Perbedaan ahsil belajar kimia antara siswa yang menggunakan metode make A match dengan metode snowball throwing: quasi eksperimen di SMA Negeri I Pangkalan-Kerawang

(1)

(Quasi Eksperimen di SMA Negeri 1 Pangkalan-Karawang)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

OLEH : OBAY SOBARI

105016200548

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1432 H/2010 M


(2)

(3)

(4)

(5)

Menggunakan Metode Make A Match Dengan Metode Snowball Throwing (Quasi Eksperimen di SMA Negeri 1 Pangkalan-Karawang).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan hasil belajar kimia siswa yang menggunakan metode make a match dengan yang menggunakan metode snowball throwing. Metode penelitian ini menggunakan quasi eksperimen. Subjek penelitiannya adalah siswa kelas X-5 dan X-6 SMAN I Pangkalan Karawang. Instrumen penelitian yang digunakan adalah instrumen tes soal pilihan ganda sebanyak 20 soal dan diuji melelui uji t dengan taraf signifikansi 0,05. Dari perhitungan data diperoleh nilai thitung= 4,5424 dan dikonsultasikan dengan ttabel= 2,000. Hsilnya menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar kimia siswa anatar yang menggunakan metode make a match dan yang menggunakan metode snowball throwing.

Kata Kunci : Metode Make a Match, Metode Snowball Throwing, Hasil Belajar Kimia Siswa.


(6)

Obay Sobari, The Difference of Student’s Achievement in Chemistry Using Make A Match Method and Using Method of Snowball Throwing. (A Quasi Experiment in Senior High School State 1 Pangkalan Karawang).

The purpose of the present study at knowing the difference of student’s achievement in chemistry using make a match method with using method of snowball throwing. The method used in the research is quasi experiment. Subject of research is student of class X-5 and X-6 in SMAN 1 Pangkalan Karawang. Research instrument is 20 test type multiple choice and result have been tested t-test with significant 0,05. The result in counting of hypothesis examination shows tcount = 4,5424and consulted by ttable= 2,000. The result of the study showed that there is the difference of student’s achievement in chemistry is significant between using make a match method and using snowball throwing method.

Key Word : Method Make A Match, Snowball Throwing, Student's Achievement in Chemistry


(7)

Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Maha pemberi kekuatan, ketabahan serta kesabaran kepada penulis selama menjalani proses penyusunan skripsi yang berjudul, "Perbedaan Hasil Belajar Kimia Antara Siswa Yang Menggunakan Metode Make A Match dengan Yang Menggunakan Metode Snowball Throwing". Tak lupa pula penulis lantunkan shalawat serta salam panjatkan kepada junjungan besar Rasulullah SAW, pembawa sinar penerang umat hingga akhir zaman.

Penulisan skripsi ini merupakan manifestasi dari sebuah proses yang cukup panjang dan melelahkan bagi penilis, namun hal tersebut sungguh membawa harapan baru bagi penulis agar menjadi yang lebih baik dimasa yang akan datang.

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S-1). Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang tanpa lelah memberikan dorongan baik moril maupun materil kepada penulis. Sudah sepatutnyalah pada kesempatan yang baik ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA, Selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Dedi Irwandi M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia terima kasih atas kesempatan yang diberikan.

4. Bapak Dr. Sujiyo Miranto, M.Pd, selaku selaku dosen pembimbing I, terima kasih atas telah meluangkan waktu, memberi saran dan arahan selama penyususnan skripsi.

5. Bapak Adi Riyadhi, M.Si, selaku dosen pembimbing II, terima kasih atas telah meluangkan waktu, memberi saran dan arahan selama penyusunan skripsi.


(8)

7. Bapak Azis Supyana, S.Pd, sebagai guru mata pelajaran kimia kelas X di SMA Negeri 1 Pangakalan Karawang, terima kasih atas bantuan dan kerja samanya.

8. Kedua orang tuaku, atas segala pengorbanan dan kasih sayang yang tercurahkan, ananda ucapkan terima kasih. Jasa-jasa kalian adalah anugerah terindah yang tiada tara dan tak terbalaskan. Untuk kakak-kakak adan adik-adikku hiasilah hidup ini dengan cinta.

9. Sahabat-sahabatku Pendidikan Kimia Angkatan 2005, PMII Rayon IPA, KMIK Jakarta dan KMC Jakarata persahabatan kita adalah tali Tuhan. 10. Kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan, terima kasih atas

do’a dan bantuanya.

Akhirnya, tiada kata yang tersirat selain kata syukur atas karunia-Mu. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan keterbatasan dalam penulisan laporan ini, untuk itu kritik dan saran yang membangun dari berbagi pihak sangat penulis harapkan. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Ciputat, 21 April 2010


(9)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ABSTRAK

ABSTRACT

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang 1 B.Identifikasi Masalah ... 9

C.Pembatasan Masalah ... 9

D.Perumusan Masalah….. ... 10

E.Manfaat Penelitian ... 10

BAB II DESKRIPSI TEORITIK, KERANGKA PIKIR, DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A.Deskripsi Teoritis ... 11

1. Metode Pembelajaran ... 11

a. Metode Pembelajaran Make A Match ... 14

b. Metode Pembelajaran Snowball Throwing ... 16

2. Hakikat Pembelajaran ... 18

a. Pengertian Belajar ... 18

b. Domain dan Hakikat Hasil Belajar ... 20

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar ... 25

3. Hakikat Pembelajaran Kimia ... 26


(10)

4. Konsep Tata Nama Senyawa dan Persamaan reaksi ... 29

5. Penelitian Relevan ... 37

B.Kerangka Pikir ... 39

C.Pengajuan Hipotesis ... 40

BAB III METODE PENELITIAN A.Tujuan Operasional Penelitian ... 41

B.Waktu dan Tempat Penelitian ... 41

C.Metode Penelitian ... 41

D.Rancangan Penelitian ... 42

1. Rancangan Penelitian ... 42

2. Prosedur Perlakuan ... 42

E.Populasi dan Sampel... 42

F. Teknik Pengumpulan Data ... 43

1. Variabel ... 43

2. Sumber Data ... 43

3. Instrumen Penelitian ... 44

4. Pegujian Validitas ... 45

5. Pengujian Reliabilitas ... 45

6. Pengujian Taraf Kesukaran ... 46

7. Pengujian Daya Pembeda ... 46

G.Hipotesis Statistik ... 46

H.Teknik Analisis Data ... 47

1. Analisis Data Kuantitatif ... 47

2. Analisis Data Deskriptif ... 49

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Deskripsi Data Kognitif ... 50

1. Deskripsi Data Nilai Kelas Make a Match ... 51

2. Deskripsi Data Nilai Kelas Snowball Throwing ... 53


(11)

1. Pengujian Prasyarat Analisis Data ... 56

2. Pengujian Hipotesis ... 58

C.Interpretasi Data ... 59

D.Pembahasan Hasil Penelitian ... 60

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 63

B. Saran ... 64

DAFTAR PUSTAKA ... 65


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Beberapa Contoh Penulisan Rumus Empiris ... 29

Tabel 2.2 Contoh Nama Senyawa Biner Logam dan Non-Logam ... 30

Tabel 2.3 Rumus dan Nama Kimia ... 31

Tabel 3.1 Rancangan Penelitian ... 42

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen ... 45

Tabel 4.1 Deskripsi Data Nilai Pre-test Kelas Make a Match ... 51

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Nilai Pre-test Kelas Make a Match ... 52

Tabel 4.3 Deskripsi Data Nilai Post-test Kelas Make a Match ... 52

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Nilai Post-test Kelas Make a Match ... 53

Tabel 4.5 Deskripsi Data Nilai Pre-test Kelas Snowball Throwing ... 54

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Nilai Pre-test Kelas Snowball Throwing ... 54

Tabel 4.7 Deskripsi Data Nilai Post-test Kelas Snowball Throwing ... 55

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Nilai Pre-test Kelas Snowball Throwing ... 56

Tabel 4.9 Uji Normalitas Hasil Tes Akhir pada Kelas Make a Match ... 57

Tabel 4.10 Uji Normalitas Hasil Tes Akhir pada Kelas Snowball Throwing ... 57

Tabel 4.11 Uji Homogenitas Hasil Tes Akhir Kelas Make a Match dan Snowball Throwing ... 58


(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir ... 40 Gambar 4.1 Perbedaan Mean Kelas Make a Match dan Kelas


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Korelasi Skor Butir Dg Skor Total ... 70

Lampiran 2 Reliabilitas Tes ... 71

Lampiran 3 Tingkat Kesukaran ... 72

Lampiran 4 Daya Beda ... 73

Lampiran 5 Data Distribusi Frekuensi ... 74

Lampiran 6 Rekapitulasi Data Nilai Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 79

Lampiran 7 Perhitungan Uji Normalitas... 81

Lampiran 8 Perhitungan Uji Homogenitas ... 89

Lampiran 9 Perhitungan Uji –t ... 95

Lampiran 10 Rencana Pelaksanaan Pembelajaraan Kelas Eksperimen ... 99

Lampiran 11 Rencana Pelaksanaan Pembelajaraan Kelas Kontrol ... 130

Lampiran 12 Kisi-kisi Instrumen ... 149


(15)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Perkembangan teknologi yang semakin berkembang dan ditemukannya berbagi teori baru sebagai senjata canggih untuk mengatasi berbagai tantangan zaman, tentu harus didukung oleh perkembangan diberbagai bidang khususnya dibidang pendidikan. Sejatinya pendidikan merupakan hal yang sangat penting yang tidak dapat di pisahkan dari kehidupan manusia, berbagai upaya pun dilakukan manusia untuk mendapatkan pendidikan. Pendidikan merupakan tindakan untuk memberikan pengalaman belajar kepada seseorang dengan tujuan agar orang tersebut dapat mencapai hasil belajar seperti yang diharapkan.

