Model pendekatan yang dilakukan dalam studi ini dilakukan dengan pendekatan model diskret Discrete Choice Model. Menurut Tamin 2008 secara umum model
pemilihan diskret dinyatakan sebagai peluang setiap individu memilih suatu pilihan merupakan fungsi ciri sosioekonomi dan daya tarik pilihan tersebut. Hipotesa yang
mendukung model pemilihan model diskret adalah berkenaan dengan situasi pilihan, yaitu pilihan individu terhadap setiap alternatif yang dapat dinyatakan dengan ukuran
Universitas Sumatera Utara
daya tarik atau manfaat. Nilai kepuasan pelaku perjalanan dalam menggunakan moda transportasi alternatif, dipengaruhi oleh variabel-variabel yang dianggap memiliki
hubungan yang kuat dengan perilaku pelaku perjalanan. Bentuk dan hubungan dapat dilihat melalui fungsi utilitas berikut:
U = fV
1
, V
2
, V
3
,…, V
n
2.1 dimana:
U = Nilai kepuasan pelaku perjalanan menggunakan moda transportasi.
V
1
– V
n
= Variabel-variabel yang dianggap berpengaruh terhadap nilai kepuasan menggunakan moda transportasi tertentu.
f = Hubungan fungsional. Untuk merumuskan perilaku individu dalam memilih moda angkutan ke dalam
pendekatan model pemilihan moda transportasi, dapat dilakukan dengan beberapa cara pendekatan. Sebenarnya kegiatan menentukan dan mengamati perilaku pelaku
perjalanan melalui fungsi utilitas seperti model di atas dapat dilakukan dengan dua pendekatan. Pendekatan apa yang kita gunakan sangat menentukan model pilihan
probabilitas apa yang kita gunakan. Kedua pendekatan tersebut : 1.
Pendekatan Agregat Pendekatan agregat adalah pendekatan yang menganalisis perilaku pelaku
perjalanan secara menyeluruh. Menurut Manheim 1979 pendekatan agregat dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:
a. Membagi objek pengamatan atas beberapa kelompok yang mempunyai
karakteristik elemen yang relatif homogen sama.
Universitas Sumatera Utara
b. Melakukan agregasi dari data-data disagregat, dimana fungsi untuk
suatu kelompok tertentu dapat diturunkan dari fungsi utilitas individu sebagai anggota pada kelompok tersebut.
2. Pendekatan Disagregat
Pendekatan disagregat adalah pendekatan yang menganalisis perilaku pelaku perjalanan secara individu. Hal ini mencakup bagaimana merumuskan tingkah laku
individu ke dalam model kebutuhan transportasi. Pendekatan disagregat dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:
a. Disagregat Deterministik
Pendekatan ini dilakukan kalau pelaku perjalanan mampu mengidentifikasi semua alternatif moda yang ada, dan menggunakan
seluruh informasi untuk mengambil keputusan. Bentuk modelnya adalah model persamaan linier berganda tanpa unsur kesalahan error
seperti persamaan berikut ini: U
i
= a + b
1
T + b
2
X + b
3
C 2.2
dimana: U
i
= nilai kepuasan menggunakan moda i a = konstanta
T = variabel waktu di atas kendaraan X = variabel waktu di luar kendaraan
C = variabel ongkos transportasi b
1
-b
3
= parameter fungsi kepuasan untuk masing-masing variabel tersebut koefisien regresi.
Universitas Sumatera Utara
b. Disagregat Stokastik
Pada pendekatan ini, nilai kepuasan lebih realistis karena mempertimbangkan unsur-unsur yang tidak teramati yang terjadi di
dunia nyata. Jadi ini berbeda dengan pendekatan disagregat deterministik seperti persamaan 2.2 di atas yang terlalu teoritis, yang
tidak memasukkan unsur yang tidak teramati. Seluruh unsur yang tidak teramati yang terjadi di dunia nyata, pendekatan ini diwakili oleh unsur
error kesalahan yang bersifat acak random atau bersifat stokastik, sehingga modelnya menjadi:
U
m
= β + β
1tm
+ β
2um
+ β
3vm
+ en 2.3 dimana:
Um = nilai fungsi kepuasan menggunakan moda m
tm-vm
= nilai fungsi kepuasan menggunakan moda m β
1
- β
3
= nilai fungsi kepuasan menggunakan moda m en = faktor kesalahan atau unsur stokastik, yaitu variable
random yang mengikuti bentuk distribusi tertentu. β
= konstanta karakteristik nilai kepuasan alternatif, apabila seluruh variabel tm sd vm bernilai nol.
Peramalan dikatakan relatif tepat, apabila nilai en sekurang-kurangnya mendekati nol seminimal mungkin atau en = 0.
Universitas Sumatera Utara
2.5 Model Pemilihan Diskret
Akiva dan Lerman 1985 dalam bukunya “Discrete Choice Analysis : Theory and Application to Travel Demand” lebih menekankan model ini pada analisis
pilihan konsumen untuk memaksimalkan kepuasannya dalam mengkonsumsi pelayanan yang diberikan oleh suatu moda transportasi pilihan. Sang konsumen,
sebagai seorang pembuat keputusan, akan menyeleksi berbagai alternatif dan memutuskan memilih moda transportasi yang memiliki nilai kepuasan tertinggi.
Prosedur model ini diawali dengan menentukan nilai-nilai parameter koefisien regresi dari sebuah fungsi kepuasan yang dipengaruhi oleh beberapa
variabel bebas. Model ini untuk pertama kali diterapkan dalam transportasi, disebut sebagai model pilihan biner binary choice model. Prosedur awal fungsi kepuasan
dari model ini menurutnya banyak memakai kalibrasianalisis statistik dan ekonometrik. Sebuah contoh umum fungsi kepuasan dapat dilihat seperti V
in
= fX
in
atau V
jn
= fX
jn
. dimana :
V
in
dan V
jn
= nilai kepuasan konsumen yang mencerminkan perilaku konsumen consumen behavior.
X
in
dan X
jn
= variabel yang berpengaruh terhadap perilakunya untuk memaksimalkan kepuasannya.
f = fungsi matematis. Sehingga persamaan regresi fungsi kepuasan dimaksud dapat kita bentuk menjadi:
V
in
U = β
1
X
in1
+ β
2
X
in2
+ …+ β
k
X
ink
2.4 dimana:
Universitas Sumatera Utara
V
in
U = nilai kepuasan konsumen memakai moda i maksimum kepuasan.
X
in1
sd X
ink
= sekelompok variabel bebas yang mempengaruhi kepuasan maksimum.
β
1
sd β
k
= koefisien regresiparameter variabel bebas. Setelah nilai V
in
U didapat, juga nilai V
jn
U didapat. Selanjutnya kita masukkan nilai tersebut ke dalam beberapa model pilihan diskret diantaranya:
1. Model Logit Biner
Bentuk model ini adalah sebagai berikut: Pi =
xjn xin
xin
e e
e
β β
β
+ =
1 1
xjn xin
e
− −
+
β
2.5 dimana:
Pi = Probabilitas peluang moda i untuk dipilih. β
xin
, β
xjn
= Nilai parameter atau nilai kepuasan menggunakan moda i dan moda j.
e = eksponensial.
Model logit biner ini hanya berlaku untuk pilihan 2 moda transportasi alternatif moda i dan j.
2. Model Probit Biner
Juga untuk 2 moda alternatif, tetapi model ini menekankan untuk menyamakan peluang kemungkinan individu untuk memilih moda 1, bukan moda 2 dan berusaha
Universitas Sumatera Utara
menghubungkan variabel bebas yang mempengaruhi, misalnya biaya cost dan variabel ini harus berdistribusi normal. Bentuknya adalah:
P
1
= ФGk 2.6
dimana: P
1
= Peluang moda 1 untuk dipilih. Ф = Kumulatif standar normal dari tabel.
Gk = Nilai manfaat moda 1. Sedangkan P
2
, sebagai konsekuensinya akan menjadi 1 – P
1
.
2.5.1 Utilitas
Utilitas dapat didefenisikan sebagai ukuran istimewa seseorang dalam menentukan pilihan alternatif terbaiknya atau sesuatu yang dimaksimumkan oleh
setiap individu seseorang. Bentuk fungsi utilitas sulit untuk diasumsikan, oleh karena itu dengan alasan kemudahan dalam perhitungan maka fungsi utilitas sering
dipresentasikan sebagai parameter-parameter linier. Utilitas suatu moda angkutan penumpang bagi individu tertentu jadi dipresentasikan sebagai fungsi atribut-atribut,
misalnya waktu perjalanan, biaya ongkos yang dikeluarkan, kenyamanan pelayanan di stasiun, jadwal keberangkatan, waktu menuju stasiun.
Dalam memodelkan pemilihan moda, maka utilitas dari suatu pilihan bagi individu dapat dituliskan sebagai berikut:
U
in
= β
1
xin
1
+ β
2
xin
2
+ β
3
xin
3
+… + β
n
xin
n
2.7 dimana:
U
in
= utilitas alternatif i bagi pembuat keputusan n.
Universitas Sumatera Utara
β
1
,β
2
,β
3
,β
n
= koefisien-koefisien dari data yang disediakan. xin
1
,xin
2
,xin
3
,xin
n
= sejumlah variabel yang menerangkan atribut- atribut bagi pembuat keputusan.
2.6 Utilitas Acak
Dasar teori, kerangka, atau paradigma dalam menghasilkan model pemilihan diskret adalah teori utilitas acak. Domenicich, McFadden dan William
mengemukakan hal berikut Tamin, 2008:
1. Individu yang berada dalam suatu populasi secara rasional dan memiliki
informasi yang tetap sehingga biasanya dapat menentukan pilihan yang dapat memaksimumkan utilitas individunya masing-masing sesuai dengan
batasan, hukum, sosial, fisik dan uang. 2.
Terdapat unsur parameter A = A
1
, A
2
, …, X
1
alternatif yang mempengaruhi pemilihan moda yang dirumuskan dalam fungsi pemilihan
yang dapat berbentuk fungsi deterministik sebagai berikut: V
in
= A
1
.X
1
Apabila nilai utilitas memberikan harga yang maksimum, maka pilihan akan jatuh pada alternatif i.
3. Setiap pilihan memberikan utilitas U untuk setiap individu n. pemodelan
yang juga merupakan pengamat sistem tersebut tidak mempunyai informasi yang lengkap tentang semua unsur yang dipertimbangkan oleh setiap
individu yang menentukan pilihan. Sehingga dalam membuat model diasumsikan bahwa U dapat dinyatakan
dalam 2 komponen, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
a. V
in
yang terukur sebagai fungsi dari atribut terukur deterministik. b.
Bagian acak є
in
yang mencerminkan hal tertentu dari setiap individu termasuk kesalahan yang dilakukan oleh pemodelan.
U
in
= V
in
+ є
in
2.8 dimana:
U
in
= Utilitas alternatif i bagi pembuat keputusan n. V
in
= Fungsi deterministik utilitas moda i bagi individu n. Є
in
= Kesalahan acak random error komponen statistik. Dalam pemilihan deterministik di atas, nilai utilitas bersifat pasti constant utility.
Hal ini terjadi dengan asumsi si pengambil keputusan mengetahui secara pasti semua atribut yang berpengaruh terhadap utilitas setiap moda alternatif dan pengambilan
keputusan tersebut memiliki informasi serta kemampuan menghitung nyaris sempurna pada atribut tersebut. Asumsi ini tentunya sulit diterima dalam praktek
sehari-hari sehingga penggunaannya sangat terbatas. Masalah di atas dapat diatasi oleh Manski Ben-Akiva, 1985, dengan adanya
konsep utilitas acak random utility dimana terdapat 4 hal yang menyebabkan terjadinya keacakan tersebut, yaitu:
1. Adanya atribut yang tidak teramati.
2. Adanya variasi cita rasa individu yang teramati.
3. Adanya kesalahan pengukuran karena informasi dan perhitungan yang
tidak sempurna. 4.
Adanya variabel acak yang bersifat instrumental.
Universitas Sumatera Utara
Untuk persamaan di atas dapat dijelaskan hal-hal yang tidak rasional. Misalnya, ada 2 individu dengan atribut yang sama dan mempunyai set pilihan yang
sama mungkin memilih pilihan yang berbeda dan beberapa individu tidak selalu memilih alternatif terbaik.
2.7 Teknik Stated Preference SP
Stated Preference SP merupakan sebuah pendekatan eksperimen kontrol sistem transportasi yang dibuat dengan mengadakan hipotesis situasi perjalanan, yang
mengacu pada pendekatan dengan menggunakan pendapat responden dalam menghadapi berbagai pilihan alternatif. Teknik SP menawarkan sebuah teknik untuk
menyediakan informasi tentang permintaan dan perilaku perjalanan dengan baik untuk suatu pengeluaran tertentu dengan alasan tertentu. Teknik SP mengacu pada
suatu pendekatan yang menyatakan suatu pendekatan yang menggunakan pernyataan mengenai bagaimana responden memberikan respon terhadap situasi yang berbeda
atau berubah. Teknik Stated Preference mulai diperkenalkan pada tahun 70-an. Teknik
Stated Preference ini mendasarkan estimasi permintaan pada sebuah analisis respon terhadap pilihan yang sifatnya hipotetikal, hal ini dapat mencakup atribut-atribut dan
kondisi-kondisi dalam lingkup yang lebih luas daripada sistem yang sifatnya nyata. Selanjutnya responden ditanya mengenai pilihan apa yang mereka inginkan untuk
melakukan sesuatu atau bagaimana mereka membuat rankingrating atau pilihan tertentu di dalam satu atau berbagai situasi dugaan Supriyanto, M.A., 2003.
Universitas Sumatera Utara
Metode ini telah secara luas dipergunakan dalam bidang transportasi karena metode ini dapat mengukurmemperkirakan bagaimana masyarakat memilih moda
perjalanan yang belum ada atau melihat bagaimana reaksi mereka bereaksi terhadap suatu peraturan baru. Menurut definisinya Stated Preference berarti pernyataan
preferensi tentang suatu alternatif dibanding alternatif-alternatif yang lain. Teknik stated preference dicirikan oleh adanya penggunaan desain
eksperimen untuk membangun alternatif hipotesa terhadap situasi hypothetical situation yang kemudian disajikan kepada responden. Selanjutnya responden ditanya
mengenai pilihan apa yang mereka inginkan untuk melakukan sesuatu atau bagaimana mereka membuat rankingrating tertentu di dalam satu atau beberapa
situasi dugaan. Sifat utama dari stated preference survai adalah sebagai berikut Ortuzar dan
Willumsen, 2001: 1.
Stated preference didasarkan pada pernyataan pendapat responden tentang bagaimana respon mereka terhadap beberapa alternatif hipotesa.
2. Setiap pilihan direpresentasikan sebagai ‘paket dari atribut’ dari atribut
yang berbeda seperti waktu, ongkos, headway, reliability dan lain-lain. 3.
Peneliti membuat alternatif hipotesa sedemikian rupa sehingga pengaruh individu pada setiap atribut dapat diestimasi, ini diperoleh dengan teknik
desain eksperimen experimental design. 4.
Alat interview questionare harus memberikan alternatif hipotesa yang dapat dimengerti oleh responden, tersusun rapi dan dapat masuk akal.
Universitas Sumatera Utara
5. Responden menyatakan pendapatnya pada setiap pilihan option dengan
melakukan ranking, rating dan choice pendapat terbaiknya dari sepasang atau sekelompok pernyataan.
6. Respon sebagai jawaban yang diberikan oleh individu dianalisa untuk
mendapatkan ukuran secara quantitatif mengenai hal yang penting relatif pada setiap atribut.
Kemampuan penggunaan stated preference terletak pada kebebasan membuat desain eksperimen dalam upaya menemukan variasi yang luas bagi keperluan
penelitian. Kemampuan ini harus diimbangi oleh keperluan untuk memastikan bahwa respon yang diberikan cukup realistis.
Untuk membangun keseimbangan dalam penggunaan stated preference, dibuat tahapan-tahapan sebagai berikut, Ortuzar dan Willumsen, 2001:
1. Identifikasi atribut kunci dari setiap alternatif dan buat ‘paket’ yang
mengandung pilihan, seluruh atribut penting harus direpresentasikan dan pilihan harus dapat diterima dan realistis.
2. Cara di dalam memilih akan disampaikan kepada responden dan responden
diperkenankan untuk mengekspresikan apa yang lebih disukainya. Bentuk penyampaian alternatif harus mudah dimengerti, dalam konteks
pengalaman responden dan dibatasi. 3.
Strategi sampel harus dilakukan untuk menjamin perolehan data yang representatif.
Universitas Sumatera Utara
Data Stated Preference SP memiliki beberapa perbedaan karakteristik tertentu dibandingkan dengan Revealed Preference RP dalam mengembangkan
model. Perbedaan tersebut antara lain:
1. Data RP memiliki pengertian yang sesuai dengan perilaku nyata, tetapi data
SP mungkin berbeda dengan perilaku nyatanya. 2.
Meode SP secara langsung dapat diterapkan untuk perencanaan alternatif yang baru non existing.
3. Pertukaran trade off diantara atribut lebih jelas dan dapat diobservasi dari
data SP dan nilai koefisien spesifik individu dapat diperkirakan dari data SP.
4. Format pilihan respon dapat bervariasi misalnya memilih salah satu
ranking, rating dan choice, sedangkan format pilihan untuk RP hanya choice.
Beberapa alasan mengenai penggunaan metode preferensi, yaitu: 1.
Dapat mengukur preferensi masyarakat terhadap alternatif baru yang akan dioperasikan berdasarkan kondisi hipotetik.
2. Variabel yang digunakan bisa bersifat kuantitatif dan juga kualitatif, serta
tidak menduga-duga variabel yang digunakan untuk membangun model, karena variabel yang akan digunakan untuk membangun model telah
ditentukan terlebih dahulu yaitu pada saat menyusun hypothetical condition.
Universitas Sumatera Utara
2.7.1 Identifikasi Pilihan Identification of Preference
Terdapat 3 tiga teknikcara untuk mengetahui dan mengumpulkan informasi mengenai preference responden terhadap alternatif pilihan yang ditawarkan yaitu,
Ortuzar dan Willumsen, 2001: 1.
