Koefisien Determinasi R Korelasi

Dalam hal ini, yang dapat menjamin nilai variabel terikat terletak antara 0 dan 1 sesuai dengan teori probabilitas adalah dengan model CDF Cummulative Distribution Function. Dengan CDF yang memiliki dua sifat yaitu: 1. Jika variabel bebas naik, maka PY i = 1X i juga ikut naik, tetapi tidak pernah melewati rentangan 0 – 1. 2. Hubungan antara P i dan X i adalah non linier, sehingga tingkat perubahannya tidak sama, kenaikannya semakin besar kemudian mengecil. Ketika nilai probabilitasnya mendekati nol, tingkat penurunannya semakin kecil, demikian juga ketika nilai probabilitasnya mendekati satu, maka tingkat kenaikannya semakin kecil.

2.12 Koefisien Determinasi R

2 Pada analisis regresi, untuk melihat derajat hubungan antara variabel tidak bebas dengan variabel bebas dengan melihat nilai dari koefisien determinasi R 2 persamaan regresi. Jadi dalam hubungan dua variabel, regresi Y terhadap X 1 dan X 2 , ingin diketahui berapa besarnya persentase sumbangan X 1 dan X 2 terhadap variasi naik turunnya Y secara bersama-sama. Besarnya persentase sumbangan ini disebut Koefisien determinasi berganda. Besarnya koefisien determinasi antara 0 - 1, semakin mendekati 0 nol besarnya nilai koefisien determinasi suatu persamaan regresi, maka semakin kecil pula pengaruh semua variabel bebas terhadap variabel tidak bebas, sehingga garis regresi tidak dapat dipergunakan untuk menentukan utilitas pemilihan moda transportasi Y. Sebaliknya semakin besar nilai koefisien determinasi ≤ 1 maka Universitas Sumatera Utara semakin besar pula pengaruh semua variabel bebas terhadap variabel tidak bebas, sehingga semakin tepat garis regresi dibuat sebagai utilitas pemilihan moda transportasi Y. Pengaruh semua varaibel bebas secara bersama-sama terhadap nilai variabel tidak bebas dapat diketahui dengan melakukan pengujian terhadap variasi nilai variabel yang terdapat dalam persamaan regresi. Dalam analisis studi ini, dimana antara variabel bebas yang mempunyai koefisien determinasi yang tinggi ≤ 1 akan dipilih untuk menjadi suatu persamaan utilitas pemilihan moda transportasi. Pada umumnya penelitian pada pemilihan moda transportasi akan menghasilkan nilai koefisien determinasi R 2 yang kecil, hal ini disebabkan penelitian pada bidang transportasi menggunakan data diskrit tidak kontinu sehingga kurang tepat apabila di analisis berdasarkan nilai koefisien determinasi R 2 .

2.13 Korelasi

Korelasi adalah nilai yang menunjukkan kekuatan dan arah hubungan linear antara dua peubah acak. Korelasi juga adalah salah satu teknik yang digunakan untuk mencari hubungan antara dua variabel atau lebih yang bersifat kuantitatif. Angka indeks korelasi merupakan suatu angka yang dapat dijadikan petunjuk untuk mengetahui seberapa besar kekuatan korelasi di antara variabel yang sedang dikorelasikan. Besarnya angka indeks korelasi berkisar antara -1,00 sampai dengan 1,00. Hasil korelasi yang sempurna sebesar -1,00 dan 1,00. Bila tidak ada korelasi maka angka indeks korelasi menunjukkan angka 0. Apabila hasil perhitungan korelasi lebih dari ± 1,00, maka hal ini menunjukkan telah terjadi kesalahan dalam Universitas Sumatera Utara perhitungan. Bila angka indeks korelasi bertanda minus - berarti korelasi tersebut mempunyai arah korelasi negatif. Tanda minus - yang terdapat di depan angka indeks korelasi tidak dapat diartikan bahwa korelasi antara variabel itu besarnya kurang dari nol, karena angka indeks korelasi yang paling kecil adalah nol. Bila angka indeks korelasi diberi tanda plus + atau tidak diberi tanda apapun menunjukkan arah korelasi tersebut adalah korelasi positif. Hal yang perlu diingat bahwa tanda plus + dan minus – di depan angka indeks korelasi itu bukanlah tanda aritmatika.

2.14 Biaya Pokok Produksi Angkutan Umum

Dokumen yang terkait

ANALISIS PEMILIHAN MODA TRANSPORTASI PENUMPANG ANTARA BUS DAN KERETA API RUTE PURWODADI - SEMARANG Analisis Pemilihan Moda Transportasi Penumpang Antara Bus Dan Kereta Api Rute Purwodadi - Semarang.

0 3 19

Analisis Pemilihan Moda Transportasi Penumpang Antara Bus Dan Kereta Api Rute Purwodadi - Semarang Analisis Pemilihan Moda Transportasi Penumpang Antara Bus Dan Kereta Api Rute Purwodadi - Semarang.

0 2 16

ANALISIS PEMILIHAN MODA ANTARA BUS TRANEX DENGAN KERETA API MENUJU BANDARA INTERNASIONAL MINANGKABAU (BIM) DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK STATED PREFERENCE.

0 0 6

Aspek-Aspek Hukum Dalam Penyelenggaraan Angkutan Penumpang Kereta Api Dari Medan Ke Bandara Internasional Kuala Namu (Studi Pada PT.Railink Medan)

0 1 9

Aspek-Aspek Hukum Dalam Penyelenggaraan Angkutan Penumpang Kereta Api Dari Medan Ke Bandara Internasional Kuala Namu (Studi Pada PT.Railink Medan)

0 0 1

Aspek-Aspek Hukum Dalam Penyelenggaraan Angkutan Penumpang Kereta Api Dari Medan Ke Bandara Internasional Kuala Namu (Studi Pada PT.Railink Medan)

0 0 11

Aspek-Aspek Hukum Dalam Penyelenggaraan Angkutan Penumpang Kereta Api Dari Medan Ke Bandara Internasional Kuala Namu (Studi Pada PT.Railink Medan)

0 0 25

Aspek-Aspek Hukum Dalam Penyelenggaraan Angkutan Penumpang Kereta Api Dari Medan Ke Bandara Internasional Kuala Namu (Studi Pada PT.Railink Medan)

0 0 2

Aspek-Aspek Hukum Dalam Penyelenggaraan Angkutan Penumpang Kereta Api Dari Medan Ke Bandara Internasional Kuala Namu (Studi Pada PT.Railink Medan)

0 0 9

PEMILIHAN MODA ANGKUTAN UMUM KERETA API DAN BIS EKONOMI (RUTE : CEPU-SEMARANG )

0 1 8