Pendidikan merupakan suatu kegiatan universal dalam kehidupan manusia. Pendidikan itu mutlak sifatnya, baik dalam kehidupan keluarga maupun dalam kehidupan masyarkat, berbangsa dan bernegara. Dimanapun pendidikan memegang peranan yang amat penting dalam kehidupan, lebih-lebih di era industrialisasi dan globalisasi sekarang ini. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang begitu pesat menuntut generasi penerus mempersiapkan diri untuk menjadi lebih matang dan lebih baik. Menuntut ilmu merupakan satu-satunya cara agar manusia dapat menjadi lebih baik sehingga dapat mengimbangi setiap perkembangan zaman agar mereka tak tertinggal jauh oleh kemajuan teknologi. Oleh karena itu Islam sangat menganjurkan umatnya untuk menuntut ilmu. Hal tersebut Allah perintahkan dalam firman-Nya yang berbunyi:

$pκš‰r'¯≈tƒ

t⎦⎪Ï%©!$#

(#þθãΖtΒ#u™ #sŒÎ)

Ÿ≅ŠÏ%

ö

Νä3s9 (#θßs¡¡xs?

†Îû

Ä

§Î=≈yfyϑø9$# (#θßs|¡øù$$sù

Ë

x|¡øtƒ ª!$#

ö

Νä3s9

(

#sŒÎ)uρ

Ÿ≅ŠÏ%

(#ρâ“à±Σ$#

(#ρâ“à±Σ$$sù

Æ

ìsùötƒ ª!$#

t⎦⎪Ï%©!$#

(#θãΖtΒ#u™

ö

Νä3ΖÏΒ

t⎦⎪Ï%©!$#uρ

(#θè?ρé&

zΟù=Ïèø9$#

;

M≈y_u‘yŠ

4

ª!$#uρ $yϑÎ/

tβθè=yϑ÷ès?

×

Î7yz ∩⊇⊇∪ 1


(16)

"Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (Q.S. Al-Mujaadillah : 11)

Nabi Muhammad SAW pun menyampaikan prihal kewajiban menuntut melalui sabdanya tentang kewajiban setiap umat Islam untuk menuntut ilmu.

ﺔﻀﻳﺮﻓ

ا

ﺐ ﻃ

ﺔ ﺴ و

آ

" Menuntut ilmu itu merupakan kewajiban atas tiap-tiap orang muslim laki-laki maupun muslim perempuan." (HR. Abdul Bar)

Di dalam Islam, setiap manusia dianjurkan untuk menuntut ilmu guna mendapatkan pendidikan, baik pendidikan umum (dunia) maupan pendidikan agama (akhirat). Namun pada dasarnya tidak ada dualisme pendidikan dalam Islam. Hanya dengan ilmu-ilmu tersebut, maka cita-cita manusia untuk memperoleh kebahagiaan hidup di dunia maupun akhirat dapat terwujud.

Dalam hal ini Negara memegang peranan penting dalam upayanya meningkatkan kualitas pendidikan, hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan nasional, yakni mencerdaskan kehidupan bangsa dan pembentukan manusia indonesia yang seutuhnya. Sebagaimana yang termaktub dalam Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional No.20 Bab II pasal 3 Tahun 2003 Menjelaskan:

Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, Berakhlak mulia, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.1

      

1

Undang-Undang SISDIKNAS (SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL) 2003(UU RI NO.


(17)

Dewasa ini dunia pendidikan secara umum terpengaruhi oleh adanya perkembangan dan penemuan-penemuan dalam bidang keterampilan, ilmu dan teknologi. Perkembangan upaya-upaya pemerintah dengan memepercepat pencanangan Millenium Development Goals, yang semula dicanangkan tahun 2020 dipercepat menjadi 2015. Oleh karena itu, pembangunan sumber daya manusia (SDM) merupakan keniscayaan yang tak dapat ditawar-tawar lagi.2

Pengaruh perkembangan tersebut tampak jelas terhadap upaya-upaya pembaharuan sistem pendidikan. Pembaharuan itu bukan hanya berupa sarana fisik atau fasilitas pendidikan saja, melainkan juga sarana non-fisik seperti pengembangan kualitas tenaga pengajar yang memiliki kemampuan, keterampilan, dan pengetahuan memanfaatkan fasilitas yang ada, cara kerja yang inovatif, serta sikap positif terhadap tugas-tugas kependidikan yang diembannya, dan salah satu bagian yang integral dari upaya pembaharuan pendidikan tersebut adalah media pembelajaran.

Dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan, maka diperlukan berbagai terobosan, baik dalam pengembangan kurikulum, inovasi pembelajaran, dan pemenuhan sarana dan prasarana pendidikan. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa maka guru dituntut untuk membuat pembelajaran menjadi lebih inovatif yang mendorong siswa dapat belajar secara optimal baik belajar secara mandiri maupun di dalam pembelajaran di kelas. Variasi penggunaan metode ataupun model-model pembelajaran sangat diperlukan dan sangat mendesak terutama dalam menghasilkan model pembelajaran baru yang dapat memberikan hasil belajar lebih baik, peningkatan efisiensi dan efektivitas pembelajaran menuju pembaharuan. Agar pembelajaran lebih optimal maka pemilihan metode pembelajaran harus efektif dan selektif sesuai dengan pokok bahasan yang diajarkan di dalam meningkatkan prestasi dan hasil belajar siswa.

Perkembangan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) telah melaju dengan pesatnya karena selalu berkaitan erat dengan perkembangan teknologi yang       

2

E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya,


(18)

memberikan wahana yang memungkinkan perkembangan tersebut. Perkembangan yang pesat telah menggugah para pendidik untuk dapat merancang dan melaksanakan pendidikan yang lebih terarah pada penguasaan hakikat dan konsep IPA, yang dapat menunjang kegiatan sehari-hari dalam masyarakat.

Hakikat ilmu IPA menurut Frank dalam Yanti Herlanti adalah membangun sistem sederhana prinsip-prinsip keilmuan, yang dari padanya fakta-fakta yang telah terobservasi yang dapat dijabarkan secara matematis.3 Oleh karena itu, untuk dapat menyesuaikan perkembangan tersebut menuntut kreatifitas dan kualitas sumber daya manusia dalam hal ini siswa yang harus ditingkatkan melaui jalur pendidikan. Untuk meningkatkan kualitas siswa melalui pengajaran IPA, guru diharapkan tidak hanya memahami disiplin ilmu IPA, tetapi hendaknya juga memahami hakikat proses pembelajaran IPA yang mencakup tiga ranah kemampuan, yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Oleh karena itu, pengalaman belajar IPA harus memberikan pertumbuhan dan perkembangan siswa pada setiap aspek kemampuan tersebut.

Perkembangan IPA tidak hanya ditunjukkan oleh kumpulan fakta saja (produk ilmiah) tetapi juga oleh timbulnya metode ilmiah dan sikap ilmiah. Jadi, metode ilmiah itu merupakan bagian dari IPA termasuk salah satunya IPA-Kimia. Selama proses belajar mengajar sejalan dengan hakikat IPA maka pemahaman siswa terhadap IPA menjadi lebih bermakna.

Keberhasilan pembelajaran kimia siswa sendiri ditentukan oleh bagaimana pembelajaran itu berlangsung dengan baik. Dengan adanya proses pembelajaran kimia, diharapkan siswa dapat berfikir secara ilmiah yang merupakan manifestasi dari hasil belajar kimia. Oleh karena itu, penguasaan dan cara penyampaian materi kimia perlu adanya variasi dan persiapan yang matang baik bagi guru maupun siswa.

Namun kenyataan sehari-harinya, dalam suatu kelas ketika sesi kegiatan belajar mengajar berlangsung, nampak beberapa atau sebagian besar siswa       

3

Yanti, Herlanti, Strategi Pengolahan Bahan Ajar Ilmu Pengetahuan Alam, (Jakarta:


(19)

belum belajar sewaktu guru mengajar. Jika masalah ini dibiarkan berlanjut, maka generasi penerus bangsa dalam hal ini para peserta didik akan sulit mencerna apa yang disampaikan oleh guru. Di era pembangunan yang berbasis ekonomi dan globalisasi ini diperlukan pengetahuan dan keanekaragaman keterampilan agar siswa mampu memberdayakan dirinya untuk menemukan, menafsirkan, menilai dan menggunakan informasi serta melahirkan gagasan yang penuh dengan kreatifitas. Kegiatan belajar mengajar adalah salah satu bentuk kegiatan pendidikan yang secara sistematis dan berkesinambungan di dalam sekolah yang dipadukan dengan kegiatan pendidikan yang dilakukan di luar sekolah dalam wujud penyediaan beragam pengalaman belajar untuk semua peserta didik. Kegiatan ini merupakan wadah kegiatan aktif siswa dalam membangun makna atau pengalaman.

Mengajar tidak hanya diartikan sebagai proses penyampaian ilmu pengetahuan kepada siswa, yang hanya menempatkan siswa sebagai objek belajar dan guru sebagai subjek, akan tetapi mengajar harus dipandang sebagai proses pengaturan kondisi lingkungan agar siswa belajar. Yang dimaksud belajar itu sendiri bukan hanya sekedar menumpuk pengetahuan akan tetapi merupakan proses perubahan tingkah laku seseorang melalui pengalaman belajar sehingga diharapkan terjadi pengembangan berbagai aspek yang terdapat dalam individu, seperti aspek minat, bakat, kemampuan, potensi dan lain sebagainya.

Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, anak kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berfikir. Proses pembelajaran di dalam kelas diarahkan kepada kemampuan anak untuk menghafal informasi, otak anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya itu untuk menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari.4

      

4

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta :


(20)

Kimia merupakan pelajaran yang sangat penting peranannya didalam dunia pendidikan, karena mata pelajaran kimia berfungsi untuk memahami peristiwa alam yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, menemukan zat-zat yang bermanfaat bagi kesejahteraan umat, mengetahui hakikat materi serta perubahannya, menanamkan metode ilmiah, dan mengembangkan kemampuan dalam mengajukan gagasan-gagasan, dan memupuk ketekunan serta ketelitian kerja.

Kimia dipandang sebagai dasar bagi ilmu pengetahuan seperti kedokteran, teknik, farmasi dan lain-lain. Karena melalui belajar kimia dapat dibentuk pola fikir ilmiah. Oleh karena itu, kimia sebagai suatu mata pelajaran di sekolah sangat diperlukan keberadaannya.