Ranking responses: seluruh pilihan pendapat disampaikan kepada responden, kemudian responden diminta untuk merankingnya sehingga
merupakan nilai hierarki dari utilitas. 2.
Rating techniques: responden mengekspresikan tingkat pilihan terbaiknya dengan menggunakan aturan skala. Biasanya dipakai antara 1 sampai 10
dengan disertakan label spesifik sebagai angka kunci, contoh 1 = sangat tidak suka, 5 = tidak peduli, 10 = sangat disukai. Pilihan terbaik individu
yang didapat kemudian diterjemahkan ke dalam skala kardinal. 3.
Choice experiment: responden memilih pilihan yang lebih disukainya preference dari beberapa alternatif dua atau lebih dalam sekumpulan
pilihan. Hal ini analog dengan survei Revealed Preference, kecuali untuk kenyataan bahawa alternatif dan pilihan keduanya adalah hipotesa. Pada
akhir kuesioner responden ditawarkan skala semantik makna. Beberapa tipe yang digunakan adalah sebagai berikut:
a. Tentu lebih suka pilihan pertama.
b. Kemungkinan menyukai pilihan pertama.
c. Tidak dapat memilih berimbang.
d. Kemungkinan menyukai pilihan kedua.
e. Tentu lebih suka pilihan kedua.
Universitas Sumatera Utara
2.7.2 Perilaku perjalanan
Teknik Stated Preference menyediakan informasi tentang bobot pengaruh atribut-atribut yang menentukan perilaku seseorang dalam membuat keputusan.
Proses yang mendasari perilaku perjalanan ditampilkan pada Gambar 2.8. Diagram ini membedakan antara elemen-elemen yang berasal dari luar eksternal, misalnya
atribut-atribut alternatif perjalanan, batasan situasi dan yang berasal dari dalam internal, misalnya persepsi atau preferensi.
Gambar 2.8 Komponen Perilaku Konsumen Pearmain dan Kroes, 1990
Elemen tak teramati Elemen teramati
Karakteristik pengalaman sosioekonomi
Atribut-atribut alternatif perjalanan
Informasi alternatif perjalanan
Persepsi kepercayaan
Sikap
Pilihan
Maksud
Kendala-kendala situasi pada konsumen
Perilaku Perjalanan Kendala-kendala pada
alternatif yang ada
Universitas Sumatera Utara
Elemen yang berasal dari luar memberikan batasan-batasan terhadap perilaku pasar, sedangkan yang berasal dari dalam menggambarkan pengertian konsumen
terhadap pilihan mereka mengikuti strategi-strategi tertentu. Elemen eksternal merupakan elemen yang dapat diamati, masalah yang muncul adalah menetapkan
ukuran yang pantas. Elemen internal merupakan elemen yang tidak teramati. Keberadaan dan pengaruh mereka dapat diprediksi melalui aplikasi dari suatu
teknik pengamatan secara kuantitatif, seperti teknik Stated Preference, terhadap kondisi pilihan suka atau tidak suka terhadap masing-masing pilihan dan perilaku.
Kelebihan metode survei dengan teknik stated preference terletak pada kebebasannya untuk melakukan desain pertanyaan untuk berbagai situasi dalam
rangka memenuhi kebutuhan penelitian yang diperlukan.
2.7.3 Analisis Data Stated Preference
Utilitas yang diukur dengan teknik stated preference dideskripsikan sebagai utilitas tidak langsung indirect utility. Nilai utilitas diketahui dengan melakukan
pengukuran terhadap atribut-atribut suatu produk yang diprediksikan memberikan kepuasan produk tersebut, sehingga berfungsi untuk merefleksikan pengaruh pilihan
responden pada seluruh atribut yang termasuk dalam stated preference, dan model matematik yang diturunkan dari data stated preference akan mencerminkan hipotesa
dari peneliti: Utilitas biasa didefenisikan sebagai kombinasi linier dari beberapa atribut dan
variabel yang mempunyai bentuk sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
n n
x a
x a
a Un
+ +
+ =
...
1 1
2.9 dimana:
�n = Utilitas pilihan n. �
,..., �
�
= Parameter model. �
,..., �
�
= Nilai atribut. Dengan menentukan estimasi nilai
� sampai
�
�
dimana nilai-nilai tersebut sebagai bobot pilihan atau komponen utilitas, dapat diketahui efek relatif setiap
atribut pada seluruh utilitas. Setelah komponen utilitas dapat diestimasi, maka selanjutnya dapat digunakan
untuk berbagai tujuan, seperti menentukan kepentingan relatif dari atribut yang termasuk dalam eksperimen dan menentukan fungsi utilitas untuk peramalan model.
Terdapat beberapa cara yang secara keseluruhan dapat menentukan komponen utilitas. Empat teknik analisis stated preference adalah:
1. Naive atau metode grafik Naive atau metode grafik digunakan sangat sederhana dengan pendekatan
yang didasarkan pada prinsip bahwa tiap level dari tiap atribut sering muncul sama-sama dalam desain eksperimen tertentu, sehingga beberapa
ciri utilitas relatif dari pasangan level atribut tersebut dapat ditentukan dengan menghitung rata-rata mean nilai rangking, rating atau choice
setiap pilihan yang telah dimasukkan dalam level tersebut, dan membandingkannya dengan rata-rata mean yang sama untuk level dan
atribut lain.
Universitas Sumatera Utara
Kenyataannya, plotting nilai rata-rata ini pada grafik sering memberikan ciri yang sangat berguna tentang penting relatif dari berbagai atribut yang
termasuk dalam eksperimen. Model ini tidak menggunakan teori statistik dan oleh karena itu gagal dalam memberikan indikasi hasil statistik yang
signifikan. 2. Analisa Monotonic Variance
Metode ini menggunakan pendekatan yang digunakan untuk skala non metrik. Metoda ini sangat cocok untuk menganalisis data dalam bentuk
ranking pilihan yang diperoleh dengan eksperimen Stated Preference. Akan tetapi kurang dapat diandalkan dalam hasil tes kesesuaian goodness
to fit sehingga jarang digunakan. 3. Metode Regresi
Teknik regresi secara luas digunakan dalam pemodelan transportasi. Dalam penggunaan analisa Stated Preference, teknik regresi digunakan pada
pilihan rating. Pengolahan data dilakukan untuk mendapatkan hubungan kuantitatif antara sekumpulan atribut dan respon individu.
Hubungan tersebut dinyatakan dalam bentuk persamaan linier sebagai berikut:
k k
x a
x a
x a
a y
+ +
+ +
= ...
2 2
1 1
2.10 Dimana y adalah respon individu,
�
1
, �
2
,..., �
�
adalah atribut pelayanan, �
adalah konstanta dan �
1
, �
2
,..., �
�
adalah parameter model. Residual untuk setiap kejadian dirumuskan sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
� = y = � +
�
1
�
1
+ �
2
�
2
+ ⋯+ �
�
�
�
2.11 Dan jumlah kuadrat residual untuk sejumlah n observasi adalah :
Σ�
2
= y = Σ [� − �
+ �
1
�
1
+ �
2
�
2
+ ⋯+ �
�
�
�
]
2
2.12 Menggunakan prinsip kuadr
at terkecil, dengan meminimalkan nilai Σ�
2
, diperoleh jika turunan parsial Σ�
2
berturut-turut terhadap �
, �
1
, �
2
,.. �
�
adalah sama dengan nol. Dengan langkah ini maka akan diperoleh k+1 persamaan dengan sejumlah
k+1 koefisien regresi, sehingga masing-masing koefisien regresi dapat ditentukan.
4. Analisa Logit dan Probit Metode analisis yang diperkirakan, paling banyak digunakan dalam praktek
adalah model Unit Probabilitas Logistik. Untuk membangun model probabilitas ini, perlu dibuat asumsi-asumsi bahwa komponen random:
a. Berdistribusi secara independen. b. Berdistribusi secara identik.
c. Mengikuti distribusi Gumbell.
2.8 Model Logit Biner
Pada dasarnya perilaku agregat individu dalam memilih jasa transportasi sepenuhnya merupakan hasil keputusan setiap individu. Pelaku perjalanan
dihadapkan pada berbagai alternatif baik berupa alternatif tujuan perjalanan, moda angkutan, maupun rute perjalanan.
Universitas Sumatera Utara
Sehubungan dengan proses pemilihan perjalanan ini, dalam diri individu pelaku perjalanan terdapat hierarki pemilihan seperti terlihat pada Gambar 2.9.
Gambar 2.9 Hierarki Keputusan Perjalanan Individu Manheim, 1979
Hierarki pemilihan tertinggi adalah aspirasi gaya hidup yang tercermin pada pola kegiatan yang diinginkan. Selanjutnya untuk melakukan aktivitas tertentu, setiap
individu harus berada pada lokasi tertentu. Selanjutnya hal ini akan mengarahkan individu untuk berada pada lokasi tertentu. Pada tingkat terendah keputusan diambil
berkenaan dengan di mana, kapan, dan bagaimana perjalanan dilakukan. Menurut Manheim 1979, tahapan proses yang dilakukan seseorang dalam
menentukan perjalanannya adalah: 1.
formulasi preferensi konsumen secara eksplisit. 2.
identifikasi semua alternatif yang mungkin terjadi. 3.
karakteristik semua alternatif berdasarkan atribut. 4.
penggunaan informasi preferensi untuk memilih alternatif. Sedangkan untuk suatu pilihan dapat dipandang sebagai hasil dari proses
pengambilan keputusan yang melibatkan tahap berikut ini: 1.
pendefinisian masalah pilihan.
Aspirasi gaya hidup
Pola aktivitas yang Pemilihan lokasi
Penentuan pergerakan
Universitas Sumatera Utara
2. penentuan alternatif.
3. evaluasi atribut alternatif.
4. pengambilan keputusan.
5. implementasi keputusan yang diambil.
Model logit binomial dibangun atas dasar asumsi ε
n
= ε
jn
– ε
in
akan bersifat bebas dan tersebar secara identik IID menurut fungsi sebaran Gumbel seperti pada
persamaan 2.13. Fεn =
1 1
n
e
µε −
+ ; μ 0; -∞ ε
n
∞ 2.13
Pada kasus dua alternatif moda, peluang terpilihnya moda i dapat didekati dengan persamaan 2.14 berikut.
P
n
i = }]
exp{ }
[exp{ }
exp{
jn in
in
V V
V β
β β
− +
− −
2.14
Dengan mengasumsikan Vin dan Vjn linear dalam parameternya, maka persamaan 2.14 dapat ditulis kembali dalam persamaan 2.15 berikut.
P
j
=
ui uj
u
j
exp exp
exp +
= exp
1 exp
i j
i j
U U
− −
+ 2.15
P
i
= 1 – P
j
= exp
1 1
i j
U
−
+ 2.16
dimana: P
j
= probabilitas peluang moda j untuk dipilih. P
i
= probabilitas peluang moda i untuk dipilih.
Universitas Sumatera Utara
exp = eksponensial. U
j
= Nilai parameter atau nilai kepuasan menggunakan moda j. U
i
= Nilai parameter atau nilai kepuasan menggunakan moda i. Dengan menganggap bahwa fungsi utilitas linier, maka perbedaan utilitas
diekspresikan dalam bentuk perbedaan dalam sejumlah atribut n yang relevan diantara kedua moda, dirumuskan sebagai berikut:
U
j
- U
i
= U
j-i
= a + a
1
X
1j
- X
1i
+ a
2
X
2j
-X
2i
+ …+a
n
X
nj
-X
ni
2.17
Analisa pengolahan data diperlukan guna mendapatkan hubungan kuantitatif antara atribut dan respon yang diekspresikan dalam skala semantik dengan rumusan
model seperti pada persamaan diatas, dimana:
U
j
- U
i
= respon individu pernyataan pilihan. a
= konstanta. a
1
, a
2
, …,a
n
= koefisien masing-masing atribut yang ditentukan melalui metode least square dengan multiple linear
regression.
2.9 Model Probit Biner
Menurut Ben Akiva 2010 Model Probit ini adalah salah satu asumsi logis yang menunjukkan sejumlah permasalahan yang besar pada komponen variabel bebas.
Model ini juga merupakan asumsi tentang distribusi pada dua permasalahan atau pilihan untuk dipilih yang menyatakan perbedaan pada kedua pilihan. Untuk
Universitas Sumatera Utara
membangun model ini perlu dibuat asumsi-asumsi yang berkaitan dengan komponen dari utilitas random.
Diperkirakan bahwa
in
ε dan
jn
ε adalah bilangan normal dengan mean 0 dan varian masing-masing
2 i
σ dan
2 j
σ . Lebih jelasnya persamaan tersebut mempunyai kovarian
j i
σ . Dalam persamaan itu diasumsikan persamaan
jn in
n
ε ε
ε −
= pada
distribusi normal dengan mean 0 dengan varian
2 2
2
2 σ
σ σ
σ =
− +
ij j
i
. Untuk selengkapnya asumsi ini yang merupakan variable bebas
in jn
ε ε − adalah
IID antar individu, dan kebebasan pada atribut x
n
. Kita dapat menggunakan hasil persamaan probabilitas pemilihan yaitu sebagai berikut:
P
n
i = Pr
in jn
ε ε − ≤ V
in
- V
jn
2.18
= ,
2 1
exp 2
1
2
−
∫
− ∞
−
σ ε
σ ε
π σ
d
jn in
v v
2.19
= du
u
jn in
v v
∫
− ∞
−
−
σ
π
2
2 1
exp 2
1 2.20
=
−
Φ σ
jn in
v v
2.21
Dimana persamaan ini diperoleh dari perubahan variabel u = σ ε
dan
Φ
yang merupakan standar kumulatif distribusi normal. Model ini disebut unit probabilitas
biner atau probit biner. Bagian ini merupakan V
in
=
in
x β
dan V
jn
=
jn
x β
,
Universitas Sumatera Utara
P
n
i =
−
Φ =
−
∫
− ∞
−
σ β
π σ
σ β
2 1
exp 2
1
2 jn
in x
x
x x
du u
jn in
2.22
σ 1
merupakan tingkat fungsi utilitas yang dapat dibuat menjadi nilai positif bebas, biasanya
1 =
σ .
Probabilitas pilihan probit biner hanya tergantung pada σ , bukan
i
σ ,
j
σ dan
j i
σ . Jadi varian dan kovarian pada permasalahan pada setiap individu tidak berhubungan
untuk pilihan probabilitas. Selain itu kejadian pemilihan pada σ tergantung pada
waktu, dengan penilaian σ dan β bilangan konstan positif, kita tidak dapat
mengolah pilihan probabilitas ini secara pasti semuanya. Biasanya
1 =
σ , sehingga
nilai lainnya akan dihasilkan dengan baik. V
in
dan V
jn
merupakan utilitas utilitas dan σ ε
adalah tingkat fungsi utilitas terhadap V
in
dan V
jn
. Kemudian diperoleh persamaan probabilitas dengan mengikuti standar kumulatif distribusi normal
Φ . Model ini disebut unit probabilitas biner atau probit biner. Sehingga diperoleh persamaan sebagai berikut:
P
n
i =
−
Φ σ
jn in
v v
2.23
dimana:
jn in
v v
− = utilitas.
σ = standar deviasi.
Φ
= distribusi normal kumulatif.
Universitas Sumatera Utara
Grafik perbandingan Model Probit Biner dan Logit Biner dapat dilihat dari Gambar 2.10.
Gambar 2.10 Grafik Perbandingan Logit dan Probit Benoit, 2009
2.10 Analisa Regresi Linear Berganda
Analisis regresi linier berganda adalah analisis regresi yang variabel tak bebas Y ditentukan oleh sekurang-kurangnya dua variabel bebas X dan setiap variabel X
maupun variabel Y hanya berpangkat satu linier. Studi pemilihan moda transportasi pada umumnya mempunyai dua atau lebih variabel tidak bebas dengan bentuk
sebagai berikut: Y = a + b
1
X
1
+ b
2
X
2
+ b
3
X
3
+ ... + b
m
X
m
2.24 dimana:
X
1
= variabel bebas 1. X
2
= variabel bebas 2. X
3
= variabel bebas 3.
Universitas Sumatera Utara
X
m
= variabel bebas m.
a = nilai y pada perpotongan antara garis linear dengan sumbu – Y.
b
1
= kemiringan slope yang berhubungan dengan Variabel X
1.
b
2
= slope yang berhubungan dengan X
2.
2.11 Regresi Logistik
Di dalam statistik, regresi logistik seringkali disebut model logistik atau model logit, digunakan untuk memprediksi kemungkinan probabilitas dari suatu kejadian
dengan data fungsi logit dari kurva logistik. Bentuk analisis regresi banyak menggunakan beberapa variabel yang berupa numerik atau kategoris.
Regresi Logistik adalah bagian dari analisis regresi yang dapat digunakan ketika variabel dependen respon merupakan variabel dikotomi. Variabel dikotomi biasanya
hanya terdiri atas dua nilai, yang mewakili kemunculan atau tidak adanya suatu kejadian yang biasanya diberi angka 0 atau 1.
Tidak seperti regresi linier biasa, regresi logistik tidak mengasumsikan hubungan antara variabel independen dan dependen secara linier. Regresi logistik merupakan
regresi non linier dimana model yang ditentukan akan mengukuti pola kurva linier. Regresi logistik akan membentuk variabel prediktorrespon yang merupakan
kombinasi linier dari variabel independen. Nilai variabel prediktor ini kemudian ditransformasikan menjadi probabilitas dengan fungsi logit.
Regresi logistik bertujuan untuk menanggulangi kelemahan dari LPM Linear Probability Model yang dapat memberi hasil kurang memuaskan, karena
menghasilkan probabilitas taksiran yang kurang dari nol atau lebih dari satu.
Universitas Sumatera Utara
Dalam hal ini, yang dapat menjamin nilai variabel terikat terletak antara 0 dan 1 sesuai dengan teori probabilitas adalah dengan model CDF Cummulative
Distribution Function. Dengan CDF yang memiliki dua sifat yaitu: 1.
Jika variabel bebas naik, maka PY
i
= 1X
i
juga ikut naik, tetapi tidak pernah melewati rentangan 0 – 1.