Kimia menjadi momok karena adanya pandangan yang salah tentang kimia itu sendiri. Selama ini, para siswa menganggap konsep-konsep yang ada di dalam pelajaran kimia sebagai konsep-konsep yang abstrak dan sulit. Akibatnya, konsep-konsep kimia menjadi semakin jauh jaraknya dengan realita keseharian dalam kehidupan mereka.5

Kesulitan dalam mempelajari kimia sebenarnya berawal dari kurangnya pemahaman dan penguasaan konsep dasar dalam kimia. Untuk menanamkan pemahaman akan konsep-konsep tersebut diperlukan adanya penggunaan sebuah metode ataupun media pembelajaran yang tepat dalam menyampaikan materi kepada siswa dalam proses belajar mengajar, kiranya penggunaan media yang dibarengi dengan metode pembelajaran yang tepat merupakan faktor yang

penting dan sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Konsep pembelajaran IPA khususnya kimia menuntut adanya perubahan

peran guru. Pada konsep tradisional guru lebih berperan sebagai transformator artinya guru berperan hanya sebagai penyampai pesan dengan menggunakan komunikasi langsung pola ini membuat siswa kurang aktif hanya menerima materi saja, seperti halnya analogi gelas yang siap diisi air. Kondisi ini tidak sesuai dengan konsep pembelajaran (instructional). Pembelajaran memandang       

5

Atiek Winarti dan Yudha Irhasyuarna, Optimalisasi Peran Laboratorium Sebagai

Upaya Menyiapkan Pembelajaran Kimia di SMU Dalam Mengahadapi Abad 21, (Jurnal


(21)

siswa sebagai individu yang aktif, memiliki kemampuan dan potensi yang perlu dieksplorasi secara optimal. Selain memandang penting peran aktif siswa dalam belajar, pembelajaran juga menuntut peran guru lebih luas. Diantara tugas guru tersebut adalah sebagai desainer pembelajaran dalam kata lain mampu merancang sebuah pembelajaran yang baik dan menyenangkant.6

Banyak hal yang dapat dikaji untuk mengungkap masalah tersebut, mungkin strategi pembelajarannya yang menyajikan aturan-aturan yang kurang jelas. Masalah lain mungkin karena keterbatasan sarana belajar. Berbagai upaya pun telah ditempuh untuk meningkatkan kualitas pendidikan di indonesia, antara lain perbaikan kurikulum, penyediaan alat peraga dan perubahan metode pembelajaran. Oleh karena itu, kreatifitas seorang guru dalam mengajar kimia menjadi faktor penting agar kimia menjadi mata pelajaran yang menyenangkan dan menarik didalam kelas. Kreatifitas bukanlah suatu bakat tetapi bisa dipelajari dan harus dilatih. Hal yang harus dilakukan oleh seorang guru antara lain dengan menerapkan metode yang sesuai dan berusaha menambah pengetahuan tentang materi kimia itu sendiri.

Kegiatan-kegiatan di dalam pembelajaran kimia merupakan upaya untuk bagaimana siswa dapat memahami konsep-konsep kimia. Pemahaman yang diperoleh siswa dalam proses pembelajaran dapat dilihat dari hasil belajar siswa yang diukur dengan memberikan tes kepada siswa sehingga perlu diadakan penelitian untuk mencari metode yang efektif dalam proses belajar di kelas sehingga dapat memberikan alternatif pendekatan atau metode yang memungkinkan untuk diterapkan dalam proses pembelajaran kimia dengan kekhususan pokok bahasan pada pelajaran kimia itu sendiri.

Keberhasilan proses kegiatan belajar mengajar dapat diukur dari keberhasilan siswa yang mengikuti kegiatan proses pembelajaran. Keberhasilan tersebut dapat dilihat dari tingkat pemahaman materi dan prestasi belajar siswa. Pembelajaran kimia selama ini belum berhasil meningkatkan pemahaman siswa tentang konsep-konsep dan aturan-aturan kimia. Selama ini siswa       

6

 Teknik Pembuatan Media dapat diakses di http://kurtek.upi.edu/media/sources/4-teknik


(22)

cenderung menghafal konsep-konsep yang ada dalam kimia, tanpa memahami maksud dan isinya. Dengan demikian pembelajaran kimia disekolah merupakan masalah. Jika konsep dasar diterima murid secara salah, maka sangat sukar memperbaiki kembali, terutama jika sudah diterapkan dalam menyelesaikan soal-soal kimia. Untuk mengantisipasi masalah tersebut, maka perlu dicarikan formula pembelajaran yang tepat, sehingga dapat meningkatkan keaktifan dan pemahaman konsep siswa dalam pembelajaran kimia. Para guru terus berusaha menyusun dan menerapkan berbagai metode pembelajaran yang bervariasi agar siswa tertarik dan lebih aktif dalam belajar kimia. Salah satunya adalah melalui pendekatan dengan metode-metode pembelajaran miasalnya make a match ataupun snowball thrawing.

Metode make a match atau metode mencari pasangan merupakan salah satu alternatif yang dapat diterapkan kepada siswa. Penerapan metode ini dimulai dari teknik yaitu siswa disuruh mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban/soal sebelum batas waktunya, siswa yang dapat mencocokkan kartunya diberi poin. Sedangkan metode pembelajaran snowball throwing merupakan suatu cara penyajian pelajaran dengan cara siswa berkreatifitas membuat soal dan menyelesaikan soal yang telah dibuat oleh temannya dengan sebaik- baiknya.7 Penerapan metode snowball throwing ini dalam proses pembelajarannya melibatkan siswa untuk dapat berperan aktif dengan bimbingan guru, agar peningkatan kemampuan siswa dalam memahami konsep dapat terarah dengan lebih baik.

Berdasarkan uraian di atas penulis mencoba melakukan penelitian dengan mengangkat judul penelitian “Perbedaan Hasil Belajar Kimia Antara Siswa Yang Menggunakan Metode Make A Match Dengan Metode Snowball Throwing”

       7

Tarmizi Ramadhan, Pembelajaran Kooperatif “Make A Match”, dapat diakses

di:http://www.scribd.com/doc/8846497/Pembelajaran-Kooperatif-Make-a- Match?autodown=doc.


(23)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, beberapa masalah yang dapat di identifikasikan dan dijadikan alasan penulis untuk membahas judul penelitian di atas adalah sebagai berikut:

1. Adanya konsep-konsep yang abstrak dalam pembelajaran kimia. Sehingga belajar kimia bagi sebagian siswa merupakan salah satu pelajaran yang dianggap sulit.

2. Ketika Kegiatan Belajar-Mengajar (KBM) berlangsung, nampak beberapa atau sebagian besar siswa belum belajar sewaktu guru mengajar

3. Kurangnya pemahaman dan penguasaan konsep dasar dalam kimia menjadi alasan utama kenapa materi kimia dianggap sulit oleh sebagian siswa.

4. Keterbatasan akan metode pembelajaran dan lemahnya kemampuan guru mennerapkan metode yang pada akhirnya penerapan metode ceramah menjadi alternatif yang selalu dipilih.

C. Pembatasan Masalah

Dari beberapa pertanyaan yang timbul dalam identifikasi masalah di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa pembelajaran kimia masih jauh apa yang kita harapkan. Penulis juga menyadari dalam melakukan penelitian ini memiliki keterbatasan baik secara tenaga, biaya, maupun waktu. Agar penelitian ini lebih terarah, maka penelitian dibatasi pada permasalahan ”perbedaan hasil belajar kimia antara siswa yang menggunakan metode make a match dengan yang menggunakan metode snowball throwing pada pokok bahasan rumus kimia, tata nama senyawa dan persamaan reaksi”. Subjek penelitiannya adalah siswa kelas X5 dan X6 SMA Negeri 1 Pangkalan Semester I Tahun Ajaran 2009-2010. Adapun hasil belajar yang akan dibandingkan adalah rata-rata hasil belajar siswa dari segi kognitifnya saja.


(24)

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah yang telah diuraikan sebelumnya di atas, maka masalah yang akan diteliti dirumuskan sebagai berikut: “Apakah terdapat perbedaan hasil belajar kimia antara siswa yang menggunakan metode make a match dengan yang menggunakan metode snowball throwing?”.

E. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian yang dilakukan ini diharapkan dapat bermanfaat untuk:

1. Bagi peneliti, dapat memperoleh dan menyampaikan informasi tentang perbedaan dari penggunaan metode make a match dan snowball throwing terhadap hasil belajar kimia dan seberapa besar pengaruhnya.

2. Bagi guru bidang studi khususnya kimia dapat menjadikan metode pembelajaran make a match atau snowball throwing sebagai salah satu alternatif untuk menciptakan pembelajaran yang kreatif dan efektif dalam proses belajar mengajar sehingga materi yang disampaikan dapat difahami oleh siswa dengan mudah.

3. Bagi siswa dapat memberikan motivasi belajar, melatih keterampilan, bertanggung jawab pada setiap tugasnya, mengembangkan kemampuan berfikir, meningkatkan interaksi sosial, dan memberikan bekal untuk dapat bekerjasama dengan orang lain baik dalam belajar maupun dalam masyarakat.


(25)

BAB II

DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKA PIKIR, DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A.Deskripsi Teoritis 1. Metode Pembelajaran

Metode berasal dari Bahasa Yunani “Methodos’’ yang berarti cara atau jalan yang ditempuh. Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode menyangkut masalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Fungsi metode berarti sebagai alat untuk mencapai tujuan.1

Metode pembelajaran adalah prosedur, urutan, langkah-langkah, dan cara yang digunakan guru dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Dapat dikatakan bahwa metode pembelajaran merupakan jabaran dari pendekatan. Satu pendekatan dapat dijabarkan ke dalam berbagai metode pembelajaran.2

Metode merupakan upaya untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. Metode juga digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan. Strategi menunjuk pada sebuah perencanaan untuk mencapai sesuatu, sedangkan metode adalah cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan strategi. Dengan demikian suatu strategi dapat dilaksanakan dengan berbagai metode.3

Pengetahuan tentang metode-metode mengajar sangat diperlukan oleh para pendidik, sebab berhasil atau tidaknya seorang siswa belajar sangat bergantung pada tepat atau tidaknya metode mengajar yang digunakan oleh guru. Hal ini dimaksudkan agar anak belajar menerima apa yang diberikan oleh guru, belajar secara mekanik, materi seragam, sesuai pola yang telah       

1

Oemar Hamalik, Proes Belajar Mengajar, Jakarta : 2001 : Bumi Aksara

2 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:

Kencana, 2008) h.124

3

Dharma,Surya, Strategi Pembelajaran dan Pemilihannya, (Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik Dan Tenaga Kependidikan DEPDIKNAS 2008), hal. 5 


(26)

disepakati, memberikan kebebasan kepada anak untuk berkreasi, berimajinasi, berfantasi, berinovasi sesuai dengan kekuatan dan keunikan anak. Untuk itu perlu adanya alternatif pemilihan penggunaan metode pembelajaran yang lebih konstruktif, menekankan kepada kebebasan anak baik secara individu maupun kelompok yang diliputi oleh motivasi belajar yang didasari oleh sikap senang dalam proses belajar mengajar. Jadi, secara

garis besar metode pembelajaran adalah suatu cara atau prosedur yang ditempuh pendidik dalam mengelola pembelajaran, sehingga dicapai tujuan pembelajaran yang efektif dan efisien.