2. Hubungan antara P
i
dan X
i
adalah non linier, sehingga tingkat perubahannya tidak sama, kenaikannya semakin besar kemudian
mengecil. Ketika nilai probabilitasnya mendekati nol, tingkat penurunannya semakin kecil, demikian juga ketika nilai probabilitasnya
mendekati satu, maka tingkat kenaikannya semakin kecil.
2.12 Koefisien Determinasi R
2
Pada analisis regresi, untuk melihat derajat hubungan antara variabel tidak bebas dengan variabel bebas dengan melihat nilai dari koefisien determinasi R
2
persamaan regresi. Jadi dalam hubungan dua variabel, regresi Y terhadap X
1
dan X
2
, ingin diketahui berapa besarnya persentase sumbangan X
1
dan X
2
terhadap variasi naik turunnya Y secara bersama-sama. Besarnya persentase sumbangan ini disebut
Koefisien determinasi berganda. Besarnya koefisien determinasi antara 0 - 1, semakin mendekati 0 nol
besarnya nilai koefisien determinasi suatu persamaan regresi, maka semakin kecil pula pengaruh semua variabel bebas terhadap variabel tidak bebas, sehingga garis
regresi tidak dapat dipergunakan untuk menentukan utilitas pemilihan moda transportasi Y. Sebaliknya semakin besar nilai koefisien determinasi
≤ 1 maka
Universitas Sumatera Utara
semakin besar pula pengaruh semua variabel bebas terhadap variabel tidak bebas, sehingga semakin tepat garis regresi dibuat sebagai utilitas pemilihan moda
transportasi Y. Pengaruh semua varaibel bebas secara bersama-sama terhadap nilai variabel
tidak bebas dapat diketahui dengan melakukan pengujian terhadap variasi nilai variabel yang terdapat dalam persamaan regresi. Dalam analisis studi ini, dimana
antara variabel bebas yang mempunyai koefisien determinasi yang tinggi ≤ 1 akan
dipilih untuk menjadi suatu persamaan utilitas pemilihan moda transportasi.
Pada umumnya penelitian pada pemilihan moda transportasi akan menghasilkan nilai koefisien determinasi R
2
yang kecil, hal ini disebabkan penelitian pada bidang transportasi menggunakan data diskrit tidak kontinu
sehingga kurang tepat apabila di analisis berdasarkan nilai koefisien determinasi R
2
.
2.13 Korelasi
Korelasi adalah nilai yang menunjukkan kekuatan dan arah hubungan linear antara dua peubah acak. Korelasi juga adalah salah satu teknik yang digunakan untuk
mencari hubungan antara dua variabel atau lebih yang bersifat kuantitatif. Angka indeks korelasi merupakan suatu angka yang dapat dijadikan petunjuk
untuk mengetahui seberapa besar kekuatan korelasi di antara variabel yang sedang dikorelasikan. Besarnya angka indeks korelasi berkisar antara -1,00 sampai dengan
1,00. Hasil korelasi yang sempurna sebesar -1,00 dan 1,00. Bila tidak ada korelasi maka angka indeks korelasi menunjukkan angka 0. Apabila hasil perhitungan korelasi
lebih dari ± 1,00, maka hal ini menunjukkan telah terjadi kesalahan dalam
Universitas Sumatera Utara
perhitungan. Bila angka indeks korelasi bertanda minus - berarti korelasi tersebut mempunyai arah korelasi negatif. Tanda minus - yang terdapat di depan angka
indeks korelasi tidak dapat diartikan bahwa korelasi antara variabel itu besarnya kurang dari nol, karena angka indeks korelasi yang paling kecil adalah nol. Bila
angka indeks korelasi diberi tanda plus + atau tidak diberi tanda apapun menunjukkan arah korelasi tersebut adalah korelasi positif. Hal yang perlu diingat
bahwa tanda plus + dan minus – di depan angka indeks korelasi itu bukanlah tanda aritmatika.
2.14 Biaya Pokok Produksi Angkutan Umum
Biaya pokok produksi angkutan umum BPP didefinisikan sebagai biaya yang harus dikeluarkan oleh pihak operator untuk menghasilkan satuan produksi pelayanan
angkutan umum. Besarnya biaya pokok pelayanan angkutan umum akan sangat tergantung pada besarnya biaya total operasi persatuan waktu dan besarnya produksi
pelayanan persatuan waktu. Persamaan matematisnya adalah: BPP =
pertahun Pelayanan
oduksi Total
pertahun Kendaraan
oduksi Biaya
Total _
_ Pr
_ _
_ Pr
_ _
2.25
2.15 Biaya Operasi Kendaraan
Biaya Operasi Kendaraan didefinisikan sebagai biaya yang secara ekonomi terjadi dengan dioperasikan satu kendaraan pada kondisi normal untuk suatu tujuan
Universitas Sumatera Utara
tertentu. Pengertian biaya ekonomi disini adalah biaya yang sebenarnya terjadi. Jadi bukan hanya biaya yang terasakan sesaat saja oleh pemilik kendaraan seperti
pembelian bensin misalnya, tetapi juga termasuk biaya-biaya yang terkait lainnya yang tidak dirasakan secara langsung pada saat dilakukannya pengoperasian
kendaraan. Komponen biaya operasi kendaraan total biasanya dibagi dalam kelompok:
1. Biaya tetap fixed cost.
2. Biaya tidak tetap variable cost.
3. Biaya lainnya overhead.
2.15.1 Biaya Tetap fixed cost
Biaya tetap adalah capital cost, yaitu biaya yang harus dikeluarkan pada saat awal dioperasikan sistem angkutan umum. Biaya tetap ini tidak tergantung pada
bagaimana sistem angkutan ini dioperasikan. Biaya tetap ini tergantung dari waktu dan tidak pernah terpengaruh dengan penggunaan kendaraan.
Biaya tetap untuk angkutan umum penumpang terdiri dari empat komponen biaya yang semuanya dihitung dari satuan waktu tertentu. Biasanya jangka waktu
perhitungan adalah satu tahun, karena sebagian besar komponen biaya dibayar setiap tahun Santoso, 1996. Empat komponen biaya dari biaya tetap tersebut adalah
sebagai berikut: 1.
Penyusutan Metode perhitungan akuntansi yang bermaksud membebankan biaya
perolehan aktiva tetap atau asset dengan menyebar selama periode tertentu
Universitas Sumatera Utara
dimana asset tersebut masih berfungsi sepanjang umur ekonomi, tetapi sesungguhnya penyusutan itu tidak merupakan pengeluaran biaya riil,
sebaliknya merupakan pengeluaran sehubungan dengan pemakaian faktor modal, sebab yang betul-betul merupakan faktor pengeluaran biaya adalah
investasi semula, atau kalau investasi proyek itu dibiayai dengan pinjaman terikat, maka yang dianggap sebagai biaya adalah arus pelunasan kredit
angsuran beserta bunganya pada waktu kedua arus itu betul-betul dilaksanakan . Biaya inilah yang disebut sebagai biaya penyusutan
depresiasi. Dikenal beberapa metode depresiasi, yaitu:
a. Merata sepanjang periode asset masih berfungsi. Metode ini disebut
depresiasi garis lurus straight line depreciation – SL. b.
Tidak merata, dalam arti jumlahnya lebih besar di tahun-tahun awal. 1.
Sum of the year digit-SY. 2.
Double declining balance – DDB. 3.
Accelerated cost recovery system – ACRS. Pelunasan Hutang Beserta Bunganya
Biaya yang harus dikeluarkan untuk membayar pinjaman beserta bunganya, bunga modal sesuai dengan bunga kredit yang berlaku.
Asumsi-asumsi yang digunakan: a.
Pemilik kendaraan dengan menggunakan modal yang dipinjam seluruhnya dari bank.
Universitas Sumatera Utara
b. Pinjaman tersebut beserta bunganya harus dibayarkan dalam jangka
waktu tertentu. c.
Jika pemilik kendaraan membeli kendaraan dengan uang sendiri, maka tidak ada biaya pelunasan pinjaman beserta bunganya.
2. Perijinan dan Administrasi
Pada dasarnya tidak ada persoalan dalam menghitung ijin kendaraan ini, karena besarnya ijin telah ditetapkan pemerintah berdasarkan ukuran dan
tahun kendaraan. 3.
Gaji Operator Kendaraan Gaji operator diperhitungkan sebagai biaya tetap dengan pertimbangan
bahwa operator tetap memperoleh penghasilan baik kendaraan beroperasi maupun tidak beroperasi seperti pada waktu perbaikan.
4. Asuransi Kendaraan
Dibeberapa negara, asuransi wajib diberikan kepada kendaraan dan dimasukkan dalam perhitungan biaya operasi kendaraan. Beban yang
ditanggung pihak asuransi apabila kendaraan rusak sangat tergantung besarnya premi yang dibayar setiap waktunya. Dengan premi yang tinggi,
kendaraan dapat terlindungi dari bahaya pencurian atau hancur karena kebakaran. Asuransi bahkan dapat dijadikan perlindungan terhadap seluruh
kerusakan kendaraan. Tetapi perlu diingat bahwa beberapa asuransi memberikan pergantian karena kerusakan kendaraan maka perhitungan
biaya operasi secara keseluruhan dapat terjadi perhitungan ganda double
Universitas Sumatera Utara
account, karena kerusakan tertentu telah dimasukkan ke dalam biaya tidak tetap, yaitu biaya perawatan kendaraan.
2.15.2 Biaya Tidak Tetap Variable cost
Biaya tidak tetap merupakan biaya yang dikeluarkan pada saat kendaraan beroperasi. Biaya tidak tetap biasa juga disebut sebagai biaya variabel variable cost,
karena biaya ini sangat bervariasi tergantung hasil yang diproduksi, seperti jarak tempuh atau jumlah penumpang atau barang yang diangkut. Komponen biaya dari
biaya tidak tetap misalnya biaya untuk bahan bakar, oli dan perawatan kendaraan.
2.15.3 Biaya O verhead
Menurut David Lowe dalam Santoso 1996 menyatakan bahwa untuk menghitung biaya overhead ini, beberapa peneliti melakukan dengan dua cara:
1. Menghitung 20 – 25 dari jumlah biaya tidak tetap dan biaya tetap.
2. Menghitung biaya overhead secara terperinci, biaya overhead perlu terus
dipantau secara berkala oleh pemilik kendaraan. Beberapa komponen dari biaya overhead yang dapat diamati, yaitu biaya untuk:
a. Pengelolaan.
b. Kantor dan administrasi.
c. Bengkel dan took.
d. Depot cabang.
e. Pemasaran dan iklan.
f. Armada tambahan.
Universitas Sumatera Utara
g. Pelayanan professional.
Masih ada biaya-biaya lain yang dapat diturunkan dari komponen dari komponen biaya di atas, tergantung persoalan yang dihadapi oleh pemilik dan
operator dalam mengelola suatu armada.
2.16 Studi Terdahulu
Beberapa studi terdahulu yang meneliti pemilihan moda angkutan dengan menggunakan Model Logit dan Probit dan Teknik Stated Preference, diantaranya
adalah sebagai berikut: 1.
Elsa Tri Mukti dalam tesisnya yang berjudul: Kompetisi Pemilihan Moda Angkutan Penumpang Antar Kota Antara Moda Kereta Api dan Bus Studi
Kasus : Rute Bandung - Jakarta. Studi ini dilakukan dengan tujuan untuk mengamati perilaku pelaku perjalanan
angkutan umum antar kota agar diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi pelaku perjalanan dalam melakukan pemilihan moda, untuk memperoleh suatu
model pemilihan moda angkutan umum antara moda kereta api dan bus, serta untuk mengestimasi sensitifitas pelaku perjalanan dalam penentuan pemilihan
moda apabila dilakukan perubahan terhadap atribut perjalanannya. Studi ini dilakukan dengan menggunakan metode Stated Preference dengan
melibatkan sebanyak 356 responden. Model pemilihan moda yang digunakan dalam studi ini adalah model logit binomial. Berdasarkan hasil analis diperoleh
model pemilihan moda untuk moda kereta api dan bus adalah sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
Probabilitas pemilihan Kereta Api: P
ka
=
exp 1
exp
bus ka
bus ka
U U
U U
− −
+
Probabilitas pemilihan Bus: P
bus
= exp
1 exp
ka bus
ka bus
U U
U U
− −
+ Dimana U
ka-bus
= -0,139281 - 0,000162x
1
- 1,031402x
2
– 0,025847x
3
+ 0,53191x
4
Dengan faktor-faktor yang dipertimbangkan adalah selisih biaya perjalanan x
1
, selisih waktu tempuh perjalanan x
2
, selisih headway x
3
dan selisih tingkat pelayanan x
4
antara kereta api dan bus. Selanjutnya berdasarkan analisis sensitifitas, diketahui bahwa yang paling
sensitif mempengaruhi probabilitas pemilihan moda adalah waktu tempuh perjalanan, dimana perubahan pada waktu tempuh perjalanan akan
mengakibatkan perubahan probabilitas pemilihan moda yang relatif lebih besar dibandingkan bila terjadi perubahan pada atribut lainnya.
2. M.Aris Supriyanto dalam tesisnya yang berjudul : Analisis Pemilihan Moda antara
Busway dan Kendaraan Pribadi dengan Model Logit – Probit Studi kasus koridor blok M – Kota.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis probabilitas pemilihan moda antara Busway dan kendaraan pribadi pada koridor blok M – kota. Dalam penelitian ini
dipakai asumsi bahwa penggunaan angkutan umum tidak elastik terhadap pemilihan busway. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah stated
preference dengan metode estimasi parameter adalah maximum likelihood. Model yang digunakan untuk menganalisis pemilihan moda digunakan model
binomial probit dan binomial logit. Untuk model binomial probit dianalisis
Universitas Sumatera Utara
dengan dua pendekatan yakni, menggunakan simulasi Monte Carlo dan Aproximasi Clark, hasil selanjutnya diuji dengan alat uji statistik untuk
mendapatkan parameter model yang terbaik. Berdasarkan analisa terlihat bahwa ketiga metode menghasilkan model yang
sama baiknya. Untuk model logit perhitungan secara matematis relatif mudah tetapi akurasi yang didapat kurang. Sedangkan model approximasi Probit Clark
lebih akurat bila dibandingkan dengan model logit, tetapi secara matematis perhitungannya lebih sulit dari model logit. Model Probit simulasi Monte Carlo
menghasilkan model yang paling akurat, hal ini karena model ini sudah memperhitungkan error terms, akan tetapi perhitungan secara matematis dari
model ini paling rumit dan memerlukan waktu paling lama serta ketelitian yang tinggi.
Terlihat juga bahwa ada responden yang captive untuk tetap menggunakan kendaraan pribadi meskipun utilitas yang ditawarkan oleh busway sudah
maksimum. Responden yang captive untuk menggunakan mobil sebesar 14 sedangkan penggunaan sepeda motor adalah 12.
3. Ade Sjafruddin, Harun Al Rasyid Sorah Lubis dan Bambang Setawan
dengan jurnalnya yang berjudul : Analisis Model Pemilihan Moda Angkutan Penumpang
Pesawat Terbang dan kapal Cepat dengan Data SP Stated Preference. Penelitian ini bertujuan untuk membangun model pemilihan moda angkutan
penumpang antara pesawat terbang dan kapal cepat rute Palembang – Batam melalui pengetahuan atas preferensi pengguna jasa terhadap atribut perjalanan
moda yang kemudian dimodelkan untuk memperoleh nilai utilitas dan
Universitas Sumatera Utara
probabilitas pemilihan masing-masing moda. Perumusan perilaku individu dalam memilih moda angkutan ke dalam model pemilihan moda dilakukan dengan
memanfaatkan data SP stated preference. Penelitian ini menggunakan 5 lima atribut perjalanan yang dianggap
berpengaruh besar dalam perilaku pemilihan moda, yaitu biaya perjalanan, total waktu perjalanan, aksesibilitas menuju bandarapelabuhan, frekuensi
keberangkatan, dan tingkat pelayananfasilitas di dalam moda. Dari hasil analisis diperoleh persamaan selisih utilitas pesawat terbang dan kapal cepat:
U
PT
– U
KC
= -6,727088 – 0,000010X
1
– 1,502469X
2
+ 2,363855X
5.
U
PT
= utilitas pesawat terbang. U
KC
= utilitas kapal cepat. X
1
= selisih biaya perjalanan pesawat terbang dan kapal cepat. X
2
= selisih total waktu perjalanan pesawat terbang dan kapal cepat. X
5
= selisih tingkat pelayanan pesawat terbang dan kapal cepat. Dan, probabilitas memilih masing-masing moda adalah:
P
KC
= exp
1 1
KC PT
U U
−
+ P
KC
= Probabilitas pemilihan kapal cepat. Berdasarkan analisis sensitifitas, waktu perjalanan merupakan atribut yang paling
sensitif mempengaruhi probabilitas pemilihan pesawat terbang dan kapal cepat.
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODE PENELITIAN
Metode penelitian dapat dipahami sebagai cara-cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid, dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan dan dibuktikan, suatu
pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah Sugiyono, 2009.
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian tentang Analisis Pemilihan Moda Angkutan Umum Rute Medan – Bandara Kuala Namu Studi Kasus: Kompetisi antara Kereta Api Bandara dan Bus
Bandara Koridor 1 ini termasuk jenis penelitian survei, dimana penelitian ini mengambil sampel dari suatu populasi dan informasi diperoleh dari responden yang
menjawab kuisioner yang diberikan surveyor. Proses analisis dilakukan dengan menggunakan data primer dan sekunder dan metode yang digunakan adalah metode
Stated Preferences. Proses perhitungan dilakukan dengan menggunakan program Microsoft Excel 2007 dan program Aplikasi SPSS 18.
3.2 Tahap- Tahap Proses Penelitian
1. Mengidentifikasi Masalah Yang dimaksud dengan mengidentifikasi masalah ialah peneliti melakukan
tahap pertama dalam melakukan penelitian, yaitu merumuskan masalah yang akan diteliti. Tahap ini merupakan tahap yang paling penting dalam penelitian, karena
71
Universitas Sumatera Utara
semua jalannya penelitian akan dituntun oleh perumusan masalah. Tanpa perumusan masalah yang jelas, maka peneliti akan kehilangan arah dalam melakukan penelitian.
2. Studi Literatur Pada tahapan ini peneliti melakukan apa yang disebut dengan kajian pustaka,
yaitu mempelajari buku-buku referensi dan hasil penelitian sejenis sebelumnya yang pernah dilakukan oleh orang lain. Tujuannya ialah untuk mendapatkan landasan teori
mengenai masalah yang akan diteliti. Teori merupakan pijakan bagi peneliti untuk memahami persoalan yang diteliti dengan benar dan sesuai dengan kerangka berpikir
ilmiah. 3. Menyusun Desain Penelitian
Menyusun desain penelitian merupakan bagian yang penting dalam sebuah penelitian. Desain penelitian bagaikan alat penuntun bagi peneliti dalam melakukan
proses penentuan instrumen pengambilan data, penentuan sampel, koleksi data dan analisanya. Tanpa desain yang baik maka penelitian yang dilakukan akan tidak
mempunyai validitas yang tinggi. 4. Pelaksanaan Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini maka dilakukan survei terhadap penumpang angkutan umum Kereta Api Bandara serta penumpang
Bus Bandara tujuan Medan – Kuala Namu, yaitu dengan membagikan kuisioner kepada penumpang pada masing-masing moda tersebut. Para surveyor berada pada
masing-masing stasiun Kereta Api Bandara city railway station maupun stasiun Bus Bandara Carrefour, Plaza Medan Fair dan akan menyebarkan kuisioner kepada
penumpang yang sedang menunggu keberangkatan moda kereta api maupun bus.
Universitas Sumatera Utara
Teknik penyebaran kuisioner disertai dengan wawancara langsung kepada responden untuk memperoleh data yang lebih baik serta untuk memperjelas maksud dari
kuisioner kepada responden yang kurang mengerti akan pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam kuisioner.
5. Pengolahan Data Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan Software SPSS Statistical
Product and Service Solution dan Microsoft Excel hasilnya adalah model regresi linear, model regresi linear berganda dan Korelasi antar variabel.
6. Analisa Data Analisa dari model regresi yang diperoleh, harus diuji dengan beberapa
pengujian yaitu: a.
Koefisien determinasi R
2
. b.
Uji-F. c.
Uji-t. d.
Uji sensitifitas model. Diagram alir dari penelitian ini dimulai dengan pengidentifikasian masalah
selanjutnya menentukan tujuan penelitian dan melakukan survei pendahuluan sampai pada akhirnya mendapatkan kesimpulan dan saran-saran dari hasil penelitian ini. Hal
ini dapat dilihat dari Gambar 3.1.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3.1 Diagram Alir Flow Chart Penelitian
Tujuan Penelitian
Perencanaan →Pembuatan Kuisioner
Pengumpulan Data
Data Primer dan Sekunder
Pembahasan
Kompilasi Data dengan Ms.Excel
Aplikasi Model
• Analisa Sensitifitas Respon • Validasi dengan Uji Statistika R
2
• Pemodelan Moda Angkutan
Kesimpulan dan Saran
Identifikasi Masalah
Analisa
Pengolahan Data Hasil Lapangan dengan
Survei Pendahuluan Studi Literature
Universitas Sumatera Utara
3.3 Hipotesa
Hipotesa pada dasarnya merupakan suatu proposisi atau anggapan yang mungkin benar, dan sering juga digunakan sebagai dasar pembuatan
keputusanpemecahan persoalan ataupun untuk dasar penelitian lebih lanjut. Anggapanasumsi dari suatu hipotesa juga merupakan data, akan tetapi karena
kemungkinan bisa salah, maka apabila ingin digunakan sebagai dasar pembuatan keputusan harus diuji terlebih dahulu dengan menggunakan data hasil observasi.
Untuk dapat diuji, suatu hipotesa haruslah dinyatakan secara kuantitatif dalam bentuk angka. Untuk menguji hipotesa , digunakan data yang dikumpul dari
sampel, sehingga merupakan data perkiraan estimate. Itulah sebabnya, keputusan yang dibuat dalam menolaktidak menolak hipotesa mengandung ketidakpastian
uncertainty, maksudnya keputusan bisa benar bisa juga salah. Adanya unsur ketidakpastian menyebabkan resiko bagi pembuatan keputusan. Besar kecilnya resiko
dinyatakan dalam nilai probabilitas. Dalam menerima atau menolak suatu hipotesa yang diuji, ada satu hal yang
harus dipahami, bahwa penolakan suatu hipotesa berarti menyimpulkan bahwa hipotesa itu salah, sedangkan menerima suatu hipotesa semata-mata
mengimplikasikan bahwa kita tidak mempunyai bukti untuk mempercayai sebaliknya.
Hipotesa yang dirumuskan dengan harapan akan ditolak disebut hipotesa nol H
mengakibatkan penerimaan suatu hipotesa alternatif H
1
. Dalam penelitian ini yang didefinisikan sebagai H
dan H
1
adalah:
Universitas Sumatera Utara
H = Tidak ada hubungan antara respon pelaku perjalanan variabel terikat dengan
atribut-atribut perjalanan: cost, time, headway, access time, dan service variabel bebas.
H
1
= Ada hubungan antara respon pelaku perjalanan variabel terikat dengan atribut- atribut perjalanan : cost, time, headway, access time, dan service variabel
bebas.
3.4 Peralatan Penelitian
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa blanko kuisioner dan alat tulis. Blanko kuisioner berisi tentang pertanyaan dan data yang harus diisi
oleh responden mengenai pemilihan moda transportasi Kereta Api Bandara dan Bus Bandara tujuan Medan – Bandara Kuala Namu. Selanjutnya data tersebut diolah lebih
lanjut dengan menggunakan bantuan program SPSS versi 18 aplikasi statistik serta program Microsoft excel.
3.5 Pengumpulan Data 3.5.1 Data Primer
Data primer ini diperoleh dari hasil pembagian kuisioner pada survei penelitian di lapangan. Data ini dapat dikumpulkan melalui dua tahap berikut :
1. Membagikan kuisioner kepada pengguna jasa angkutan penumpang,
dalam hal ini Kereta Api Bandara maupun Bus Bandara. 2.
Pelaksanaan survei dengan melakukan teknik wawancara langsung terhadap penumpang yang dilakukan oleh surveyor. Data yang diperoleh
Universitas Sumatera Utara
dengan teknik wawancara ini digunakan untuk memperkuat informasi yang diperoleh melalui kuisioner dan memformulasikan permasalahan
yang dihadapi. Adapun bentuk pertanyaan form survei direncanakan adalah untuk:
1. Mengetahui kondisi eksisting dan karakteristik umum pengguna jasa
angkutan, yaitu berupa kondisi sosioekonomi dan informasi dasar melakukan perjalanan dengan menggunakan kedua moda tersebut.
2. Untuk mengetahui preferensi responden seandainya beberapa atribut
pelayanan yang ditawarkan mengalami perubahan baik itu peningkatan, pengurangan ataupun sama sekali tidak ada perubahan pada biayatarif
perjalanan, waktu tempuh, jedah keberangkatan headway di dalam angkutan yang dilakukan berdasarkan kondisi eksisting pada setiap moda.
3.5.2 Data Sekunder
Data sekunder yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data jumlah penumpang harian Kereta Api Bandara dari Stasiun besar Kereta Api Medan ke
Kuala Namu Daftar Lampiran 10 maupun data jumlah penumpang harian Bus Bandara dari Shelter Plaza Medan Fair ke Kuala Namu Daftar Lampiran 9.
3.5.3 Lokasi Survei
Karena tujuan survei adalah menganalisa preferensi pengguna kedua moda angkutan penumpang tersebut yaitu Medan ke Kuala Namu maka survei ini dilakukan
pada dua tempat utama yang melayani pergerakan penumpang dari Medan ke Kuala
Universitas Sumatera Utara
Namu yaitu stasiun keberangkatan pada kedua moda angkutan tersebut. Untuk Kereta Api Bandara di stasiun besar kereta api Medan dan Bus Bandara di Carrefour, Plaza
Medan Fair.
3.5.4 Waktu Survei
Waktu pelaksanaan survei dilakukan pada tanggal 19 September sampai dengan 30 September 2013. Karena keberangkatan angkutan penumpang waktunya
ada setiap saat maka pengambilan data dilakukan ketika para penumpang yang sedang menunggu keberangkatan angkutan yang akan berangkat.
3.5.5 Penentuan Jumlah Sampel
Mengacu pada tujuan penelitian, data akan dikumpulkan dengan survei wawancara menggunakan formulir survei stated preference. Sebelum survei utama
dilaksanakan, survei pendahuluan perlu dilakukan untuk menguji efisiensi dan desain stated prefence dan juga kecukupannya. Sampel untuk survei SP merupakan isu yang
kompleks, meskipun masalah yang muncul banyak berkaitan dengan aplikasi ke penelitian survei pasar. Pokok masalahnya mungkin dapat disimpulkan dalam dua
pertanyaan: Siapa yang diwawancara? Dan berapa banyak responden yang diwawancara? Wawancara dilakukan kepada responden tersebut disegmentasi lagi
berdasarkan moda eksisting yang mereka gunakan menuju Bandara Kuala Namu. Mengenai ukuran jumlah sampel, tampaknya sekitar 30 responden per
segmen perjalanan merupakan jumlah yang cukup, sejauh ini tidak ada teori yang mendasari hal ini Pearmain et al. 1991. Kenyataannya dari studi-studi yang pernah
Universitas Sumatera Utara
dilakukan mengindikasikan bahwa dibutuhkan jumlah sampel yang lebih besar. Pekerjaan simulasi yang dilakukan secara internal oleh Steer Davies Gleave
menyarankan sekitar 75 sampai 100 Pearmain et al. 1991. Bradley dan Kroes 1990 secara independen melaporkan kesimpulan yang sama.
Beaton at al. 1996 menemukan sampel sebesar 100 sampai 200 responden sudah mampu untuk menghasilkan parameter yang stabil. Untuk kebutuhan survei
pendahuluan, paling tidak 15 sampai 20 wawancara diperkirakan cukup untuk menyediakan informasi statistik untuk menemukan masalah yang potensial dalam
analisis. Namun demikian, pada akhirnya jumlah sampel data yang harus dikumpulkan sangat bergantung pada karakteristik data di lapangan. Selain itu, faktor
sumberdaya dan waktu yang tersedia juga berpengaruh terhadap jumlah sampel responden. Pada penelitian ini jumlah sampel minimal yang harus dipenuhi
didasarkan pada rumus Frank Lynch dan rumus Slovin, jumlah sampel yang diambil
adalah dengan n terbesar. Rumus Frank Lynch:
1 .
. 1
. .
2 2
2
p p
z d
N p
p z
N n
− +
− ≥
3.1 Rumus Slovin:
1 .
2
+ ≥
d N
N n
3.2 dimana:
n = jumlah sampel. N = jumlah populasi.
Universitas Sumatera Utara
z = nilai yang diperoleh dari tabel z berdasarkan tingkat kepercayaan.
p = variasi populasi yang dinyatakan dalam bentuk proporsi. d = derajat kesalahan sampel sampling error.
Derajat kesalahan sampel sampling error yang digunakan dalam studi ini sebesar 10 d = 10.
3.6 Pelaksanaan Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini maka dilakukan survei terhadap masing-masing penumpang Kereta Api Bandara maupun penumpang
Bus Bandara tujuan Medan – Bandara Kuala Namu. Survei yang dilakukan berupa memberikan angket kuisioner serta wawancara langsung kepada penumpang yang
sedang menunggu keberangkatan Kereta Api Bandara maupun Bus Bandara.
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sedangkan sampling adalah suatu proses memilih sebagian dari
unsur populasi yang jumlahnya mencukupi secara statistik sehingga dengan mempelajari sampel serta memahami karakteristik – karakteristiknya ciri - cirinya
akan diketahui informasi tentang keadaan populasi.
3.7 Analisa Data, Fungsi Utilitas dan Probabilitas
Data sosioekonomi dan data stated preference pelaku perjalanan diperoleh dari hasil survei. Data stated preference diolah agar dapat digunakan
sebagai data masukan dalam proses analisa, selanjutnya analisa data kualitatif
Universitas Sumatera Utara
hasil survei lapangan yang disajikan dalam skala semantik dilakukan transformasi ke dalam skala numerik. Diperoleh bahwa nilai skala numerik
digunakan sebagai variabel tidak bebas dan sebagai variabel bebas merupakan selisih nilai atribut dari Kereta Api Bandara dan Bus Bandara. Proses analisa
yang dilakukan dengan cara analisa regresi linier dengan input data variabel bebas dan tidak bebas. Dalam hal ini metode yang akan digunakan untuk
menganalisa estimasi parameter utilitas adalah dengan maximum likelihood. Dari hasil estimasi parameter tersebut akan didapatkan variabel bebas yang
merupakan tingkat pelayanan serta variabel terikat utilitas yang akan dapat menggambarkan bagaimana pengaruh pilihan para responden pada seluruh
tingkat pelayanan yang ditawarkan. 1.
Karakteristik Responden Data yang didapat dari hasil survei terhadap karakteristik
respondenpelaku perjalanan angkutan penumpang Kereta Api Bandara dan Bus Bandara maka diperoleh data yang diklasifikasikan
sebagai berikut: a.
Tujuan perjalanan. b.
Alasan pemilihan moda. c.
Usia. d.
Frekuensi Intensitas. e.
Jumlah penghasilan tiap bulan. f.
Tingkat pendidikan.
Universitas Sumatera Utara
g. Pekerjaan.
h. Lama waktu yang dibutuhkan untuk sampai dari tempat asal menuju
stasiun keberangkatan. i.
Jenis kendaraan yang digunakan untuk sampai dari tempat asal menuju stasiun keberangkatan.
2. Preferensi yang ditawarkan kepada responden
Ada beberapa preferensi yang ditawarkan kepada responden, dimana masing masing atribut yang ditawarkan mengalami perubahan. Perubahan
yang diberikan dapat berupa peningkatan ataupun penurunan nilai dari masing-masing atribut pelayanan. Berikut atribut pelayanan dari masing
masing moda yang ditawarkan kepada responden: a.
Atribut biaya perjalanan. Atribut biaya perjalanan yang dimaksud dalam suvei ini adalah
biayaongkos yang dikeluarkan responden dalam menggunakan moda transportasi kereta api atau moda transportasi bus. Notasi parameter
atribut : cost. b.
Atribut waktu tempuh perjalanan. Atribut waktu tempuh yang dimaksud dalam survei ini adalah lamanya
moda transportasi yang digunakan responden untuk menempuh Medan sampai Bandara Kuala Namu. Notasi parameter atribut : time.
c. Atribut jadwal keberangkatan.
Atribut jadwal keberangkatan yang dimaksud dalam survei ini merupakan jarak waktu keberangkatan saat meninggalkan terminal,
Universitas Sumatera Utara
antara satu kendaraan dengan kendaraan berikutnya. Notasi parameter atribut : headway.
d. Atribut lama waktu yang dibutuhkan untuk sampai dari tempat asal
menuju stasiun keberangkatan. Atribut yang dimaksud merupakan lama waktu yang dibutuhkan untuk
sampai dari tempat asal. Dimana pengguna moda mulai melakukan perjalanan. sampai ke stasiun keberangkatan, dalam hal ini merupakan
stasiun Kereta Api Bandara di Medan ataupun Stasiun Bus Bandara di Plaza Medan Fair.
Notasi parameter atribut : access time. e.
Atribut pelayanan yang dimaksud dalam survei ini adalah fasilitas- fasilitas lain yang ditawarkan kepada pengguna moda yang tujuannya
untuk menambah kenyamanan pengguna moda selama masa perjalanan. Masing-masing nilai atribut yang ditawarkan kepada responden akan
dirubah nilainya, dapat berupa peningkatan atau dapat berupa penurunan. Dari peningkatan ataupun penurunan nilai masing-masing
atribut pelayanan yang ditawarkan, maka diharapkan akan terlihat juga perubahan minat pengguna moda terhadap moda kendaraan yang selama
ini mereka pergunakan. Dalam hal ini terdapat tiga macam perbedaaan atribut pelayanan untuk
kedua moda tersebut. Selanjutnya diasumsikan penambahan atau peningkatan satu macam pelayanan adalah penambahan tingkat
pelayanan sebesar 10. Notasi parameter atribut : service.
Universitas Sumatera Utara
Hasil estimasi parameter utilitas yang telah memenuhi pengujian secara statistik, akan dilanjutkan untuk mendapatkan besaran nilai probabilitas pada masing-
masing pilihan moda sesuai dengan model logit dan probit. Adapun persamaan model logit biner dan probit biner adalah sebagai berikut:
Bentuk persamaan logit biner . 1.
Probabilitas pemilihan Kereta Api Bandara : P
KAB
= exp
1 exp
BB KAB
BB KAB
U U
− −
+ 3.3
2. Probabilitas pemilihan Bus Bandara :
P
BB
= 1 - P
KAB
3.4 Bentuk persamaan model probit biner.
1. Probabilitas pemilihan Kereta Api Bandara:
P
KAB
= Φ
−
σ
BB KAB
U 3.5
2. Probabilitas pemilihan Bus Bandara
P
BB
= Φ
−
σ
KAB BB
U 3.6
dimana : P
KAB
= Probabilitas pemilihan KA Bandara. P
BB
= Probabilitas pemilihan Bus Bandara. U
KAB
= Utilitastingkat kepuasan moda KA Bandara. U
BB
= Utilitastingkat kepuasan moda Bus Bandara. σ = standar deviasi.
Φ
= distribusi normal kumulatif dari tabel.
Universitas Sumatera Utara
3.8 Pengujian Hipotesa Secara Parsial Uji-t
Uji t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel bebas secara individual dalam menerangkan variasi variabel terikat. Tujuan dari uji t adalah
untuk menguji koefisien regresi secara individual. Langkah-langkahurutan menguji hipotesa:
1. Merumuskan hipotesa. H
: βi = 0, artinya variabel bebas bukan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel terikat
H
1
: βi ≠ 0, artinya variabel bebas merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel terikat.