Secara umum metode pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi dua macam, yaitu metode pembelajaran kolaboratif dan metode pembelajaran mandiri.4 Metode pembelajaran kolaboratif merupakan metode pembelajaran yang menerapkan paradigma baru dalam teori-teori belajar khususnya pembelajaran konstruktivisme yang dipelopori oleh Vigotsky. Dia memperkenalkan gagasan bahwa belajar adalah sebuah pengalaman sosial. Pertama individu berpikir secara sendiri-sendiri membuat makna pribadi, kemudian mereka menguji hasil pemikirannya dalam dialog dengan yang lain untuk membangun pengertian yang didiskusikannya. Collaborative Learning juga mendasarkan teori Piaget yaitu Construtivist Theory yang memperkenalkan dengan gagasannya Active Learning. Ia percaya bahwa siswa bekerja lebih baik jika mereka berpikir secara bersama dalam kelompok, merekam pemikirannya, dan menjelaskannya dengan mempresentasikan hasil karyanya. Mereka secara aktif mendorong dengan yang lain untuk berpikir bersama, agar mereka menjadi lebih tertarik dalam belajar.

Jadi yang dimaksud metode pembelajaran kolaboratif adalah metode pembelajaran di mana anak belajar dalam satu kelompok dan memiliki rasa saling ketergantungan dalam penyelesaian tugas, bekerja bersama, adanya sharing pengetahuan dan interaksi di antara anggota dalam kelompok.       

4Parwoto, Pengaruh Metode Pembelajaran dan Motivasi


(27)

Kozma, Belle, William (1978) mengartikan “Belajar mandiri sebagai usaha individu yang otonom untuk mencapai suatu kompetensi akademis”. Belajar mandiri tidak sama dengan “pengajaran individu” (individualized instruction). Personalized System of Instruction (Keller), Computer Assisted Instruction, Programmed Instruction (Skinner) merupakan contoh dari pangajaran individu, namun bukan pembelajaran individual. Walaupun demikian, sistem pengajaran individu merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengembangkan dan meningkatkan proses belajar mandiri anak.

Brookfield (1984) menyatakan bahwa “belajar mandiri memberikan kesempatan kepada anak untuk menentukan tujuan belajarnya, merencanakan proses belajarnya, menggunakan sumber-sumber yang dipilihnya, membuat keputusan-keputusan akademis, dan melakukan kegiatan-kegiatan yang dipilihnya untuk mencapai tujuan belajarnya”. Dengan pendapat ini, berarti anak secara aktif berpartisipasi dalam menentukan apa yang akan dipelajarinya dan bagaimana cara belajarnya. Belajar mandiri bukan merupakan usaha mengisolasi anak dari bimbingan pendidik karena pendidik berfungsi sebagai sumber, pemandu, dan pemberi semangat.5 Berdasarkan uraian di atas, maka yang dimaksud belajar mandiri adalah usaha individu dengan kemampuannya sendiri untuk mencapai suatu kompetensi belajar tertentu sehingga anak akan mampu mengatasi tantangan baru tanpa ketergantungan pada pemecahan masalah pada guru atau pada orang lain.

Salah satu contoh metode kolaboratif adalah metode make a match atau mencari pasangan yang merupakan metode pembelajaran yang didasarkan atas falsafah homo homini socius, dan juga metode pembelajaran snowball throwing yang merupakan metode pembelajaran aktif (active learning), yang dalam pelakksanaanya banyak melibatkan peran siswa,

      

5Parwoto, Pengaruh Metode Pembelajaran dan Motivasi


(28)

kedua metode ini dapat dijadikan sebagai metode alternatif bagi guru dalam mengajar di kelas.

a. Metode Pembelajaran Make A Match

Metode pembelajaran make a match adalah salah satu metode pembelajaran kooperatif, yaitu model pembelajaran yang didasarkan atas falsafah homo homini socius, falsafah ini menekankan bahwa manusia adalah mahluk sosial. Para ahli telah menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik, unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit, dan membantu siswa menumbuhkan kemampuan berfikir kritis. Pembelajaran kooperatif dapat memberikan keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik.6

Menurut Arends model cooperative learning dikembangkan untuk mencapai paling sedikit tiga tujuan penting: prestasi akademis, toleransi dan penerimaan terhadap keanekaragaman, dan pengembangan keterampilan sosial.7 Sedangkan Slavin, meskipun cooperative learning mencakup beragam tujuan sosial, tetapi juga dimaksudkan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademis yang penting.8

Ada banyak alasan yang membuat model cooperative learning memasuki jalur utama praktik pendidikan, salah stunya adalah untuk meningkatkan pencapaian prestasi para siswa, dan juga akibat-akibat positif lainnya yang dapat mengembangkan hubungan antar kelompok, penerimaan terhadap teman sekelas yang lemah dalam bidang akademik, dan meningkatkan rasa harga diri. Alasan lainnya adalah tumbuhnya sebuah kesadaran bahwa para siswa perlu belajar untuk berfikir,

       6

Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik, (Jakarta:

Prestaka Pustaka, 2007), h. 44 7

Richard I. Arends, Learning To Teach (Belajar untuk Mangajar), diterjemahkan oleh

Helly Prajitno dan Sri Mulyantini (Yogyakarta: Pustaka pelajar . 2008), hal . 5


(29)

menyelesaikan masalah, dan mengintegrasikan serta mengaplikasikan kemampuan dan pengetahuan mereka.9

Metode make a match atau metode mencari pasangan merupakan salah satu alternatif yang dapat diterapkan kepada siswa. Penerapan metode ini dimulai dari teknik yaitu siswa disuruh mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban/soal sebelum batas waktunya, siswa yang dapat mencocokkan kartunya diberi poin.

Metode pembelajaran make a match atau mencari pasangan dikembangkan oleh Lorna Curran (1994). Salah satu keunggulan dari teknik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Langkah-langkah penerapan metode make a match sebagai berikut:10

1) Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban.

2) Setiap siswa mendapatkan sebuah kartu yang bertuliskan soal/jawaban.

3) Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang. 4) Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan

kartunya.

5) Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin.

6) Jika siswa tidak dapat mencocokkan kartunya dengan kartu temannya (tidak dapat menemukan kartu soal atau kartu jawaban) akan mendapatkan hukuman, yang telah disepakati bersama.

      

9Robert E. Slavin, Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik, (Sebuah Terjemahan dari

Coopertive Learning Theory, Research, and Practice Karya Allymand Bacon), (Bandung: Nusa media, 2009), h. 4-5

10

Tarmizi Ramadhan, Pembelajaran Kooperatif “Make A Match”, dapat diakses

di:http://www.scribd.com/doc/8846497/Pembelajaran-Kooperatif-Make-a- Match?autodown=doc.


(30)

7) Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya. 8) Siswa juga bisa bergabung dengan 2 atau 3 siswa lainnya yang

memegang kartu yang cocok.

9) Guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan terhadap materi pelajaran.

Penerapan metode make a match dapat memupuk kerja sama siswa dalam menjawab pertanyaan dengan mencocokkan kartu yang ada di tangan mereka, proses pembelajaran lebih menarik dan nampak sebagian besar siswa lebih antusias mengikuti proses pembelajaran, dan keaktifan siswa tampak sekali pada saat siswa mencari pasangan kartunya masing-masing. Hal ini merupakan suatu ciri dari pembelajaran kooperatif yaitu pembelajaran yang menitikberatkan pada gotong royong dan kerja sama kelompok.

b. Metode Pembelajaran Snowball Throwing

Snowball throwing merupakan salah satu metode pembelajaran aktif (active learning), yang dalam pelakksanaanya banyak melibatkan siswa. Sedangkan peran guru disini hanya berposisi sebagai pemberi arahan awal mengenai topic atau materi pembelajaran, dan selanjutnya bertanggung jawab menertibkan jalannya proses pembelajaran.

Secara etimologi, snowball artinya bola salju sedangkan throwing artinya melempar. Jadi snowball throwing secara keseluruhan dapat diartikan melempar bola salju. Dalam snowball throwing bola salju merupakan kertas yang berisikan pertanyaan yang dibuat oleh siswa kemudian dilempar kepada temanya sendiri untuk dijawab.11

Dalam metode pembelajaran ini, guru bertugas membentuk kelompok siawa yang diwakili ketua kelompok untuk mendapat tugas       

11

Forum Guru Madin (Media Komunikasi Guru Madrasah Diniyah). “Snowball Thrrowing”. Diakses: http://akmaldebayor.blogspot.com/2010/05/snowball-throwing_08.html.,(03/08/ 2010 Jam 12.41)


(31)

dari guru kemudian masing-masing siswa membuat pertanyaan yang dibentuk seperti bola (kertas pertanyaan) lalu dilempar ke siswa lain yang masing-masing siswa menjawab pertanyaan dari bola yang diperoleh.

Adapun dalam penerapannya dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1) Guru menyampaikan materi yang akan disajikan.

2) Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi.

3) Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing, kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya.

4) Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kerja untuk menuliskan pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok.

5) Kemudian kertas tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa yang lain selama kurang lebih 5 menit. 6) Setelah siswa mendapat satu bola / satu pertanyaan diberikan

kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian. 7) Guru memberikan kesimpulan.12

Metode pembelajaran snowball throwing pada hakikatnya mengarahkan atensi siswa terhadap materi yang dipelajarinya. Namun, dalam penerapannyapun ada faktor-faktor yang mempengaruhinya. Factor-faktor tersebut antara lain kondisi peserta didik, waktu yang tersedia, materi yang diajarkan dan tujuan pembelajaran. Dalam kegiatan ini siswa dituntut untuk bisa menjawap pertanyaan dari temanya sendiri.

       12

Forum Guru Madin (MediaKomunikasi Guru Madrasah Diniyah), “Snowball

Thrrowing”. Diakses: http://akmaldebayor.blogspot.com/2010/05/snowball-throwing_08.html.,


(32)

2. Hakikat Pembelajaran a. Pengertian Belajar

Menurut Zikri, belajar adalah proses perubahan dari belum mampu menjadi sudah mampu, terjadi dalam jangka waktu tertentu. Perubahan yang terjadi harus secara relatif bersifat menetap (permanen) dan tidak hanya terjadi pada perilaku yang saat ini (immediate behavior), tetapi perilaku yang mungkin terjadi di masa mendatang (potential behavior).13

Belajar juga merupakan proses aktif siswa untuk mempelajari dan memahami konsep-konsep yang dikembangakan dalam kegiatan belajar mengajar, baik individual maupun kelompok, baik mandiri maupun dibimbing.14

Hilgard mengungkapkan: “learning is the process by wich an activity originates or changed through training procedurs(wether in the laboratory or in the natural environment) as distinguished from change by factors not attributable to training.” Bagi Hilgard, belajar itu adalah proses perubahan melalui kegiatan atau prosedur latihan baik latihan di dalam laboratorium maupun dalam lingkungan alamiah.15

Morgan dalam buku Introduction to Psychology mengemukakan bahawa “belajar adalah setiap perbuatan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman”.16

Dari beberapa pernyataan mengenai pengertian belajar maka dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan hal yang mengandung perubahan dalam diri seseorang yang telah melakukan perbuatan belajar melalui latihan atau pengalaman di dalam laboratotrium belajar maupun di luar laboratorium belajar.

       13

Zikri Neni Iska, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan, (Jakarta: Kizi

Brother’s, 2006). h. 76 14

Mulyati Arifin dkk. Strategi Belajar Mengajar Kimia (Prinsip dan Aplikasinya Menuju

Pembelajaran yang Efektif), (bandung: 2006), h. 8 15

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:

Kencana, 2008) h.110 16


(33)

Perubahan itu sendiri dapat terjadi karena ada pengalaman atau praktik yang dilakukan siswa dengan sengaja dan disadari ataupun tak disadari oleh siswnya, dimana perubahan itu dapat bersifat bermanfaat sesuai dengan yang menjadi harapan siswa, disamping itu juga perubahan dapat menghasilkan sesuatu yang baru yang lebih baik dibandingkan dengan yang telah ada sebelumnya. Selain itu perubahan sendiri dapat terjadi karena usaha yang dilakukan oleh siswa itu sendiri ataupun terjadi bukan karena dengan sendirinya seperti proses kematangan atau kedewasaan yang terjadi pada siswa itu sendiri.

Menurut Winkel, belajar merupakan suatu aktivitas mental atau psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang dapat menghasilkan sejumlah perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, sebuah keterampilan dan nilai-sikap. Perubahan itu bersifat relatif konstan dan berbekas.17

Sedangkan menurut Reber dalam kamus susunannya yang terkenal modern, Dictionary of Psychology membatasi pengertian belajar kedalam dua definisi. Pertama, belajar adalah The process of acquiring knowledge, yakni proses memperoleh pengetahuan. Kedua, belajar adalah A relatively permanent change in respons potentiality which occurs as a result of reinforced practice, yaitu suatu perubahan kemampuan bereaksi yang relatif langgeng sebagai latihan yang diperkuat. Pengertian yang pertama biasanya lebih sering dipakai dalam pembahasan psikologi kognitif, karena oleh sebagian ahli dipandang kurang representatif karena tidak mengikutsertakan perolehan keterampilan nonkognitif.18

Timbulnya keanekaragaman pendapat para ahli mengenai pengertian belajar merupakan suatu fenomena perselisihan yang wajar karena adanya titik perbedaan cara pandang. Namun secara umum belajar dapat diartikan sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku       

17

W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran. (Jakarta: PT. Grasindo, 1996), h. 53

18

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung. Remaja


(34)

individu yang relatif menetap sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan di sekitarnya yang melibatkan proses kognitif.

b. Domain dan Hakikat Hasil Belajar

Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang membentuknya, yaitu “hasil” dan “belajar”. Pengertian hasil (product) menunjuk kepada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional. Hasil produksi adalah perolehan yang didapatkan karena adanya kegiatan mengubah bahan (raw materials) menjadi barang jadi (finished goods). Belajar dilakukan untuk mengusahakan adanya perubahan perilaku pada individu yang belajar. Perubahan perilaku itu merupakan perolehan yang menjadi hasil belajar.19

Domain hasil belajar adalah perilaku-perilaku kejiwaan yang akan diubah dalam proses pendidikan. Menurut Bloom, terdapat tiga ranah yang merupakan hasil belajar diantaranya ranah kognitif (cognitive domain), ranah afektif (affective domain) dan ranah psikomotorik (psychomotor domain)20. Untuk tujuan pengukuran, ketiga domain tersebut disusun secara hirarki dalam tingkat-tingkat mulai tingkat terendah dan sederhana hingga tertinggi dan paling kompleks:

1) Ranah kognitif (cognitive domain), ranah kognitif hasil belajar dibedakan ke dalam beberapa tingkat yaitu C1 (mengenal atau menghafal), C2 (pemahaman), C3 (penerapan), C4 (analisis), C5 (sintesis), dan C6 (evaluasi).

a) Hapalan atau pengetahuan (C1) mencakup ingatan akan hal-hal yang pernah dipelajari dan disimpan dalam ingatan. Hal-hal itu dapat berupa fakta, konsep, prinsip, prinsip atau istilah serta metode yang diketahui.

      

19Purwanto, Tujuan Pendidikan dan Hasil Belajar: Domain dan Taksonomi, (Jurnal

No.16/IX/TEKNODIK/Juni/2005), h.155 20

Suharsimi Arikunto, “ Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan”, (Jakarta: Bumi Aksara,


(35)

b) Pemahaman (C2) mencakup kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari. Adanya kemampuan ini dinyatakan dalam menguraikan isi pokok dari suatu bacaan, mengubah data yang disajikan dalam bentuk tertentu ke dalam bentuk yang lain, seperti rumus matematika ke dalam kata-kata, membuat kecenderungan yang nampak dalam data tertentu, seperti data dalam grafik.

c) Penerapan (C3) meliputi kemampuan menggunakan prinsip, teori, hukum, aturan, maupun metode yang dipelajari pada situasi baru atau kongkrit.

d) Analisis (C4) meliputu kemampuan menganalisa atau merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian, sehingga struktur keseluruhan atau organisasinya dapat dipahami dengan baik.

e) Sintesis (C5) meliputi kemampuan menemukan hubungan yang unik, seperti mengkomunikasikan gagasan atau pengalaman dalam bentuk tulisan, gambar dan simbol ilmiah.

f) Evaluasi (C6) merupakan kemampuan yang mencakup kemampuan untuk membentuk pandangan mengenai sesuatu atau beberapa hal dengan pertanggungjawaban pendapat yang berdasarkan kriteria tertentu.

2) Ranah afektif (affective domain), ranah afektif hasil belajar dibedakan menjadi: penerimaan, partisipasi, penilaian atau penentuan sikap, organisasi, dan pembentukan pola hidup.

a) Penerima: mencakup kepekaan akan adanya suatu perangsang dan kesediaan untuk memperhatikan rangsangan itu, seperti buku pelajaran atau penjelasan yang diberikan oleh guru.

b) Partisipasi: mencakup kerelaan untuk memperhatikan secara aktif dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan.

c) Penilaian atau penentuan sikap: mencakup kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap sesuatu dan membawa diri sesuai dengan penlilaian itu.


(36)

d) Organisasi: mencakup kemampuan untuk membentuk suatu sistem nilai sebagai pedoman dan pegangan dalam kehidupan.

e) Pembentukan pola hidup: mencakup kemampuan untuk menghayati nilai-nilai sedemikian rupa, sehingga menjadi milik pribadi dan menjadi pegangan nyata dan jelas dalam mengatur kehudupannya sendiri.

3) Ranah psikomotorik (psychomotoric domain), ranah psikomotorik hasil belajar dibedakan menjadi: persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, dan gerakan kompleks.

a) Persepsi: mencakup kemampuan untuk mengadakan diskriminasi yang tepat antara dua perangsang atau lebih, berdasarkan perbedaan antara ciri-ciri fisik yang khas pada masing-masing rangsangan.

b) Kesiapan: mencakup kemampuan untuk menempatkan dirinya dalam keadaan akan memulai suatu gerakan atau rangkaian gerakan.

c) Gerakan terbimbing: mencakup kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian gerak-gerik, sesuai dengan contoh yang diberikan (imitasi).

d) Gerakan yang terbiasa: mencakup kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian gerak gerik dengan lancar, karena sudah dilatih secukupnya, tanpa memperhatikan lagi contoh yang diberikan. e) Gerakan kompleks: mencakup kemampuan untuk melaksanakan

suatu keterampilan, yang terdiri atas beberapa komponen, dengan lancar tepat, dan efisien.

f) Penyesuaian pola gerakan: mencakup kemampuan untuk mengadakan perubahan dan menyesuaikan pola gerak-gerik dengan kondisi setempat atau dengan menunjukkan suatu taraf keterampilan yang telah mencapai kemahiran.


(37)

g) Kreativitas: mencakup kemampuan untuk melahirkan pola-pola gerak-gerik yang baru, seluruhnya atas dasar prakarsa dan inisiatif sendiri. 21

Sedangkan menurut Gagne dalam Dahar, penampilan-penampilan yang dapat diamati sebagai hasil belajar disebut sebagai kemampuan (capabilitis). Menurutnya, terdapat lima macam kemampuan, tiga diantaranya bersifat kognitif, satu bersifat afektif, dan satu lagi bersifat psikomotorik. Kelima kemampuan tersebut diantaranya: keterampilan intelektual, strategi kognitif, sikap, informasi verbal, dan keterampilan motorik. 22

1) Keterampilan Intelektual

Keterampilan intelektual memungkinkan seseorang berinterasi dengan lingkungannya melalui penggunaan symbol-simbol atau gagasan-gagasan. Belajar keterampilan intelektual ini sudah dimulai sejak tingkatan pertama sekolah dasar atau bahkan sewaktu taman kanak-kanak dan dilanjutkan sesuai dengan perhatian dan kemampuan intelektual seseorang.