2. Menentukan taraf nyatalevel of significance = α.
Tara f nyata yang digunakan sebesar α = 5, dengan:
df = n – k dimana:
df = degree of freedomderajat kebebasan. n = Jumlah sampel.
k = banyaknya koefisien regresi + konstanta. 3. Menentukan daerah keputusan, yaitu daerah dimana hipotesa nol diterima
atau tidak. Ho ditolak apabila t hitung t α ; n – k artinya ada pengaruh
antara variabel bebas terhadap variabel terikat. 4. Menentukan uji statistik rule of the test.
5. Mengambil keputusan. Keputusan bisa menolak H
atau menerima H
1
.
Universitas Sumatera Utara
Nilai t tabel yang diperoleh dibandingkan nilai t hitung, bila t hitung lebih besar dari t tabel, maka H
ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel independen berpengaruh pada variabel dependen.
Apabila t hitung lebih kecil dari t tabel, maka H diterima sehingga dapat disimpulkan
bahwa variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.
3.9. Pengujian Hipotesa Secara Menyeluruh Uji-F
Uji F dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas secara bersama- sama terhadap variabel terikat.
Langkah-langkah urutan menguji hipotesa: 1. Merumuskan hipotesa.
Ho : β
1
= β
2
= β
3
= β
4
= β
5
= 0, berarti secara bersama-sama tidak ada pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.
H1 : β
1
≠ β
2
≠ β
3
≠ β
4
≠ β
5
≠ 0, berarti secara bersama-sama ada pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.
2. Menentukan taraf nyatalevel of significance = α.
Taraf nyata yang digunakan sebesar α = 5. Derajat bebas df dalam distribusi F ada dua, yaitu :df numerator = dfn = df
1
= k – 1 dan df denumerator = dfd = df
2
= n – k. dimana:
df = degree of freedomderajat kebebasan. n = Jumlah sampel.
k = banyaknya koefisien regresi.
Universitas Sumatera Utara
3. Menentukan daerah keputusan, yaitu daerah dimana hipotesa nol diterima atau tidak. Ho diterima apabila F hitung
≤ F tabel, artinya semu a variabel bebas secara bersama-sama bukan merupakan variabel penjelas yang
signifikan terhadap variabel terikat. Ho ditolak apabila F hitung F tabel, artinya semua variabel bebas secara bersama-sama merupakan penjelas
yang signifikan terhadap variabel terikat. 4. Menentukan uji statistik nilai F.
Bentuk distribusi F selalu bernilai positif. Keputusan bisa menolak Ho atau menerima H
1
. Nilai F tabel yang diperoleh dibanding dengan nilai F hitung apabila F
hitung lebih besar dari F tabel, maka ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara variabel independen dengan
variabel dependen.
3.10 Uji Sensitifitas
Uji ini dilakukan untuk mengetahui dan memahami perubahan nilai dari probabilitas pemilihan Kereta Api Bandara seandainya dilakukan perubahan nilai
atribut pelayanannya. Untuk menggambarkan sensitifitas ini dapat dilakukan beberapa perubahan atribut terhadap model pada masing-masing kelompok, yakni:
1. Biaya perjalanan dikurangi atau ditambah.
2. Waktu tempuh perjalanan diperlambat atau dipercepat.
3. Jadwal keberangkatan diperlambat atau dipercepat.
Universitas Sumatera Utara
4. Lama waktu yang dibutuhkan untuk sampai dari tempat asal menuju
stasiun keberangkatan dikurangi atau ditambah. 5.
Pelayanan yang diberikan ditingkatkan atau dikurangi. Dari uji sensitifitas juga akan diperlihatkan bagaimana nilai probabilitas dari
setiap perubahan atribut dengan model logit biner dan probit biner, dan selanjutnya akan dibahas bagaimana hasil dari kedua model tersebut.
3.11 Skema Tahapan Perhitungan
Tahapan perhitungan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.2.
Gambar 3.2 Diagram Alir Tahapan Perhitungan Kompilasi data survei dalam format Ms. Excel
Impor data Ms. Excel ke format SPSS 18
Tentukan Persamaan Fungsi Utilitas KA Bandara thd Bus Bandara
Hitung Nilai Utilitas KA Bandara thd Bus Bandara
Hitung Nilai Probabilitas untuk Model Logit Biner dan Probit Biner
Buat Tabel Sensitifitas tiap Atribut untuk Model Logit Biner dan Probit Biner
Gambarkan Grafik Sensitifitas masing-masing Model Logit Biner dan Probit Biner
Analisa Grafik Sensitifitas masing-masing Model Logit Biner dan Probit Biner
Universitas Sumatera Utara
Penjelasan Skema Tahapan Perhitungan. Step 1. Kompilasi data survei dalam format Ms. Excel.
Dari data hasil survei lapangan didapatkan: a.
Jumlah sampel observasi sebanyak 104 sampel b.
Jumlah atribut sebanyak 5 buah c.
Tiap kuisioner berisikan 26 pertanyaan perubahan atribut Sehingga akan terbentuk matrik seperti pada Lampiran 2.
Step 2. Impor data Ms.Excel ke format SPSS 18. a.
Gunakan perintah: Analyze – Correlate – Bivariate untuk mendapatkan matriks Korelasi.
b. Gunakan perintah: Analyze – Regression – Linear untuk mendapatkan
alternatif persamaan Fungsi Utilitas KA Bandara terhadap Bus Bandara. Step 3. Tentukan Persamaan Fungsi Utilitas KA Bandara terhadap Bus Bandara.
Dari sebanyak 31 alternatif persamaan fungsi utilitas dipilih satu persamaan yang terbaik yang memiliki nilai konstanta kecil, F-stat terbesar dan nilai R
2
terbesar. Terpilih persamaan 31 sebagai persamaan fungsi utilitas. Step 4. Hitung Nilai Utilitas KA Bandara terhadap Bus Bandara.
Dengan jalan mensubstitusikan masing-masing nilai-nilai atribut X
1
, X
2
, X
3
, X
4
, dan X
5
pada setiap pilihan pertanyaan ke dalam persamaan fungsi utilitas akan diperoleh nilai utilitas KA Bandara terhadap Bus Bandara.
Step 5. Hitung Nilai Probabilitas untuk Model Logit Biner dan Probit Biner. Step 6. Buat Tabel Sensitifitas tiap Atribut untuk Model Logit dan Probit Biner.
Universitas Sumatera Utara
Atribut yang akan ditinjau sensitifitasnya ditentukan perubahan nilai-nilainya sementara nilai atribut-atribut lainnya dibuat tetap. Selanjutnya dilakukan
perhitungan Step 4 dan Step 5. Hasil perhitungan dibuat dalam sebuah tabel. Step 7. Gambarkan Grafik Sensitifitas masing-masing Model Logit dan Probit Biner.
Nilai selisih atribut dan probabilitas yang sudah diperoleh dari Step 6, dengan menggunakan bantuan pembuatan grafik yang ada di Ms. Excel dapat
digambar Grafik Probabilitas vs Selisih Utilitas. Dari grafik ini akan terlihat sensitifitas dari masing-masing atribut.
Step 8. Analisa Grafik Sensitifitas masing-masing Model Logit dan Probit Biner. Dari tampilan grafik sensitifitas masing-masing atribut dapat dianalisa
probabilitas pemilihan kedua moda transportasi pada setiap atribut dan juga dapat dilakukan perbandingan sensitifitas antara Model Logit Biner dengan
Model Probit Biner
3.12 Kesimpulan dan Saran
Dari hasil setiap analisa yang dilakukan maka akan diperoleh beberapa kesimpulan yang berkaitan dengan karakteristik pemilihan moda oleh pelaku
perjalanan. Setelah memperoleh kesimpulan dari hasil penelitian, selanjutnya dapat diberikan rekomendasi atau saran, baik yang berkaitan dengan penelitian lebih lanjut
maupun yang berkaitan dengan pihak pengelola dan pemilik moda transportasi mengenai langkah-langkah perbaikan.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Wilayah Penelitian 4.1.1 Medan
Wilayah studi penelitian ini terdiri atas dua daerah yang mempunyai hubungan transportasi darat yaitu kota Medan dan daerah Kuala Namu yang mana
kedua daerah ini sama-sama berada di provinsi Sumatera Utara. Medan adalah
ibu kota provinsi
Sumatera Utara ,
Indonesia . Kota Medan
memiliki luas 26.510 Hektar 265,10 Km
2
atau 3,6 dari keseluruhan wilayah Sumatera Utara dan berpenduduk sebanyak
2.602.612 jiwa BPS kota Medan 2013 .
Dengan demikian, dibandingkan dengan kotakabupaten lainya, Kota Medan memiliki luas wilayah yang relatif kecil, tetapi dengan jumlah penduduk yang relatif
besar. Secara geografis kota Medan terletak pada 3° 30 – 3° 43 Lintang Utara dan 98° 35 - 98° 44 Bujur Timur. Untuk itu topografi kota Medan cenderung miring ke
Utara dan berada pada ketinggian 2,5 - 37,5 meter diatas permukaan laut. Secara administratif, wilayah kota Medan hampir secara keseluruhan
berbatasan dengan Daerah Kabupaten Deli Serdang, yaitu sebelah Barat, Selatan dan Timur. Sepanjang wilayah Utaranya berbatasan langsung dengan Selat Malaka, yang
diketahui merupakan salah satu jalur lalu lintas terpadat di dunia. Kabupaten Deli Serdang merupakan salah satu daerah yang kaya dengan sumber daya alam SDA,
khususnya di bidang perkebunan dan kehutanan. Karenanya secara geografis kota Medan didukung oleh daerah-daerah yang kaya sumber daya alam seperti Deli
91
Universitas Sumatera Utara
Serdang , Labuhan Batu, Simalungun, Tapanuli Utara, Tapanuli Selatan, Mandailing Natal, Karo, Binjai dan lain-lain. Kondisi ini menjadikan kota Medan secara ekonomi
mampu mengembangkan berbagai kerjasama dan kemitraan yang sejajar, saling menguntungkan, saling memperkuat dengan daerah-daerah sekitarnya.
4.1.2 Kuala Namu
Kuala Namu terletak di Desa Beringin, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara. Daerah ini terletak pada posisi 2º.57’- 3º.16’ LU
dan 98º.33’- 99º.27’ BT, dengan luas wilayah 2.808,91 km
2
Kabupaten Deli Serdang adalah sebuah kabupaten di Provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Ibu kota kabupaten ini berada di Lubuk Pakam.
Kabupaten Deli Serdang dikenal sebagai salah satu daerah dari 25 KabupatenKota di Provinsi Sumatera Utara. Kabupaten yang memiliki keanekaragaman sumber daya
alamnya yang besar sehingga merupakan daerah yang memiliki peluang investasi cukup menjanjikan. Dulu wilayah ini disebut Kabupaten Deli dan Serdang, dan
pemerintahannya berpusat di Kota Medan. Memang dalam sejarahnya, sebelum kemerdekaan Republik Indonesia, wilayah ini terdiri dari dua pemerintahan yang
berbentuk kerajaan kesultanan yaitu Kesultanan Deli berpusat di Kota Medan, dan Kesultanan Serdang berpusat di Perbaungan.
Bandara baru untuk Provinsi Sumatera Utara yang menggantikan Polonia adalah Bandara Kuala Namu, terletak di kabupaten ini. Bandara Kuala Namu
diharapkan dapat menjadi bandara pangkalan transit internasional untuk kawasan Sumatera sekitarnya. Bandara ini adalah bandara terbesar kedua di Indonesia
Universitas Sumatera Utara
setelah Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta. Bandara ini resmi beroperasi sejak 25 Juli 2013.
4.2 Profil Perusahaan
4.2.1 PT Railink
PT Railink adalah anak perusahaan dari PT Kereta Api Indonesia Persero dengan PT Angkasa Pura II Persero, didirikan dengan visi untuk menyuguhkan
semangat baru dalam pelayanan moda transportasi kereta di Indonesia. PT Railink mempersembahkan sebuah layanan yang baru pertama kali hadir di Indonesia, yakni
Kereta Api Bandara, bersamaan dengan pengoperasian perdana Bandara Internasional Kuala Namu pada tanggal 25 Juli 2013. Kereta Api Bandara pertama ini melayani
penumpang dari kota Medan yang hendak menuju Bandara Kuala Namu dan juga sebaliknya.
Sebagai layanan transportasi bandara, Kereta Api Bandara ini memiliki fasilitas maupun layanannya yang diharapkan dapat menjadi standar baru dalam
dunia perkeretaapian di Indonesia. Layanan Kereta Api Bandara dirancang untuk memberikan kenyamanan dan kemudahan bagi calon penumpang baik mereka yang
telah menggunakan maupun yang baru mencoba untuk pertama kalinya. Itu sebabnya PT Railink selalu berusaha untuk memberi yang terbaik dan selalu berinovasi dalam
memberikan layanan. Untuk memberikan kenyamanan yang optimal bagi para penumpang, PT
Railink mendatangkan 4 rangkaian kereta ekslusif produksi Woojin Industries Korea. Setiap rangkaian yang terdiri dari 4 kereta ini berkapasitas 172 kursi, memiliki
Universitas Sumatera Utara
interior yang sangat lega dengan 4 rak bagasi di setiap keretanya. Selain itu, terpasang 2 LCD TV dan akan diperlengkapi dengan jaringan internet wi-fi.
Dengan menggunakan 4 rangkaian kereta modern ini, diharapkan akan tersedia total perjalanan 36 kali PP setiap harinya dari Stasiun KA Bandara Medan ke
Stasiun KA Bandara Kuala Namu. Perjalanan menuju Bandara akan ditempuh dalam waktu +- 37 menit, dan +- 45 menit saat menuju Medan.
4.2.2 Perum DAMRI
DAMRI Adalah Kepanjangan dari ” Djawatan Angkoetan Motor Repoeblik Indonesia ” Tahun 1945, setelah Indonesia merdeka, dibawah pengelolaan
Kementerian Perhoeboengan RI, JAWA UNYU ZIGYOSHA berubah nama menjadi “Djawatan Pengangkoetan” untuk angkutan barang dan ZIDOSHA SOKYOKU
beralih menjadi “Djawatan Angkutan Darat” untuk angkutan penumpang. Pada tanggal 25 November 1946, kedua djawatan itu digabungkan berdasarkan
Maklumat Menteri Perhubungan RI No.01DAM46 dibentuklah “Djawatan Angkoetan Motor Repoeblik Indonesia”, disingkat DAMRI, dengan tugas utama
menyelenggarakan pengangkutan darat dengan bus, truk, dan angkutan bermotor lainnya.
Tahun 1961, terjadi peralihan status DAMRI menjadi Badan Pimpinan Umum Perusahaan Negara BPUPN berdasarkan PP No.233 Tahun 1961, yang kemudian
pada tahun 1965 BPUPN dihapus dan DAMRI ditetapkan menjadi Perusahaan Negara PN. Tahun 1982, DAMRI beralih status menjadi Perusahaan Umum PERUM
berdasarkan PP No.30 Tahun 1984, selanjutnya dengan PP No. 31 Tahun 2002,
Universitas Sumatera Utara
hingga saat ini. Dimana Perum DAMRI diberi tugas dan wewenang untuk menyelenggarakan jasa angkutan umum untuk penumpang dan barang di atas jalan
dengan kendaraan bermotor. Saat ini Perum DAMRI dengan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara
Pemprov Sumut terus berupaya melakukan penambahan armada dan perluasan trayek bus khusus Bandara Kuala Namu, Kabupaten Deli Serdang.
Hal ini dilakukan berkaitan dengan permintaan dari Pemprov Sumut, agar Perum DAMRI mempercepat interval atau headway jarak waktu antar bus yang
beroperasi di bandara pengganti Bandara Polonia, Medan, itu. Untuk mempercepat interval tersebut, akan segera dilakukan penambahan
bus yakni untuk destinasi ke Carrefour Medan Plaza dari 10 menjadi 25 unit, dan Terminal Amplas dari 10 unit menjadi 25 armada. Selain itu, akan dibuka trayek
baru Bandara Kuala Namu – Polonia eks-bandara, dengan kekuatan armada pada tahap awal sebanyak lima bus.
Selain Polonia, trayek bus bandara juga akan dikembangkan ke empat destinasi lainnya yakni Pelabuhan Belawan, Simpang Pos Padang Bulan, Rantau
Prapat dan Pematang Siantar. DAMRI juga akan membuka pelayanan angkutan perkotaan semacam
busway di Kota Medan. Dengan angkutan yang eksekutif, nyaman, terjadwal, serta relatif lebih murah ongkosnya ini, maka warga Medan diharapkan semakin
mendapatkan pelayanan transportasi yang lebih baik. Apalagi saat ini pemerintah selaku regulator menerapkan konsep quality
licensing. Dalam kebijakan quality licensing ini bahwa pemerintah memberikan
Universitas Sumatera Utara
izin penyelenggaraan Angkuran Pemadu Moda berdasarkan kualitas. Apabila operator pemadu moda tersebut tidak mampu memenuhi kualifikasi sesuai dengan
yang telah ditetapkan oleh regulator pada waktu tender maka izin penyelenggaraan Angkutan Moda tersebut tidak akan dikeluarkan lagi.
Penerapan quality licensing ini untuk meningkatkan kualitas layanan angkutan umum sehingga masyarakat secara perlahan-lahan akan beralih dari menggunakan
mobil pribadi menjadi menggunakan angkutan umum. Ada beberapa hal yang melatarbelakangi dilakukan gagasan penerapan quality
licensing, yaitu : 1.
Sebagian besar masyarakat sangat tergantung terhadap pelayanan angkutan umum baik Angkutan Kota maupun Angkutan Antar Kota Captive Rider;
2. Menurunnya kualitas pelayanan angkutan umum baik Angkutan Antar Kota
maupun Angkutan Antar Kota yang disebabkan oleh beberapa faktor antara lain dampak kenaikan harga BBM, penurunan daya beli masyarakat,
kemajuan tekhnologi informasi serta persaingan dengan moda lain; 3.
Jumlah penumpang pesawat udara yang terus mengalami peningkatan yang sangat signifikan yang secara langsung berpengaruh pada menurunnya jumlah
penumpang pada moda lainnya khususnya moda Angkutan Jalan; 4.
Moda angkutan umum yang dapat dijadikan sebagai percontohan pelayanan angkutan umum yang berkualitas pada saat ini adalah Angkutan Pemadu
Moda Bandung Super Mall – Bandara Soekarno Hatta untuk angkutan Antar Kota dan Busway untuk angkutan Kota.
Universitas Sumatera Utara
4.3 Penentuan Jumlah Sampel 4.3.1 Populasi
Polulasi dalam penelitian ini adalah jumlah penumpang yang menggunakan Kereta Api Bandara dari Stasiun besar Kereta Api Medan tujuan Bandara Kuala
Namu dan juga penumpang Bus Bandara dari Carrefour Plaza Medan Fair tujuan Bandara Kuala Namu. Dari data yang diperoleh dari Perum Damri dan PT Railink
diperoleh data jumlah penumpang pada masing masing moda transportasi bus dan kereta api. Data tentang jumlah penumpang harian masing-masing untuk moda Kereta
Api Bandara dan Bus Bandara dapat dilihat pada Daftar Lampiran 9 dan 10. Adapun kondisi saat ini eksisting pada moda angkutan penumpang Kereta
Api Bandara dan Bus Bandara yang ditinjau dapat dilihat dari Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Kondisi Saat Ini eksisting pada Kereta Api Bandara dan Bus Bandara
No. Atribut
Jenis Moda Angkutan Kereta Api Bandara Bus Bandara
1. Biaya Perjalanan Cost
Rp.80.000 Rp.15.000
2. Waktu Tempuh Perjalanan Time
37 menit 80 menit
3. Jadwal Keberangkatan Headway tiap 120 menit
tiap 45 menit
Sumber : Dishub Sumut
Penjelasan untuk masing-masing atribut: a.
Biaya perjalanan : biaya yang harus dikeluarkan untuk pembayaran ongkos transportasi dalam satuan rupiah per orang, yang merupakan biaya perjalanan
dari Medan ke Kuala Namu.
Universitas Sumatera Utara
b. Waktu tempuh perjalanan : adalah waktu tempuh kendaraan dalam satuan jam,
yang merupakan waktu tempuh perjalanan dari Medan ke Kuala Namu. c.
Jadwal keberangkatan: jarak waktu keberangkatan saat meninggalkan terminal antara satu kendaraan dengan kendaraan berikutnya.
Alasan penulis mengambil ketiga atribut tersebut adalah karena berdasarkan penelitian sebelumnya bahwa atribut yang paling berpengaruh bagi pelaku perjalanan
secara umum adalah biaya dan waktu tempuh perjalanan. Dari Daftar Lampiran 10 terlihat rata-rata jumlah penumpang harian masing
masing moda transportasi dari stasiun Medan ke Bandara Kuala Namu adalah untuk Kereta Api Bandara sebanyak 805 penumpang dan Bus Bandara sebanyak 594
penumpang. Sehingga jumlah populasi pada penelitian ini adalah sebanyak 1399 penumpang.
4.3.2 Sampel
Dari jumlah populasi di atas dapat dicari banyaknya sampel minimum yang diperlukan dalam penelitian ini.
a. Dengan rumus Frank Lynch:
1 .
. 1
. .
2 2
2
p p
z d
N p
p z
N n
− +
− ≥
n = jumlah sampel N = jumlah populasi = 1399
z = 1,645 nilai yang diperoleh dari tabel Z berdasarkan tingkat kepercayaan 90.
p = 0,5754 variasi populasi yang dinyatakan dalam bentuk
Universitas Sumatera Utara
proporsi. d = 10 derajat kesalahan sampel.
5754 ,
1 .
5754 ,
. 645
, 1
1 ,
. 1399
5754 ,
1 .
5754 ,
. 645
, 1
. 1399
2 2
2
− +
− ≥
n n
≥ 63,13. b.
Dengan rumus Slovin: 1
.
2
+ ≥
d N
N n
1 1
, .
1399 1399
2
+ ≥
n 33
, 93
≥ n
Dari kedua hasil perhitungan tersebut diambil jumlah sampel sebanyak 104 buah. Sehingga jumlah kuisioner yang disebarkan kepada responden adalah 104
kuisioner. Proporsi penyebaran kuisioner pada masing-masing moda dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Proporsi Penyebaran Kuisioner Pada Masing-Masing Moda Transportasi
No Moda Transportasi
Jumlah rata-rata penumpang per hari Jumlah kuisioner 1
Kereta Api Bandara 805
60 2
Bus Bandara 594
44 Jumlah
1399 104
Universitas Sumatera Utara
4.3.3 Perolehan Data Survei
Pelaksanaan survei dilakukan terhadap 147 responden, yang merupakan pengguna jasa angkutan umum Kereta Api Bandara dan Bus Bandara. Para surveyor dalam
menyebarkan kuisioner atau angket ditempatkan pada titik-titik utama yaitu di stasiun Kereta Api Medan dan Shelter Bus Bandara di Carrefour Plaza Medan Fair.
Dari kuisioner yang telah disebarkan diperoleh kriteria jawaban yang beragam yaitu mulai dari kuisioner yang fanatik kepada satu moda sampai jawaban yang tidak
konsisten. Adapun ragam kriteria jawaban tersebut adalah: 1.
Responden yang fanatik terhadap satu moda tertentu. Yaitu responden yang memberikan jawaban yang sama tidak berubah
untuk setiap option pertanyaan yang ditawarkan. 2.
Jawaban yang tidak lengkap. Pada kelompok ini jawaban yang diberikan oleh responden tidak lengkap
sehingga terdapat beberapa option yang tidak dijawab oleh responden. 3.
Jawaban yang tidak konsisten Responden memberikan jawaban yang tidak konsisten.
Tabel 4.3 Ragam Kriteria Jawaban Responden
No. Kriteria
Jumlah buah 1.
Responden fanatik terhadap satu moda 14
2. Jawaban yang tidak lengkap
4 3.
Jawaban yang tidak konsisten 25
Jumlah 43
Universitas Sumatera Utara
4.4 Pemaparan Hasil Survei
Jumlah kuisioner yang valid sehingga dapat diproses ke tahap selanjutnya adalah sebanyak 104 kuisioner. Adapun distribusi responden pengguna kedua moda
tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.4 Tabel 4.4 Distribusi Responden Pengguna Moda Kereta Api Bandara dan Bus
Bandara untuk Perjalanan Medan – Kuala Namu
No. Responden pengguna Penumpang Persentase Pembulatan 1
Kereta Api Bandara 60
57,69 58
2 Bus Bandara
44 42,31
42
Diagram lingkaran perbandingan jumlah responden pengguna Kereta Api Bandara dan Bus Bandara dapat dilihat pada Gambar 4.1.
Gambar 4.1 Perbandingan Jumlah Responden Pengguna Kereta Api Bandara dan Bus Bandara
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan distribusi responden pengguna tersebut, kemudian akan dilihat kondisi dan karekteristik dari pengguna untuk masing-masing jenis moda,
yaitu sebagai berikut:
a. Tujuan Perjalanan
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan dengan tujuan perjalanan terlihat bahwa karektertistik pengguna Kereta Api Bandara paling banyak melakukan
perjalanan dengan tujuan urusan bisnisbekerja sebesar 43,33 responden. Untuk karektertistik pengguna Bus Bandara pada paling banyak melakukan perjalanan
dengan tujuan urusan berliburrekreasi sebesar 31,82 responden. Adapun data selengkapnya distribusi tujuan perjalanan responden pengguna
kedua moda tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.5. Tabel 4.5 Distribusi Tujuan Perjalanan Responden Pengguna KABandara
dan Bus Bandara untuk Perjalanan Medan – Kuala Namu
No. Tujuan Perjalanan
Penggunaan Moda Kereta Api Bandara
Bus Bandara Jumlah
Jumlah 1.
BisnisBekerja 26
43,33 10
22,73 2.
BerliburRekreasi 17
28,33 14
31,82 3.
Pendidikan 4
6,67 7
15,91 4.
Urusan Keluargasosial 13
21,67 13
29,54 5.
Berobat Check Up Jumlah
60 100
44 100
Selanjutnya distribusi tujuan perjalanan responden pengguna Kereta Api Bandara dan Bus Bandara tujuan Medan – Kuala Namu tersebut dapat kita lihat pada
Gambar 4.2.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.2 Distribusi Tujuan Perjalanan Responden Pengguna Kereta Api Bandara dan Bus Bandara tujuan Medan – Kuala Namu
b. Tingkat Pendidikan Terakhir Responden
Berdasarkan tingkat Pendidikan terakhir responden terlihat bahwa pengguna Kereta Api Bandara paling banyak tingkat pendidikan terakhir adalah Akademi
sebesar 30. Untuk pengguna Bus Bandara paling banyak adalah responden dengan tingkat pendidikan terakhir SMA dan sarjana, yakni masing-masing sebesar 45,44 .
Hasil selengkapnya distribusi tingkat pendidikan responden pengguna kedua moda tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.6.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.6 Distribusi Tingkat Pendidikan Responden Pengguna Kereta Api Bandara dan Bus Bandara untuk Perjalanan Medan – Kuala Namu
No. Tingkat Pendidikan
Penggunaan Moda Kereta Api Bandara
Bus Bandara Jumlah
Jumlah 1.
SD 2.
SMP 1
1,67 2
4,55 3.
SMAsederajat 17
28,33 20
45,44 4.
Akademi 18
30 12
27,27 5.
Sarjana 15
25 20
45,44 6.
Pasca Sarjana 9
15 Jumlah
60 100
44 100
Diagram batang distribusi tingkat pendidikan responden pengguna Kereta Api Bandara dan Bus Bandara dapat kita lihat pada Gambar 4.3.
Gambar 4.3 Distribusi Tingkat Pendidikan Responden Pengguna Kereta Api Bandara dan Bus Bandara untuk Perjalanan Medan – Kuala Namu
Universitas Sumatera Utara
c. ProfesiPekerjaan Responden
Berdasarkan ProfesiPekerjaan responden terlihat bahwa karakteristik pengguna Kereta Api Bandara paling banyak adalah responden dengan profesi
sebagai Pegawai Swasta 43,33. Demikian juga untuk pengguna Bus Bandara paling banyak adalah responden dengan profesi sebagai Pegawai Swasta 31,82.
Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.7 dan Gambar 4.4. Tabel 4.7 Distribusi ProfesiPekerjaan Responden Pengguna Kereta Api
Bandara dan Bus Bandara untuk Perjalanan Medan – Kuala Namu
No. Pekerjaan Responden
Penggunaan Moda Kereta Api Bandara
Bus Bandara Jumlah
Jumlah 1.
PNS 10
16,67 5
11,36 2.
Pegawai Swasta 26
43,33 14
31,82 3.
WiraswastaWirausaha 16
26,67 11
25,00 4.
PelajarMahasiswa 6
10,00 11
25,00 5.
Ibu Rumah Tangga 2
3,33 3
6,82 6.
PensiunanTidak Bekerja 0,00
0,00 Jumlah
60 100
44 100
Gambar 4.4 Distribusi ProfesiPekerjaan Responden pengguna KAdan Bus Bandara untuk Perjalanan Medan – Kuala Namu
Universitas Sumatera Utara
d. Tingkat Pendapatan
Secara umum berdasarkan tingkat pendapatan perbulan responden terlihat bahwa pengguna Kereta Api Bandara paling banyak adalah responden dengan tingkat
pendapatan Rp. 2.500.000 – 3.499.999
,-
26,67. Untuk pengguna Bus Bandara paling banyak adalah responden dengan tingkat pendapatan Rp. 1.500.000,-
29,54. Adapun hasil distribusi pendapatan pribadikeluarga per bulan responden kedua moda tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.8 dan Gambar 4.5.
Tabel 4.8 Distribusi Tingkat Pendapatan Responden Pengguna KA Bandara dan Bus Bandara untuk Perjalanan Medan – Kuala Namu
No. Pendapatan responden
per bulan Pengguna Moda
Kereta Api Bandara Bus Bandara
jumlah Jumlah
1. Rp. 1500.000,-
4 6,67
13 29,54
2. Rp. 1500.000 – 2.499.999-
13 21,67
10 22,73
3. Rp. 2.500.000 – 3.499.999,-
16 26,67
6 13,64
4. Rp.3500.000 – 4.499.999,-
7 11,66
6 13,64
5. Rp.4500.000 – 6.000.000,-
11 18,33
4 9,09
6. Rp.6.000.000,-
9 15,00
5 11,36
Jumlah 60
100 44
100
Gambar 4.5 Distribusi Tingkat Pendapatan Responden KA Bandara dan Bus Bandara untuk Perjalanan Medan – Kuala Namu
e. Alasan Memilih Moda
Universitas Sumatera Utara
Dilihat dari alasan pemilihan moda, pengguna Kereta Api Bandara paling banyak memilih Kereta Api Bandara karena pertimbangan kecepatanwaktu 60.
Sementara untuk pengguna Bus Bandara paling banyak memilih Bus Bandara karena pertimbangan harga murah 68,18, seperti diperlihatkan dalam Tabel 4.9.
Tabel 4.9 Distribusi Alasan Pemilihan Moda Responden Pengguna KA dan Bus Bandara untuk Perjalanan Medan – Kuala Namu
No. Alasan Pemilihan Moda
Penggunaan Moda Kereta Api Bandara
Bus Bandara jumlah
Jumlah 1.
Pertimbangan kecepatanwaktu 36
60 2
4,55 2.
Pertimbangan keselamatankeamanan 10
16,67 1
2,27 3.
Pertimbangan kenyamanan 12
20 1
2,27 4.
Pertimbangan kemudahan 2
3,33 10
22,73 5.
Pertimbangan harga murah 30
68,18 Jumlah
60 100
44 100
Diagram batang distribusi alasan pemilihan moda responden pengguna KA Bandara dan Bus Bandara dapat dilihat pada Gambar 4.6.
Gambar 4.6 Distribusi Pemilihan Moda Pengguna KA Bandara dan Bus Bandara untuk Perjalanan Medan – Kuala Namu
Universitas Sumatera Utara
f. Lama Waktu yang Dibutuhkan Responden dari Tempat Keberangkatan Menuju Stasiun Keberangkatan
Dilihat dari alasan lama waktu yang dibutuhkan responden dari tempat keberangkatan menuju stasiun keberangkatan, bagi pengguna Kereta Api Bandara
paling banyak membutuhkan waktu 15 menit dan 30 menit dengan persentase sebesar 35. Sementara bagi pengguna Bus Bandara paling banyak membutuhkan waktu 15
menit dengan persentase sebesar 38,64. Data selengkapnya tentang lama waktu yang dibutuhkan responden dari
tempat keberangkatan menuju stasiun keberangkatan dapat dilihat dari Tabel 4.10. Tabel 4.10 Lama Waktu yang Dibutuhkan Responden Pengguna KA Bandara dan
Bus Bandara dari Tempat Keberangkatan Menuju Stasiun Keberangkatan
No. Waktu yang dibutuhkan Menuju Stasiun KA Bandara Menuju Stasiun Bus Bandara
Jumlah Jumlah
1. ±15 menit
21 35
17 38,64
2. ±30 menit
21 35
13 29,55
3. ±45 menit
14 23,33
9 20,45
4. ±60 menit
4 6,67
5 11,36
Jumlah 60
100 44
100
Diagram batang yang memperlihatkan distribusi lama waktu yang dibutuhkan responden pengguna Kereta Api Bandara dan Bus Bandara dari tempat keberangkatan
menuju stasiun keberangkatan moda dapat dilihat pada Gambar 4.7.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.7 Lama waktu yang Dibutuhkan Responden Pengguna KA dan Bus Bandara dari Tempat Keberangkatan Menuju Stasiun Keberangkatan
g. Jenis Kendaraan yang Digunakan dari Tempat Keberangkatan Menuju Stasiun Kereta Api Bandara Bus Bandara.
Dilihat dari jenis kendaraan yang digunakan responden pengguna Kereta Api Bandara dan Bus Bandara dari tempat keberangkatan menuju stasiun keberangkatan,
pengguna Kereta Api Bandara paling banyak menggunakan taksi dan kendaraan pribadi sementara pengguna Bus Bandara paling banyak menggunakan angkutan ini.
Hal ini lebih jelas terlihat pada Tabel 4.11. Tabel 4.11 Jenis Kendaraan yang Digunakan dari Tempat Keberangkatan
Menuju Stasiun Kereta Api Bandara Bus Bandara
No. Jenis kendaraan
yang digunakan Menuju stasiun KA Bandara Menuju stasiun Bus Bandara
Jumlah Jumlah
1. Angkutan Umum
13 21,67
20 45,45
2. Becak Bermotor
7 11,67
5 11,37
3. Taksi
20 33,33
7 15,91
4. Kendaraan Pribadi
20 33,33
12 27,27
Jumlah 60
100 44
100
Universitas Sumatera Utara
Diagram batang distribusi jenis kendaraan yang digunakan dari tempat keberangkatan menuju stasiun KA dan Bus Bandara dapat dilihat pada Gambar 4.8.
Gambar 4.8 Distribusi
Jenis Kendaraan yang Digunakan dari Tempat Keberangkatan Menuju Stasiun KA Bus Bandara.
h. Pengguna Moda Kereta Api Bandara yang Potensial Berpindah ke Bus
Bandara jika Berangkat Lebih dari Satu Orang.
Dilihat dari kemungkinan responden pengguna Kereta Api Bandara akan beralih menggunakan Bus Bandara jika berangkat lebih dari orang. Didapatkan
sebanyak 33 berpotensi untuk berpindah. Hal ini kemungkinan besar disebabkan oleh faktor tarif biaya perjalanan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.12.
Tabel 4.12 Penumpang Moda Kereta Api Bandara yang Berpotensi Beralih ke Bus Bandara jika Berangkat Lebih dari Satu Orang
Sebelumnya memilih KA Bandara Penumpang lebih dari satu orang
Tetap Pilih KA Beralih Pilih Bus Bandara 60
40 20
Diagram lingkaran distribusi penumpang moda KA Bandara yang berpotensi beralih ke Bus Bandara jika berangkat lebih dari satu orang dapat dilihat pada
Gambar 4.9.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.9 Distribusi Penumpang KA Bandara yang Berpotensi Beralih ke Bus Bandara jika Berangkat Lebih dari Satu Orang.
i. Pengguna Moda Bus Bandara yang Potensial Berpindah ke Kereta Api
Bandara jika Berangkat Lebih dari Satu Orang.