Selama bersekolah, banyak sekali jumlah keterampilan-keterampilan intelektual yang dipelajari seseorang. Keterampilan-keterampilan yang didapat melalui berbagai mata pelajaran yang dapat digolongkan berdasarkan tingkat kompleksitasnya.

Selama proses belajar inilah perkembangan intelektual seseorang dapat berubah. Semakin tinggi jenjang pendidikan dan semakin dewasa seseorang semakin banyak pula tantangan dan hambatan yang akan menjadi masalah. Oleh karena itu untuk memecahkan masalah siswa memerlukan aturan-aturan yang tinggi, yaitu aturan-aturan yang kompleks.

      

21 W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran, (Jakarta: Grasindo, 1999), h. 245-250

22


(38)

2) Strategi-Strategi Kognitif

Suatu macam keterampilan intelektual khusus yang mempunyai kepentingan tertentu bagi belajar dan berfikir ialah strategi kognitif. Dalam teori belajar modern, suatu strategi kognitif merupakan suatu proses kontrol, yaitu suatu proses internal yang digunakan siswa (orang yang belajar) untuk memilih dan mengubah cara-cara memberikan perhatian, belajar, mengingat, dan berfikir.

Strategi-strategi kognitif sesuai dengan fungsinya dapat dikelompokkan menjadi beberapa macam diantaranya: strategi menghafal (rehearsal strategies), strategi elaborasi, strategi pengaturan (organizing strategies), strategi metakognitif, dan strategi afektif.

3) Informasi Verbal

Informasi verbal juga disebut dengan pengetahuan verbal, nama lain untuk pengetahuan verbal ini ialah pengetahuan deklaratif. Informasi verbal diperoleh sebagai hasil belajar di sekolah, dan juga dari kata-kata yang diucapkan orang, dari membaca, radio, televisi, dan media lainnya. 4) Sikap-sikap

Sikap merupakan pembawaan yang dapat dipelajari, dan dapat mempengaruhi perilaku seseorang terhadap benda-benda, kejadian-kejadian, atau makhluk-makhluk hidup lainnya. Sekelompok sikap yang penting ialah sikap-sikap kita terhadap orang lain.

Dalam pelajaran sains misalnya, sikap sosial ini dipelajari selama siswa melakukan percobaan di laboratorium. Antara lain disebutkan, selama memanaskan zat-zat dalam tabung reaksi hendaknya para siswa jangan menghadapkan mulut tabung reaksi itu pada temannya, agar temannya jangan sampai kena percikan zat yang dipanaskan. Perlu diingat bahwa, suatu sikap dapat mempengaruhi perilaku khusus seseorang.


(39)

5) Keterampilan-keterampilan Motorik

Keterampilan-keterampilan motorik tidak hanya mencakup kegiatan-kegiatan fisik, melainkan juga kegiatan-kegiatan motorik yang digabung dengan keterampilan intelektual, misalnya membaca, menulis, memainkan sebuah instrumen musik, atau misalanya dalam pelajaran sains tentang cara menggunakan mikroskop, menggunakan neraca timbangan dan sebagainya.

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar

Belajar yang baik dapat menghasilkan nilai yang baik, begitupun sebaliknya belajar yang buruk maka hasilnya pun akan buruk. Baik buruknya hasil yang diperoleh dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar adalah:

1) Faktor-faktor yang berasal dari luar diri pelajar, yang terdiri : a) Faktor-faktor nonsosial

Kelompok ini boleh dikatakan juga tak terbilang jumlahnya, misalnya: keadaan udara, suhu udara, cuaca, waktu, tempat, alat-alat peraga dan sebagainya yang biasa kita sebut alat-alat plajaran.

b) Faktor-faktor sosial

Yang dimaksud dengan faktor-faktor sosial di sini adalah faktor manusia (sesama manusia), baik manusia itu ada maupun kehadirannya tidak dapat disimpulkan, jadi tidak langsung hadir.

2) Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri si pelajar, yang terdiri dari : a) Faktor-faktor fisiologis

Faktor-faktor fisiologis ini dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu: tonus jasmani dan fungsi-fungsi fisiologis tertentu (fungsi pancaindera).


(40)

b) Faktor-faktor psikologis

Faktor-faktor psikologis siswa merupakan faktor rohani yang didalamnya mencakup intelgensi, sikap, minat, dan motivasi yang dapat mempengaruhi belajar siswa.23

3) Faktor Instrumental24

Faktor-faktor instrumental adalah faktor yang keberadaan dan penggunaanya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. Faktor-faktor ini diharapkan dapat sebagai sarana agar tercapainya tujuan-tujuan yang telah direncanakan. Faktor-faktor instrumental ini dapat berupa kurikulum, sarana dan fasilitas, dan gurunya sendiri.

Kalau sudah berbicara kurikulum berarti kita akan berbicara mengenai komponen-komponennya, yakni tujuan, bahan atau program, proses belajar mengajar, dan evaluasi. Kiranya jelas bahawa faktor instrumental ini sangat besar pengaruhnya terhadap proses dan hasil belajar.

3. Hakikat Pembelajaran Kimia

Pembangunan pada era globalisasi akan dapat berjalan dan berhasil apabila oleh oleh SDM yang benar-benar menguasai Iptek. Untuk menguasai iptek diperlukan sebuah dasar yang kuat, yakni penguasaan terhadap mata pelajaran Matematika dan IPA (Sains). Seiring perkembangan sains dan teknologi, peranan pendidikan kimia sebagaiu bagian dari sains mempunyai peranan yang semakin penting.

Kimia sering disebut sebagai "ilmu pusat" karena menghubungkan berbagai ilmu lain, seperti fisika, ilmu bahan, nanoteknologi, biologi, farmasi, kedokteran, bioinformatika, dan geologi. Koneksi ini timbul melalui berbagai subdisiplin yang memanfaatkan konsep-konsep dari

      

23 Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (jakarta: Rja Grafindo Persada, 2005), h.

233-237 24

Yudhi Munadi, Media Pembelajaran (Sebuah Pendekatan Baru), (Jakarta:Gaung


(41)

berbagai disiplin ilmu. Sebagai contoh, kimia fisik melibatkan penerapan prinsip-prinsip fisika terhadap materi pada tingkat atom dan molekul.25

Ilmu kimia adalah ilmu pengetahuan alam yang mempelajari tentang materi yang meliputi struktur, sifat dan perubahan materi serta energi yang menyertainya.26 Ilmu kimia ini sarat dengan konsep (terutama konsep) bersifat abstrak dan konsep-konsep ini berjenjang, berkembang dari konsep yang sederhana menuju konsep yang lebih kompleks. Pelajaran kimia bagi sebagian siswa merupakan salah satu mata pelajaran yang sulit dan menjadi momok dikalangannya. Kimia menjadi momok karena adanya pandangan yang salah tentang kimia itu sendiri. Selama ini, para siswa menganggap konsep-konsep yang ada di dalam pelajaran kimia sebagai konsep-konsep yang abstrak dan sulit. Akibatnya, konsep-konsep kimia menjadi semakin jauh jaraknya dengan realita keseharian dalam kehidupan mereka.27

Pernyataan di atas sampai sekarang pun masih menjadi problematika utama para guru kimia untuk menghilangkan pandangan para peserta didik. Sehingga pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung para peserta didik sudah tak merasa pesimis melainkan akan termotivasi dan antusias dalam untuk meneriam materi yang akan disampaikan oleh guru. Sehingga dengan demikian tujuan yang ingin diraihpun akan tercapai.

Kenyataan yang ada sekarang, PBM di sekolah bahkan belum memberikan kesempatan yang maksimal kepada siswa untuk dapat mengembangkan kreativitas dan keterampilnnya. Menurut Hadiat dalam Atiek Winarti, fenomena umum pembelajaran IPA (Sains) termasuk kedalamnya kimia yang nampak pada saat ini antara lain sebagai berikut :

      

25 http://id.wikipedia.org/wiki/Kimia. 27/07/09 21:47 

26

J.M.C Johati, M Rachmawati, Kimia SMU Untuk Kelas X, (Jakarta: Erlangga, 2004),

h. 4 27

Atiek Winarti dan Yudha Irhasyuarna, Optimalisasi Peran Laboiratorium Sebagai

Upaya Menyiapkan Pembelajaran Kimia di SMU Dalam Mengahadapi Abad 21, (Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan 2001), No. 030, Th. VII, h. 354


(42)

a. Gaya belajar guru yang selalu mendrill siswa untuk menghafalkan berbagai konsep tanpa disertai pemahaman terhadap konsep itu sendiri, dengan alasan untuk mengejar target ujian akhir.

b. Pengajaran sains hanya dipelajari dengan cara menghapal tanpa disertai kerja laboratorium.

c. Pada umumnya guru masih berpendapat bahwa mngajar adalah suatu kegiatan menjelaskan dan menyampaikan informasi tentang konsep, dan bukan bagaimana mengajarkan siswa untuk menemukan konsepnya sendiri.

d. Beberapa buku yang digunakan di sekolah sering kali kurang memenuhi kaidah-kaidah pendidikan, seperti buku tanya jawab yang tanpa disertai penalaran jawaban.28

Permasalahan dalam pembelajaran sebenarnya dapat diatasi dengan cara merancang suatu sistem pembelajaran yang sedemikian rupa sehingga pembelajaran terasa menyenangkan bagi siswa, dengan cara melalui pemilihan pendekatan, metode, dan media yang tepat. Maka selain dapat mempermudah para peserta didik dalam memahami keabstrakan konsep kimia, juga dapat meningkatkan motivasi dan keterampilan proses siswa.

Pemilihan pendekatan, metode dan media sangat penting karena mengingat pada sekarang ini pengajaran IPA terutama pengajaran kimia yang tidak hanya diharapkan sekedar memberikan kemampuan siswa agar dapat memecahkan soal-soal kimia, akan tetapi juga secara konkrit harus ikut membentuk cara berpikr kritis, logis serta ilmiah para peserta didik. Karena dengan kemampuan tersebut siswa diharapkan dapat menghadapi semua perubahan-perubahan yang terjadi begitu cepat pada era globalisasi ini dengan sikap yang terbuka.