Dilihat dari kemungkinan responden pengguna Bus Bandara akan beralih menggunakan Kereta Api Bandara jika berangkat lebih dari orang. Didapatkan
sebanyak 9 berpotensi untuk berpindah. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh faktor Kenyamanan atau faktor-faktor lainnya.
Tabel 4.13 Penumpang Bus Bandara yang Berpotensi Beralih ke KA Bandara jika Berangkat Lebih dari Satu Orang
Sebelumnya memilih Bus Bandara
Penumpang lebih dari satu orang Tetap Pilih Bus Bandara
Beralih Pilih KA Bandara 44
40 4
Diagram lingkaran distribusi penumpang Bus Bandara yang berpotensi beralih ke KA Bandara jika berangkat lebih dari satu orang dapat dilihat pada Gambar 4.10.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.10 Distribusi Penumpang Moda Bus Bandara yang Berpotensi Beralih ke Kereta Api Bandara jika Berangkat Lebih dari Satu Orang
4.5 Analisa Regresi Linier
Model binomial logit selisih yang digunakan dalam studi pemilihan moda antara Kereta Api Bandara dan Bus Bandara ini merupakan fungsi dari utilitas pada
kedua jenis moda yang ditinjau. Fungsi selisih utilitas dalam pemilihan moda ini dipresentasikan sebagai parameter-parameter linier dimana perbedaan utilitas
diekspresikan dalam bentuk perbedaan sejumlah n atribut diantara kedua moda. Pada analisa pengolahan data, persamaan fungsi utilitas tersebut dapat
digunakan untuk mendapatkan hubungan kuantitatif antara atribut dan respon yang diekspresikan dalam skala semantik, dimana fungsi utilitas
menyatakan respon individu terhadap pernyataan pilihan.
Dalam proses analisis pada pengolahan data, hal pertama yang dilakukan adalah mencari persamaan fungsi selisih utilitas. Kemudian persamaan fungsi selisih
Universitas Sumatera Utara
utilitas yang diperoleh ini akan digunakan ke dalam model pemilihan moda yaitu model binomial logit selisih. Dari model ini akan dapat diketahui probabilitas
pemilihan pada masing-masing moda yaitu Kereta Api Bandara dan Bus Bandara. Selanjutnya dengan berdasarkan hubungan antar nilai selisih utilitas kedua moda
dengan nilai probabilitas pemilihan moda Kereta Api Bandara dan Bus Bandara maka akan diketahui grafik pemilihan moda dengan model binomial logit selisih.
4.5.1 Analisis Persamaan Fungsi Utilitas
Analisis regresi digunakan untuk memperoleh fungsi selisih utilitas Kereta Api Bandara dan Bus Bandara yang dikembangkan pada studi ini. Analisa dengan
pendekatan regresi ini dilakukan untuk data stated preference dimana pilihannya menggunakan pilihan rating yaitu respon individu adalah berupa pilihan terhadap
point rating yang disajikan dalam skala semantik, yaitu sebagai berikut: 1.
Pasti memilih Kereta Api Bandara 2.
Mungkin memilih Kereta Api Bandara 3.
Pilihan Berimbang 4.
Mungkin memilih Bus Bandara 5.
Pasti memilih Bus Bandara Skala semantik ini kemudian ditransformasikan ke dalam skala numerik
suatu nilai yang menyatakan respon individu terhadap pernyataan pilihan dengan menggunakan transformasi linier model binomial logit selisih, pada probabilitas
untuk masing-masing point rating. Nilai skala numerik merupakan variabel tidak
Universitas Sumatera Utara
bebas pada analisis regresi dan sebagai variabel bebasnya adalah nilai antara atribut Kereta Api Bandara dan Bus Bandara.
Proses transformasi dari skala semantik ke dalam skala numerik adalah sebagai berikut:
a. Nilai skala probabilitas pilihan yang diwakili oleh nilai point rating 1, 2, 3, 4,
dan 5 adalah nilai skala standart yaitu 0,9; 0,7; 0,5; 0,3; dan 0,1. b.
Dengan menggunakan transformasi linier model binomial logit selisih maka dapat diketahui nilai skala numerik untuk masing-masing probabilitas pilihan
seperti pada Tabel 4.14.
Tabel 4.14 Nilai Skala Numerik
Point Rating SKALA STANDAR
Pr KAB
− =
Pr 1
Pr KAB
KAB Ln
R
1. 0,9
R1 = 2,1972 2.
0,7 R2 = 0,8473
3. 0,5
R3 = 0 4.
0,3 R4 = -0,8473
5. 0,1
R5 = -2,1972
dimana : 1.
Untuk point rating 1 dengan nilai probabilitas 0,9 maka nilai numeriknya adalah : Ln [0,91 – 0,9] = 2,1972.
2. Untuk point rating 2 dengan nilai probabilitas 0,7 maka nilai
numeriknya adalah : Ln [0,71 – 0,7] = 0,8473.
Universitas Sumatera Utara
3. Untuk point rating 3 dengan nilai probabilitas 0,5 maka nilai
numeriknya adalah : Ln [0,51 – 0,5] = 0,0000. 4.
Untuk point rating 4 dengan nilai probabilitas 0,3 maka nilai numeriknya adalah : Ln [0,31 – 0,3] = -0,8473.
5. Untuk point rating 5 dengan nilai probabilitas 0,1 maka nilai
numeriknya adalah : Ln [0,11 – 0,1] = -2,1972.
4.5.2 Kompilasi Data
Kompilasi data dilakukan terhadap semua responden yang ada berdasarkan jawaban atau pilihan yang diberikan point rating pada setiap option yang
ditawarkan proses kompilasi data dimana dilakukan dengan menggunakan paket program Microsoft Office Excel 2007 dan SPSS 18.
Tabel 4.15 merupakan salah satu contoh penyusunan data preferensi responden terhadap moda transportasi Kereta Api Bandara dan Bus Bandara yang
akan digunakan dalam perjalanan Medan – Bandara Kuala Namu yang akan diolah untuk menghasilkan model fungsi utilitas binomial logit selisih.
1. Nilai pada kolom X
1
merupakan selisih cost menggunakan KA Bandara dan Bus Bandara.
2. Nilai pada kolom X
2
merupakan selisih time menggunakan KA Bandara dan Bus Bandara.
3. Nilai pada kolom X
3
merupakan selisih headway menggunakan KA Bandara dan Bus Bandara.
Universitas Sumatera Utara
4. Nilai pada kolom X
4
merupakan selisih access time menggunakan KA dan Bus Bandara.
5. Nilai pada kolom X
5
merupakan selisih service menggunakan KA dan Bus Bandara.
Tabel 4.15 Preferensi Responden Terhadap Option Yang Ditawarkan
untuk Pengolahan Model Binomial Logit Selisih
Perubahan Atribut
Cost Time
Headway Access
Service Rating Nilai Skala
Numerik Ribuan
menit menit
menit X1
X2 X3
X4 X5
Y 1
65 -43
75 15
5 -2.1972
55 -43
75 15
5 -2.1972
40 -43
75 15
5 -2.1972
45 -43
75 15
5 -2.1972
85 -43
75 15
5 -2.1972
2 65
-43 75
15 5
-2.1972 65
-28 75
15 5
-2.1972 65
-63 75
15 3
0.0000 65
-35 75
15 5
-2.1972 65
-20 75
15 5
-2.1972 3
65 -43
75 15
5 -2.1972
65 -43
90 15
5 -2.1972
65 -43
60 15
3 0.0000
65 -43
15 15
5 -2.1972
65 -43
135 15
5 -2.1972
4 65
-43 75
5 -2.1972
65 -43
75 15
5 -2.1972
65 -43
75 -15
3 0.0000
65 -43
75 -15
2 0.8473
65 -43
75 15
5 -2.1972
5 65
-43 75
15 -10
5 -2.1972
65 -43
75 15
-20 5
-2.1972 65
-43 75
15 -30
5 -2.1972
65 -43
75 15
10 4
-0.8473 65
-43 75
15 20
4 -0.8473
65 -43
75 15
30 3
0.0000
Universitas Sumatera Utara
Yang menjadi variabel tidak bebas adalah nilai pada kolom nilai skala numerik, dan yang menjadi variabel bebas adalah nilai-nilai atribut X
1
-X
5
.
4.5.3 Analisa Korelasi Model Binomial Logit
Korelasi adalah istilah statistik yang menyatakan derajat hubungan linier antara dua variabel atau lebih. Dalam hubungannya dengan regresi maka analisa korelasi
digunakan untuk mengukur ketepatan garis regresi dalam menjelaskan nilai variabel tidak bebas variabel terikat. Pengujian hubungan korelasi derajat
hubungankeeratan hubungan dalam proses analisis regresi merupakan hal penting yang harus dilakukan terutama untuk mengatasi masalah multikolinearitas antara
variabel bebas. Selain itu, uji korelasi ini juga berfungsi untuk mengetahui seberapa besar
hubungan antara variabel-variabel bebas terhadap variabel tidak bebas. Hasil uji korelasi terhadap persamaan linier fungsi selisih utilitas dapat dilihat pada Tabel 4.16.
Tabel 4.16 Matriks Korelasi
Y X
1
X
2
X
3
X
4
X
5
Y 1.000
-0.171 -0.258
-0.191 -0.115
0.283 X
1
-0.171 1.000
0.384 0.000
0.003 0.000
X
2
-0.258 0.384
1.000 0.414
-0.006 -0.114
X
3
-0.191 0.000
0.414 1.000
0.000 0.000
X
4
-0.115 0.003
-0.006 0.000
1.000 0.000
X
5
0.283 0.000
-0.114 0.000
0.000 1.000
Sumber : Hasil analisis data
Universitas Sumatera Utara
dimana: Y = Utilitas Selisih
X
1
= selisih atribut cost rupiah X
2
= selisih atribut time dalam menit X
3
= selisih atribut headway menit X
4
= selisih atribut access time dari tempat asal ke stasiun keberangkatan menit
X
5
= selisih atribut service dalam satuan persen Dari Tabel 4.16 dapat dilihat dua hal:
a. Semua variabel bebas memiliki korelasi yang cukup rendah dengan variabel
tidak bebas. b.
Antar variabel bebas memiliki korelasi yang rendah sehingga semua variabel bebas tersebut dapat dipergunakan bersama-sama tanpa ada kemungkinan
masalah multikolineritas.
4.5.4 Alternatif Persamaan Fungsi Utilitas
Beberapa alternatif persamaan dapat dibentuk dari lima variabel babas yang ada, untuk kemudian dipilih satu persamaan yang merupakan fungsi selisih utilitas
terbaik yang memiliki nilai konstanta kecil, F-stat terbesar dan nilai R
2
terbesar. Alternatif persamaan yang dapat dibentuk dapat dilihat pada Tabel 4.17.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.17 Alternatif Persamaan Utilitas
No Alternatif Persamaan
R
2
F 1
U
KAB-BB
=2,488 – 0,038X
1
0,029 81,015
2 U
KAB-BB
= -0,426 – 0,015X
2
0,066 192,048
3 U
KAB-BB
= 1,473 – 0,019X
3
0,037 102,429 4
U
KAB-BB
= 0,059 – 0,016X
4
0,013 36,163
5 U
KAB-BB
= 0,070 + 0,046X
5
0,080 235,054
6 U
KAB-BB
= 0,829 – 0,019X
1
– 0,014X
2
0,072 105,404
7 U
KAB-BB
= 3,891 – 0,038X
1
– 0,019X
3
0,066 94,866
8 U
KAB-BB
= 2,473 – 0,038X
1
– 0,016X
4
0,042 59,528
9 U
KAB-BB
= 2,488 – 0,038X
1
+ 0,046X
5
0,109 165,452
10 U
KAB-BB
= 0,403 – 0,013X
2
– 0,010X
3
0,075 109,450
11 U
KAB-BB
= -0,439 – 0,016X
2
– 0,016X
4
0,080 117,274
12 U
KAB-BB
= -0,370 – 0,014X
2
+ 0,042X
5
0,131 204,437
13 U
KAB-BB
= 1,461 – 0,019X
3
– 0,016X
4
0,050 70,677
14 U
KAB-BB
= 1,473 – 0,019X
3
+ 0,046X
5
0,117 178,174
15 U
KAB-BB
= 0,059 – 0,016X
4
+ 0,046X
5
0,093 138,864
16 U
KAB-BB
= 2,165 – 0,024X
1
– 0,010X
2
– 0,012X
3
0,084 82,936
17 U
KAB-BB
= 0,806 – 0,019X
1
– 0,014X
2
– 0,016X
4
0,086 84,516
18 U
KAB-BB
= 1,086 – 0,022X
1
– 0,011X
2
+ 0,042X
5
0,140 145,992
19 U
KAB-BB
= 3,875 – 0,038X
1
– 0,019X
3
– 0,016X
4
0,079 76,925
20 U
KAB-BB
= 3,891 – 0,038X
1
– 0,019X
3
+ 0,046X
5
0,146 153,451
21 U
KAB-BB
= 2,473 – 0,038X
1
– 0,016X
4
+ 0,046X
5
0,122 125,347
22 U
KAB-BB
= 0,388 – 0,013X
2
– 0,010X
3
– 0,016X
4
0,088 87,333
23 U
KAB-BB
= 0,583 – 0,011X
2
– 0,011X
3
+ 0,042X
5
0,143 149,889
24 U
KAB-BB
= -0,383 – 0,014X
2
– 0,016X
4
+0,042X
5
0,145 152,604
25 U
KAB-BB
= 1,461 – 0,019X
3
– 0,016X
4
+ 0,046X
5
0,130 134,199
26 U
KAB-BB
= 2,138 – 0,024X
1
– 0,010X
2
– 0,012X
3
– 0,016X
4
0,098 73,089
27 U
KAB-BB
= 2,634 – 0,028X
1
– 0,07X
2
– 0,014X
3
+ 0,044X
5
0,155 124,165
28 U
KAB-BB
= 1,063 – 0,022X
1
– 0,011X
2
– 0,016X
4
+ 0,042X
5
0,153 121,855
29 U
KAB-BB
= 3,788 – 0,037X
1
– 0,019X
3
– 0,014X
4
+ 0,047X
5
0,163 131,792
30 U
KAB-BB
=0,567 – 0,011X
2
– 0,011X
3
– 0,016X
4
+ 0,042X
5
0,156 124,910
31 U
KAB-BB
= 2,606 – 0,028X
1
– 0,007X
2
– 0,014X
3
– 0,016X
4
+ 0,044X
5
0,169 109,510
Universitas Sumatera Utara
Dari beberapa fungsi persamaan utilitas selisih yang dihasilkan, maka dipilih fungsi utilitas selisih yang terbaik diantaranya adalah:
1. Persamaan dengan konstanta terkecil pada persamaan 15 a
= 0,059 U
KAB-BB
= 0,059 – 0,016X
4
+ 0,046X
5
. 2.
Persamaan dengan F-stat terbesar pada persamaan 5 F = 235,054 U
KAB-BB
= 0,070 + 0,046X
5
.
3. Persamaan dengan R
2
terbesar pada persamaan 31 R
2
= 0,169 U
KAB-BB
= 2,606 – 0,028X
1
– 0,007X
2
– 0,014X
3
– 0,016X
4
+ 0,044X
5
.
Dengan mempertimbangkan ketiga parameter tersebut maka dipilih satu persamaan utilitas fungsi binomial logit terbaik yaitu persamaan 31, dengan nilai R
2
terbesar, selain memiliki nilai R
2
terbesar persamaan tersebut juga memiliki nilai F- stat yang besar yaitu sebesar 109,510. Persamaan itu adalah:
U
KAB-BB
= 2,606 – 0,028X
1
– 0,007X
2
– 0,014X
3
– 0,016X
4
+ 0,044X
5
4.1
4.5.5 Uji Deteminasi
Uji determinasi ini dilakukan untuk mengetahui hubungan linier antara 2 variabel atau lebih yang kita asumsikan memiliki keterkaitan atau keterhubungan,
apakah kuat atau tidak. Kalau hubungan variabel terikat y dengan variabel bebas x mendekati nol maka hubungan variabel-variabel tersebut tidak memiliki keterkaitan
yang kuat lemah. Secara manual, R dapat dicari melalui perumusan berikut Enns, 1985:
Universitas Sumatera Utara
{ }
{ }
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑ ∑
− −
− =
2 2
2 2
Y Y
n X
X n
Y X
XY n
R
4.2
dimana: R
= koefisien korelasi sederhana X dan Y = variabel
n = jumlah pengamatan
Σ = simbol penjumlahan
Koefisien determinasi sederhana R
2
merupakan nilai yang dipergunakan untuk mengukur besar kecilnya sumbangankontribusi perubahan variabel bebas
terhadap perubahan variabel terikat yang tengah kita amati, yang secara manual dapat ditentukan cukup dengan cara mengkuadratkan nilai R yang sudah kita dapatkan dari
formulasi diatas. Nilai R akan berkisar antara -1 sampai dengan +1 -1 R +1, tergantung kekuatan hubungan linear kedua variabel. Dari variabel – variabel yang
telah diolah dengan program SPSS melalui analisis regresi linier maka di dapatkan beberapa model yang menghubungkan antara probabilitas pemilihan moda dengan
beberapa variabel bebas yang diduga berpengaruh terhadap probabilitas pemilihan moda. Setiap model tersebut mempunyai Nilai Koefisien Determinasi R
2
. Dari beberapa alternatif persamaan fungsi selisih utilitas, model yang sesuai
dengan uji determinasi adalah model pada alternatif 31 yaitu persamaan 4.1 yang mempunyai nilai Koefisien Determinasi atau R
2
terbesar yaitu 0,169 atau 16,9. Ini
menunjukkan bahwa sebesar 16,9 variasi variabel Utilitas pemilihan moda dapat
Universitas Sumatera Utara
dijelaskan oleh 5 variabel independent yaitu X
1
= selisih atribut cost, X
2
= selisih atribut time, X
3
= selisih atribut headway, X
4
= selisih atribut access time, X
5
= selisih atribut service.
4.5.6 Uji t
Uji Hipotesis secara Parsial Uji t digunakan untuk menguji pengaruh dari masing-masing secara parsial variabel independen terhadap variabel dependen.
Misalnya jika terdapat variabel independen sebanyak 5 variabel, yaitu X
1
, X
2
, X
3
, X
4
dan X
5
, dan variabel dependennya adalah Y, maka untuk menguji secara parsial dengan langkah menguji pengaruh dari variabel X
1
terhadap variabel Y, menguji pengaruh variabel X
2
terhadap variabel Y, menguji pengaruh variabel X
3
terhadap variabel Y, menguji pengaruh variabel X
4
terhadap variabel Y, serta menguji pengaruh variabel X
5
terhadap variabel Y, Keputusan menerima atau menolak hipotesis dengan langkah membandingkan hasil t hitung dengan t tabel.
Adapun rumus untuk mendapatkan t adalah :
k o
b B
t Se bk
− =
4.3 dimana :
k = 1, 2, 3,……, n t = angka yang akan dicari
b
k
= koefisien regresi variabel bebas yang ke- k B
o
= hipotesis nol
Universitas Sumatera Utara
Se b
k
= simpangan baku koefisien regresi parameter b yang ke- k var bk
n = jumlah variabel koefisien regresi
4.5.6.1 Uji t pada Model Binomial Logit Selisih
Pada output data analisis regresi pada model yang menghubungkan antara variabel selisih Utilitas pemilihan moda U
KAB-BB
dapat dijelaskan oleh 5 variabel independent yaitu X
1
= selisih atribut cost, X
2
= selisih atribut time, X
3
= selisih atribut headway, X
4
= selisih atribut access time dan X
5
= selisih atribut service, ditampilkan konstanta regresi yang digunakan untuk menyusun persamaan regresi
yaitu persamaan 4.1. Di sini juga ditampilkan nilai t dari masing- masing variabel, yang dapat
dimanfaatkan untuk menguji keberartian koefisien regresi yang di dapatkan. Proses pengujian sebagai berikut.
Hipotesis: H
o
= Tidak ada pengaruh antara variabel bebas dengan variabel tidak bebas. H
1
= Ada pengaruh antara variabel bebas dengan variabel tidak bebas. Jika koefisien kepercayaan taraf nyata ditentukan sebesar 5, dan derajat
kebebasan df = 104-6 = 98 maka di dapat nilai t tabel dari lampiran 7 sebesar 1,660. Dengan bantuan aplikasi SPSS 18 dapat diperoleh nilai t hitung untuk masing-
masing atribut seperti yang terlihat pada output pengolahan SPSS berikut ini.
Universitas Sumatera Utara
yakni untuk X
1
= 6,370; X
2
= 5,678; X
3
= 7,147; X
4
= 6,568; X
5
= 15,177 1.
Harga t hitung variabel X
1
= 6,370 dari t tabel = 1,660. Jadi H
o
ditolak, sebaliknya H
1
diterima. Hal ini menunjukkan bahwa variabel bebas X
1
secara signifikan menjelaskan variabel tergantung U
KAB-BB
. 2.
Harga t hitung variabel X
2
= 5,678 dari t tabel = 1,660. Jadi H
o
ditolak, sebaliknya H
1
diterima. Hal ini menunjukkan bahwa variabel bebas X
2
secara signifikan menjelaskan variabel tergantung U
KAB-BB
3. Harga t hitung variabel X
3
= 7,147 dari t tabel = 1,660. Jadi H
o
ditolak dan H
1
diterima. Hal ini menunjukkan bahwa variabel bebas X
3
secara signifikan dapat menjelaskan variabel tergantung U
KAB-BB
4. Harga t hitung variabel X
4
= 6,568 dari t tabel = 1,660. Jadi H
o
ditolak dan H
1
diterima. Hal ini menunjukkan bahwa variabel bebas X
4
secara signifikan dapat menjelaskan variabel tergantung U
KAB-BB
. 5.
Harga t hitung variabel X
5
= 15,177 dari t tabel = 1,660. Jadi H
o
ditolak dan H
1
diterima. Hal ini menunjukkan bahwa variabel bebas X
5
secara signifikan dapat menjelaskan variabel tergantung U
KAB-BB
.
Universitas Sumatera Utara
Dengan demikian, model yang sesuai dengan uji t adalah model, yaitu:
U
KAB-BB
= 2,606 – 0,028X
1
– 0,007X
2
– 0,014X
3
– 0,016X
4
+ 0,044X
5
yang menghubungkan variabel utilitas pemilihan moda U
KAB-BB
dapat dijelaskan oleh 5 variabel independen yaitu X
1
= selisih atribut cost, X
2
= selisih atribut time, X
3
= selisih atribut headway, X
4
= selisih atribut access time, X
5
= selisih atribut service.
4.5.7 Uji F
Uji Hipotesis secara Serempak Uji F digunakan untuk menguji pengaruh dari variabel independen secara keseluruhan terhadap variabel dependen. Misalnya
jika terdapat variabel independen sebanyak 5 variabel, yaitu X
1
, X
2
, X
3
, X
4
dan X
5
, dan variabel dependennya adalah Y, maka langkah mengujinya adalah menguji
pengaruh dari variabel X
1
, X
2
, X
3
, X
4
, dan X
5
terhadap variabel Y. Keputusan menerima atau menolak hipotesis dengan langkah membandingkan hasil F hitung
dengan F tabel. Secara statistik, nilai uji – F ini dapat dihitung melalui
1 1
i i
Y Y
K SSR
K F
SSE n
k Y
Y N
K Σ
− −
− =
= −
Σ −
−
4.4 dimana:
F = angka yang dicari,
i
SSR Y
Y Σ
− = jumlah kuadrat dari regresi,
Y Y
SSE
i
− Σ
= jumlah kuadrat dari kesalahan error,
Universitas Sumatera Utara
n = jumlah pengamatan,
k = jumlah parameter koefisien regresi.
4.5.7.1 Uji F pada Model Binomial Logit Selisih Untuk melakukan uji F data-data yang telah disusun diolah dengan menggunakan
aplikasi SPSS sehingga diperoleh output seperti di bawah ini.
Dari hasil output SPSS diperoleh nilai F hitung sebesar 109,51. Hipotesis:
H
o
: β
1
= β
2
= β
3
= β
4
= β
5
= 0 H
1
: Minimal satu dari 5 variabel tidak sama dengan nol. Dengan menentukan koefisien kepercayaan taraf nyata 5 dan derajat
kebebasan df
1
= 5-1= 4 dan df
2
= 104-5 = 99, maka dari lampiran 6 didapat nilai F tabel sebesar 2,31. Oleh karena F hitung = 109,510 F tabel = 2,31, maka H
ditolak dan H
1
diterima. Kesimpulannya variabel Utilitas pemilihan moda U
KAB-BB
dapat dijelaskan secara signifikan oleh 5 variabel independent yaitu X
1
= selisih atribut biaya cost, X
2
= selisih atribut waktu time, X
3
= selisih atribut waktu keberangkatan headway, X
4
= selisih atribut lama waktu yang diperlukan dari
Universitas Sumatera Utara
tempat asal menuju stasiun keberangkatan access time, dan X
5
= selisih atribut pelayanan service. Secara bersama dengan signifikan memberikan kontribusi
terhadap variabel dependen. Dengan demikian, model yang sesuai dengan uji F yaitu: U
KAB-BB
= 2,606 – 0,028X
1
– 0,007X
2
– 0,014X
3
– 0,016X
4
+ 0,044X
5
.
4.5.8 Persamaan Model 4.5.8.1 Persamaan Model Logit Biner
Model pemilihan moda Kereta Api Bandara dan Bus Bandara tujuan Medan – Bandara Kuala Namu merupakan model logit biner dengan fungsi utilitas antara
kedua moda tersebut dalam bentuk persamaan linier. Persamaan model pemilihan moda hasil analisa adalah sebagai berikut:
Probabilitas pemilihan KA Bandara : exp
1 exp
BB KAB
BB KAB
U U
KAB
P
− −
+ =
Probabilitas pemilihan Bus Bandara : Persamaan selisih utilitas antara Kereta Api Bandara dan Bus Bandara adalah:
U
KAB-BB
= 2,606 – 0,028X
1
– 0,007X
2
– 0,014X
3
– 0,016X
4
+ 0,044X
5.
X
1
= selisih atribut biaya cost. X
2
= selisih atribut waktu time. X
3
= selisih atribut waktu keberangkatan headway. X
4
= selisih atribut lama waktu yang diperlukan dari tempat asal menuju stasiun keberangkatan access time.
X
5
= selisih atribut pelayanan service.
Universitas Sumatera Utara
4.5.8.2 Grafik Pemilihan Moda
Grafik pemilihan moda merupakan hubungan antar probabilitas pemilihan moda dengan selisih nilai utilitas KA Bandara dan Bus Bandara.
Bila selisih nilai utilitas antara KA Bandara dan Bus Bandara meningkat, maka probabilitas terpilihnya KA Bandara akan semakin meningkat. Sebaliknya bila
selisih nilai utilitas antara KA Bandara dan Bus Bandara menurun, maka probabilitas terpilihnya KA Bandara akan semakin menurun.
Dan apabila terjadi nilai utilitas KA Bandara sama dengan Bus Bandara sehingga nilai selisih utilitas adalah 0, maka probabilitas KA Bandara dan bus Bus
Bandara akan seimbang Pr KA Bandara = Pr Bus Bandara = 0.5. Besarnya utilitas dan probabilitas pemilihan moda pada model logit dan
probit ini dapat dilihat pada Tabel 4.18 dan 4.19. Sementara grafik hubungan antara utilitas dan probabilitas pemilihan moda pada model logit dan probit dapat dilihat
pada Gambar 4.11 dan 4.12.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.18 Probabilitas Pemilihan Moda dengan Model Logit Biner
No Option
Cost Time
Headway Access
Time Service
UKAB- BB
PrKAB PrBB
Ribuan Rp menit
menit menit
1 a
65 -43
75 15
-0.203 0.4494
0.5506 b
55 -43
75 15
0.077 0.5192
0.4808 c
40 -43
75 15
0.497 0.6218
0.3782 d
45 -43
75 15
0.357 0.5883
0.4117 e
85 43
75 15
-1.365 0.2034
0.7966 2
a 65
-43 75
15 -0.203
0.4494 0.5506
b 65
-28 75
15 -0.308
0.4236 0.5764
c 65
-63 75
15 -0.063
0.4843 0.5157
d 65
-35 75
15 -0.259
0.4356 0.5644
e 65
-20 75
15 -0.364
0.4100 0.5900
3 a
65 -43
75 15
-0.203 0.4494
0.5506 b
65 -43
90 15
-0.413 0.3982
0.6018 c
65 -43
60 15
0.007 0.5017
0.4983 d
65 -43
15 15
0.637 0.6541
0.3459 e
65 43
135 15
-1.645 0.1618
0.8382 4
a 65
-43 75
0.037 0.5092
0.4908 b
65 -43
75 15
-0.203 0.4494
0.5506 c
65 -43
75 -15
0.277 0.5688
0.4312 d
65 -43
75 -15
0.277 0.5688
0.4312 e
65 -43
75 15
-0.203 0.4494
0.5506 5
a 65
43 75
15 -10
-1.245 0.2236
0.7764 b
65 -43
75 15
-20 -1.083
0.2529 0.7471
c 65
-43 75
15 -30
-1.523 0.1790
0.8210 d
65 -43
75 15
10 0.237
0.5590 0.4410
e 65
-43 75
15 20
0.677 0.6631
0.3369 f
65 -43
75 15
30 1.117
0.7534 0.2466
Gambar 4.11 Grafik Pemilihan Moda dengan Model Logit Biner
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.19 Probabilitas Pemilihan Moda dengan Model Probit Biner
No Option
Cost Time
Headway Access
Time Service
UKAB- BB
PrKAB PrBB
Ribuan Rp
menit menit
menit
1 a
65 -43
75 15
-0.2 0.42074
0.57926 b
55 -43
75 15
0.08 0.53188
0.46812 c
40 -43
75 15
0.5 0.69146
0.30854 d
45 -43
75 15
0.36 0.64058
0.35942 e
85 43
75 15
-1.37 0.08534
0.91466
2 a
65 -43
75 15
-0.2 0.42074
0.57926 b
65 -28
75 15
-0.31 0.37828
0.62172 c
65 -63
75 15
-0.06 0.47608
0.52392 d
65 -35
75 15
-0.26 0.39743
0.60257 e
65 -20
75 15
-0.36 0.35942
0.64058
3 a
65 -43
75 15
-0.2 0.42074
0.57926 b
65 -43
90 15
-0.41 0.3409
0.6591 c
65 -43
60 15
0.01 0.50399
0.49601 d
65 -43
15 15
0.64 0.73891
0.26109 e
65 43
135 15
-1.65 0.04947
0.95053
4 a
65 -43
75 0.04
0.51595 0.48405
b 65
-43 75
15 -0.2
0.42074 0.57926
c 65
-43 75
-15 0.28
0.61026 0.38974
d 65
-43 75
-15 0.28
0.61026 0.38974
e 65
-43 75
15 -0.2
0.42074 0.57926
5 a
65 43
75 15
-10 -1.25
0.10565 0.89435
b 65
-43 75
15 -20
-1.08 0.14007
0.85993 c
65 -43
75 15
-30 -1.52
0.06426 0.93574
d 65
-43 75
15 10
0.24 0.59483
0.40517 e
65 -43
75 15
20 0.68
0.75175 0.24825
f 65
-43 75
15 30
1.12 0.86864
0.13136
Gambar 4.12 Grafik Pemilihan Moda dengan Model Probit Biner
Universitas Sumatera Utara
4.5.9 Sensitifitas Model
Sensitifitas model dimaksudkan untuk memahami perubahan nilai probabilitas pemilihan moda KA Bandara seandainya dilakukan perubahan nilai atribut
pelayanannya secara gradual. Untuk menggambarkan sensitifitas ini dilakukan beberapa perubahan atribut berikut terhadap model pada masing-masing kelompok:
1. Biaya perjalanan dikurangi atau ditambah.
2. Waktu perjalanan diperlambat atau dipercepat.
3. Frekuensi keberangkatan dikurangi atau ditambah.
4. Lama waktu yang diperlukan dari tempat asal menuju stasiun
keberangkatan diperlambat atau dipercepat. 5.
Tingkat pelayanan service dikurangi atau ditambah. Adapun prosedur perhitungan sensitifitas dilakukan sebagai berikut:
a. Urutkan nilai atribut sesuai kelompok perubahan.
b. Tetapkan nilai atribut lain dengan menggunakan nilai rata-rata.
c. Tentukan nilai utilitas dan probabilitas sesuai dengan perubahan yang
dilakukan. d.
Gambarkan grafik hubungan antara probabilitas dan nilai atribut sesuai dengan kelompok perubahan yang dilakukan.
4.5.9.1 Sensitifitas Model Logit Biner
Perubahan terhadap analisis sensitifitas ini diperoleh dengan menggunakan persamaan 4.1.
Universitas Sumatera Utara
1. Sensitifitas terhadap Atribut Biaya
Berdasarkan analisa sensitifitas terhadap perubahan atribut biaya seperti diperlihatkan pada Gambar 4.13, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai
berikut:
Gambar 4.13 Sensitifitas Model Logit Biner terhadap Biaya Perjalanan a.
Memperlihatkan arah kemiringan garis, menunjukkan arah kemiringan negatif, yaitu semakin besar selisih perbedaan biaya cost akan semakin memperkecil
probabilitas memilih Kereta Api Bandara. b.
Dengan hanya memperhatikan perubahan selisih biaya, untuk kompetisi pemilihan moda antara Kereta Api Bandara dan Bus Bandara dapat dilihat
bahwa probabilitas memilih Bus Bandara akan lebih besar dari pada probabilitas memilih Kereta Api Bandara jika selisih atau perubahan biayanya
lebih besar dari Rp. 74.000,-.
74
Universitas Sumatera Utara
c. Bila selisih biaya Kereta Api Bandara dan Bus Bandara lebih kecil dari
Rp.74.000,- maka probabilitas KA Bandara akan meningkat.
2. Sensitifitas Terhadap Atribut Waktu Tempuh Perjalanan
Berdasarkan analisa sensitifitas terhadap perubahan atribut time waktu perjalanan sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 4.14, maka dapat disimpulkan
beberapa hal sebagai berikut:
Gambar 4.14 Grafik Sensitifitas Model Logit Biner terhadap Waktu Tempuh Perjalanan
a. Arah kemiringan garis adalah negatif, maka menunjukkan bahwa semakin besar
selisih waktu perjalanan KA Bandara, maka semakin memperkecil probabilitas orang dalam pemilihan KA Bandara.
b. Dari grafik dapat dilihat bahwa probabilitas memilih KA Bandara akan lebih
besar dari probabilitas memilih Bus Bandara bila selisih waktu perjalanan
-10
Universitas Sumatera Utara
lebih kecil dari -10 menit selisih waktu perjalanan antara Bus Bandara dengan Kereta Api Bandara lebih besar dari 10 menit.
3. Sensitifitas Terhadap Atribut Headway
Berdasarkan analisa sensitifitas terhadap perubahan atribut headway sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 4.15, maka dapat disimpulkan beberapa hal
sebagai berikut:
Gambar 4.15 Sensitifitas Model Logit Biner terhadap Headway a.
Gradien garis adalah negatif, menunjukkan bahwa semakin besar selisih headway KA Bandara dan Bus Bandara, maka akan semakin memperkecil
probabilitas pemilihan KA Bandara. b.
Dengan memperhatikan perubahan selisih headway, maka dapat disimpulkan bahwa probabilitas memilih KA Bandara akan lebih besar dari Bus Bandara
bila selisih headway lebih kecil dari 92 menit.
92
Universitas Sumatera Utara
4. Sensitifitas Terhadap Atribut Lama Waktu Menuju Stasiun