       28

Atiek Winarti dan Yudha Irhasyuarna, Optimalisasi Peran Laboiratorium Sebagai Upaya

Menyiapkan Pembelajaran Kimia di SMU Dalam Mengahadapi Abad 21, (Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan 2001), No. 030, Th. VII, h. 356-357


(43)

4. Konsep Tata Nama Senyawa, dan Persamaan Resaksi a. Rumus Kimia

Rumus kimia pertama kali ditemukan oleh ilmuwan dari Swedia yang bernama Jons Jakob Berzelius, yang mengusulkan penulisan rumus kimia zat mengunakan lambang unsur yang ditulis secara berdampingan.29

Rumus kimia di bedakan menjadi rumus molekul dan rumus empiris.

1) Rumus Molekul

Rumus molekul menyatakan jenis dan perbandingan atom-atom unsur dalam molekul unsur atau senyawa.

Ada beberapa pengecualian dalam penulisan rumus molekul, antara lain penulisan rumus kimia etanol yang pada umumnya ditulis sebagai C2H5OH bukan C2H6O. hal ini untuk menunjukan adanya gugus

fungsi OH sebagai karakteristik senyawa alcohol. 2) Rumus Empiris

Rumus empiris digunakan untuk menyatakan jenis dan perbandingan sederhana dari atom-atom unsur dalam zat (unsur atau senyawa). Perhatikan contoh berikut.

Tabel 2.1 Beberapa Contoh Penulisan Rumus Empiris

Unsur Rumus molekul Rumus empiris

Hidrogen H2 H

Oksigen O2 O

Fosfor P4 P

Belerang S8 S

Jenis rumus empiris ada 2 macam, rumus empiris senyawa molekul/senyawa kovalen, dan rumus empiris senyawa ion.

       29

J.M.C Johati, M Rachmawati, Kimia SMU Untuk Kelas X, (Jakarta: Erlangga, 2004), h.


(44)

Yang dimaksud rumus kimia untuk unsur dan senyawa molekul/kovalen adalah rumus molekul sedangkan yang dimaksud rumus kimia untuk senyawa ion adalah rumus empiris.

b. Tata Nama Senyawa

Tatanama kimia merujuk pada sistem penamaan senyawa kimia. Telah dibuat sistem penamaan spesies kimia yang terdefinisi dengan baik. Senyawa organik diberi nama menurut sistem tatanama organik. Senyawa anorganik dinamai menurut sistem tatanama anorganik.30

Tatanama yang biasa dilakukan adalah tatanama IUPAC (International Union of Pure and Applied Chemistry) yang didasarkan atas rumus kimia senyawa.

1) Tata Nama Senyawa Anorganik

Tata nama senyawa anorganik dapat dikelompokkan menjadi: a) Senyawa biner dari logam dan non logam

Jenis senyawa ini pada umunya adalah senyawa ion. Logam membentuk ion positif (kation) dan non logam membentuk ion negatif (anion).

Adapun tata nama senyawa biner logam dan non logam dalah sebagai berikut:

- Penamaan dimulai dari nama kation logam diikuti nama anion non logam.

Tabel 2.2 Contoh Nama Senyawa Biner Logam dan Non-Logam

Rumus kimia Kation logam Nama Kation Anion non-logam Nama anion Nama senyawa NaCl Na+ Natrium Cl- Klorida Natrium

klorida MgF2 Mg2+ Magnesium F- Fluorida

Magnesium fluorida

Ag2S Ag+ Perak S2- Sulifida

Perak sulfida

       30


(45)

- Untuk logam yang dapat membentuk beberapa kation dengan muatan berbeda, maka muatan kationnya dinyatakan dengan angka Romawi

Sebagai contoh, senyawa FeO dan Fe2O3. Fe dapat membentuk

kation Fe3+ dan Fe2+,. Oleh karena itu oksida (O2-) mempunyai muatan 2-, maka:

- Kation besi pada FeO haruslah Fe2+ agar dapat menetralkan muatan O2-. Jadi namanya adalah besi(II) oksida.

- Kation besi pada F2O3 haruslah Fe3+ karena 2Fe3+ (total

muatan +6) dapat menetralkan 3O2- (total muatan -6). Jadi

namanya adalah besi (III) oksida. b) Senyawa biner dari non logam dan non logam

Senyawa biner dari dua non logam umunya adalah senyawa molekul. Tata nama senyawanya adalah sebagai berikut:

- Penamaan senyawa mengikuti urutan berikut: B-Si-As-C-P-N-H-S-I-Br-Cl-O-F

Contoh : HCl (Nama H lalu nama Cl) ClF ( Nama Cl lalu nama F) PCl3 (Nama P lalu nama Cl)

- Penamaan dimulai dari atom non logam pertama diikuti nama non logam kedua yang diberi akhiran –ida

Contoh: HCl (dinamakan hidrogen klorida) ClF (dinamakan klorin fluorida)

- Jika dua jenis non-logam dapat membentuk lebih dari satu jenis senyawa, maka digunakan awalan Yunani sesuai angka indeks dalam rumus kimianya

Perhatikan contohnya sebagai berikut:

Tabel 2.3 Rumus dan Nama Kimia

Rumus kimia Nama

CO Karbon monooksida

CO2 Karbon dioksida

NO Nitrogen monooksida

NO2 Nitrogen dioksida


(46)

- Tata nama IUPAC tidak perlu digunakan untuk senyawa yang memiliki nama umum.

Contoh:

Rumus kimia Nama

H2O Air

NH3 Ammonia

N2H 4 Hidrazin

c) Senyawa yang mengandung poliatom

Banyak senyawa ion yang mengandung ion poliatom. Ion poliatom ini dapat berupa kation poliatom atau anion poliatom. Akan tetapi, kebanyakan ion poliatom berupa anion poliatom (bermuatan negatif).

Tata nama senyawa yang mengandung ion poliatom adalah sebagai berikut:

- Untuk senyawa yang terdiri dari kation logam dan anion poliatom, maka penamaan dimulai dari nama kation logam diikuti nama anion poliatom

Contoh: Rumus

kimia

Kation logam

Anion

poliatom Nama senyawa

NaOH Na+ OH- Natrium hidroksida

KCN K+ CN- Kaliumsianida

PbSO4 Pb2+ SO42- Timbal(II) sulfat

Al2(SO4)3 Al3+ SO42- Aluminium sulfat

- Untuk senyawa yang terdiri kation poliatom dan anion monoatom/poliatom, penamaan dimulai dari nama kation poliatom diikuti nama anion monoatom/poliatom

Contoh:

NH4Cl : amonium klorida

NH4CN : amonium sianida

NH4OH : amonium hidroksida


(47)

d) Senyawa asam

Asam dapat didefinisikan sebagai zat kimia yang dalam air melepas ion H+. contohnya dalah HCl. Dalam keadaan murni, HCl adalah senyawa molekul dan berada sebagai gas. Akan tetapi, jika HCl dilarutkan ke dalam air, maka HCl akan melepas atom H sebagai ion H+. senyawa demikian disebut dengan senyawa asam.

Tata nama senyawa asam adalah sebagai berikut :

- Untuk senyawa asam biner (terdiri dari 2 jenis unsur), penamaan dimulai dari kata ‘asam’ diikuti nama sisa asamnya, yakni anion non-logam

(sisa asam adalah asam tanpa H) Contoh: HCl : asam klorida

HF : asam fluorid

H2S : asam sulfide

- Untuk senyawa asam yang terdiri dari 3 jenis unsur, penamaan dimulai dari kata ‘asam’ diikuti nama sisa asamnya, yakni anion poliatom.

Contoh: HCN : asam sianida H2SO4 : asam sulfat

H2CO3 : asam karbonat

HCH3COO atau CH3COOH : asam asetat

2) Tata Nama Senyawa Organik

Tata nama organik atau lengkapnya tatanama IUPAC untuk kimia organik adalah suatu cara sistematik untuk memberi nama senyawa organik yang direkomendasikan oleh International Union of Pure and Applied Chemistry (IUPAC). Idealnya, setiap senyawa organik harus memiliki nama yang dari sana dapat digambarkan suatu formula struktural dengan jelas31

Adapun tata nama senyawa organik adalah sebagai berikut:       


(48)

a) Senyawa organik paling sederhana hanya mengandung atom C dan H yang dikenal sebagai senyawa hidrokarbon. Nama senyawa dimulai dengan awalan sesuai jumlah atom C yang dimiliki, dan diberi akhiran –ana.

Jumlah atom C Awalan Nam senyawa

CH4 1 Met- Metana

C2H6 2 Et- Etana

C3H8 3 Prop- Propana

b) Untuk senyawa yang jika atom atau gugus atom pada senyawa diganti dengan atom atau gugus atom lainnya adalah sebagai berikut:

Rumus

kimia Nama senywa

-Jika atom H diganti

dengangugus –OH, maka

akhiran –ana diganti -anol

CH2OH metanol

-Jika atom H diganti atom halogen (Cl, F, I, Br), maka diberi awalan ‘halo-’, jika lebih dari 1 atom H diganti dengan lebih dari 1 atom halogen sejenis, maka gunakan awalan di, tri, tetra, dan seterusnya.

CH3Cl

CH2Cl2

CHCl3

CCl4

Klorometana

Diklorometana

Triklorometana

Bromometana

-Jika atom H diganti dengan gugus –NH2, maka akhiran -ana diganti -ilamina

CH3NH2 Metilamina

-Jika atom H diganti gugus -NO2 maka diberi awalan nitro-

CH2NO2 Nitrometana

-Jika gugus –CH3 diganti gugus –COOH, maka nama pertama senyawa adalah ‘asam’, didikuti nama senyawa tetapi akhiran – ana diganti dengan -anoat

HCOOH Asam metanoat

c) Senyawa organik penting lainnya adalah benzena mempunyai rumus kimia C6H6. Perhatikan penamaan senyawa jika satu atom H


(49)

Rumus

kimia Nama senyawa Nama lazim

C6H6

C6H5OH

C6H5NH2

C6H5NO2

C6H5COOH

Benzena

Hidroksibenzena

Aminabenzena

Nitrobenzena

Asam karboksilat benzena - Fenol Anilina -

Asam benzoat

c. Persamaan Reaksi

Pada prinsipnya, reaksi kimia adalah suatu perubahan materi yang melibatkan pemutusan dan pembentukan ikatan kimia. Pemutusan ikatan kimia menyebabkan zat-zat pereaksi terpisah menjadi atom-atomnya. Atom-atom ini akan disusun ulang sebelum bergabung kembali membentuk ikatan kimia dalam zat-zat produk reaksinya.32

Dalam sebuah persamaan reaksi, pereaksi dan produk dihubungkan melalui simbol yang berbeda-beda. Simbol → digunakan untuk reaksi searah, untuk reaksi dua arah, dan untuk reaksi kesetimbangan.

Misalnya, persamaan reaksi pembakaran metana (suatu gas pada gas alam) oleh oksigen dituliskan sebagai berikut:

CH4 + 2 O2→ CO2 + 2 H2O

Misalnya proses Haber (reaksi sintesis amonia) dengan perubahan entalpi (∆H) dituliskan sebagai berikut:

N2(g) + 3H2(g) → 2NH3(g) ∆H = -92.4 kJ/mol.

Suatu persamaan disebut setara jika jumlah suatu unsur pada sebelah kiri persamaan sama dengan jumlah unsur tersebut di sebelah kanan, dan dalam reaksi ionik, jumlah total muatan harus setara juga.33

Persamaan reaksi menggambarkan zat-zat kimia yang terlibat sebelum dan sesudah reaksi kimia baik secara kualitatif maupun kuantitaif. Hal ini dinyatakan oleh rumus kimia zat-zat, koefisien reaksi, dan wujud zat-zat.

       32

J.M.C Johati, M Rachmawati, Kimia SMU Untuk Kelas X, (Jakarta: Erlangga, 2004), h.

159


(50)

1) Rumus kimia zat-zat

Zat-zat yang terlibat dalam reaksi dinyatakan oleh rumus kimianya. Zat yang berada di ruas kiri disebut pereaksi (reaktan), sedangkan zat diruas kanan disebut produk reaksi (hasil reaksi).

2) Koefisien reaksi

Koefisien reaksi menyatakan jumlah partikel (atom, molekul, ion) atau unit rumus (senyawa ion). Nilai koefisien reaksi sedemikian rupa agar persamaan reaksi menjadi setara yakni memenuhi Hukum Kekekalan Massa dari Lavoisier

3) Wujud zat dalam persamaan reaksi, wujud atau keadaan zat dalam suatu persamaan reaksi dapat disertakan atau dituliskan. Ada 4 wujud atau keadaan zat yang diutulis sebagai subkrip (huruf kecil setelah rumus kimia).

Seringkali pada suatu persamaan reaksi, wujud zat yang bereaksi dituliskan dalam singkatan di sebelah kanan rumus kimia zat tersebut. Padat atau solid ditulis denghan lambang s

Cair atau liquid ditulis denghan lambang l Gas atau gas ditulis denghan lambang g

Larur dalam air atau aqueous ditulis denghan lambang aq Contoh:

2K (s) + 2H2O (l) → 2KOH (aq) + H2 (g)

Cara Penulisan Persamaan Reaksi

1) Tulis rumus kimia dari pereaksi dan produk reaksi. Sertakan wujud/keadaan zat jika diketahui.

2) Beri koefisien reaksi agar jumlah atom dari setiap unsur di ruas kiri sama dengan di ruas kanan.

a) Pilih zat dengan rumus kimia paling kompleks. Tetapkan nilai koefisien reaksinya sama dengan 1. Beri koefisien sementara untuk zat-zat lainnya dengan huruf a, b, c, dan sterusnya.


(51)

b) Setarakan atom-atom pada zat paling kompleks tersebut. Jika terdapat ion poliataom di ruas kiri dan kanan serta tidak berubah, maka setarakan sebagai ion poliatom bukan sebagai atom.

c) Setarakan atom-atom lainnya. Jika terdapat ion poliataom diruas kiri dan kanan serta tidak berubah, maka setarakan sebagai ion poliatom bukan sebagai atom.

d) Pastikan setiap koefisien reaksi merupakan bilangan bulat sederhana. (koefisien 1 tidak disertakan dalam persamaan reaksi)

5. Penelitian Relevan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Tarmizi, dengan menggunakan metode pencarian kartu pasangan ini siswa nampak lebih aktif mencari pasangan kartu antara jawaban dan soal dan dapat mengidentifikasi permasalahan yang terdapat di dalam kartu yang ditemukannya dan menceritakannya dengan sederhana dan jelas secara bersama-sama. pembelajaran kooperatif metode make a match memberikan manfaat bagi siswa, di antaranya sebagai berikut:

a. mampu menciptakan suasana belajar aktif dan menyenangkan

b. materi pembelajaran yang disampaikan lebih menarik perhatian siswa c. mampu meningkatkan hasil belajar siswa mencapai taraf ketuntasan belajar

secara klasikal 87,50%.34

Hasil penelitian Fatmawati menunjukkan bahwa hasil belajar siswa meningkat dari Siklus I ke Siklus II, yaitu rata-rata nilai hasil belajar siswa meningkat dari 66,67 ± 7,35 di Siklus I menjadi 77,50 ± 6,39 di Siklus II. Adapun jumlah siswa yang berada pada kategori tuntas sebanyak 21 orang di Siklus I menjadi 28 orang di Siklus II, sedangkan siswa yang berada pada kategori tidak tuntas sebanyak 9 orang di Siklus I menjadi 2 orang di Siklus II. Berdasarkan hasil penelitian, disimpulkan bahwa terjadi peningkatan hasil       

34

Tarmizi Ramadhan, Pembelajaran Kooperatif “Make A Match”, dapat diakses

di:http://www.scribd.com/doc/8846497/Pembelajaran-Kooperatif-Make-a- Match?autodown=doc.


(52)

belajar siswa kelas VIII4 SMP Negeri 26 Makassar melalui penggunaan model pembelajaran kooperatif make a match.35

Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Rizca Safitri, hasil penelitiannya menunjukkan bahwa : Ada pengaruh penggunaan metode kolaborasi quantum teaching-snowaball throwing hal ini dapat dilihat pada taraf kontigensi C yang menempati taraf C = 0,79 dan Cmaks = 0,87 sehingga, C termasuk dalam kategori tinggi. Dapat disimpulkan penggunaan metode kolaborasi quantum teaching-snowball throwing mempunyai pengaruh tinggi terhadap hasil belajar.36

Mawaridah dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa ada perbedaan antara hasil belajar kognitif siswa yang dibelajarkan melalui metode pembelajaran quantum teaching-snowball throwing dan metode ceramah bermakna (thitung (2,326) dan ttabel (2,001); thitung > ttabel). Sehingga ada korelasi

yang kuat antara motivasi belajar dengan hasil belajar kognitif siswa yang dibelajarkan melalui metode quantum teaching-snowball throwing (eksperimen = 0,634).37

B.Kerangka Pikir

Belajar merupakan usaha mengubah tingkah laku pada individu yang belajar dan perubahan itu menyangkut segala aspek organisme dan tingkah laku. Proses belajar yang dilakukan siswa dipengaruhi oleh faktor internal dan       

35

Fatmawati, Peningkatan Hasil Belajar Biologi Siswa SMP Kelas VIII4 Melalui

Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Make A Match (Mencari Pasangan) pada Konsep Sistem Peredaran Darah Pada Manusia SMPN 26 Makassar. Skripsi. Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Makassar (dibimbing oleh Pro.Dr.

Musyafar, M.Pd dan Drs. Adnan, M.S). diakses : http://blog.unm.ac.id/adnanbio/2010/06/

03/08/010 Jam 13:37. 

36

 Rizca Safitri, Pengaruh Penggunaan Metode Kolaborasi Quantum Teaching-Snowball

Throwing Terhadap Hasil Belajar Sejarah Siswa Kelas X Sma Negeri 12 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2008/2009. Diakses : http://skripsi.unila.ac.id/2009/08/07/pengaruh-penggunaan-metode- kolaborasi-quantum-teaching-snowball-throwing-terhadap-hasil-belajar-sejarah-siswa-kelas-x-sma-negeri-12-bandar-lampung-tahun-ajaran-20082009/, 31/07/2010 Jam 11.40 

37 Nurul Mawaridah, Pengaruh Metode Pembelajaran Quantum Teaching-Snowball

Throwing terhadap Motivasi dan Hasil Belajar Kognitif Siswa Kelas X SMA Negeri 6 Malang pada Materi Senyawa Hidrokarbon Tahun Pelajaran 2009/2010 . diakses: http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/kimia/article/view/7427. (03/08/2010 Jam 13.07)


(53)

fakror ekstenal dari sisw tersebut. Faktor internal meliputi minat, bakat, dan motivasi. Sedangkan faktor eksternal meliputi kualitas guru, lingkungan, keluarga dan masyarakat. Hasil belajar siswa akan tercapai bila kedua faktor tersebut dapat mendukung dalam proses belajar mengajar.

Pembelajaran ilmu kimia merupakan pembelajaran yang sarat dengan konsep-konsep abstrak. Sehingga belajar kimia bagi sebagian siswa merupakan salah satu pelajaran yang paling sulit. Ilmu kimia yang sarat dengan konsep (terutama konsep) yang bersifat abstrak dan konsep-konsep ini berjenjang, berkembang dari konsep yang sederhana menuju konsep yang lebih kompleks.

Metode pembelajaran sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar adalah suatu kenyataan yang tidak bisa kita pungkiri keberadaannya. Para guru sadar bahwa tanpa bantuan media, maka materi pembelajaran sukar untuk dicerna dan dipahami oleh siswa, begitu juga dengan pengunaan metode akan terasa sulit untuk mentransfer materi kepada para siswa, terutama materi pembelajaran yang rumit dan komplek misalnya seperti materi IPA, khususnya kimia.

Salah satu faktor eksternal yang memepengaruhi hasil belajar adalah pengunaan metode yang bervariasi dalam pembelajran di kelas. variasi metode diharapkan menjadi sebuah terobosan yang ditunggu dari guru-guru yang mempunyai kreatifitas dan profesional, yang secara tidak langsung akan memotivasi siswa untuk ikut serta dalam proses belajar mengajar, sehingga akan tercipta suasana yang mengasyikan bagi siswa ditambahkan dengan metode-metode pembelajaran yang menyenangkan dan relevan dengan media yang digunakan. Bila semua itu dilakukan maka tujuan dari pembelajaran akan tercapai dan hasil belajar pun akan lebih baik.

Metode make a match atau metode pembelajaran snowball throwing merupakan salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Kedua metode ini dalam proses pembelajarannya sangat melibatkan siswa untuk dapat berperan aktif dengan bimbingan guru, agar peningkatan motivasi, keaktifan, komunikasi dan kemampuan siswa dalam memahami konsep dapat


(54)

terarah dengan lebih baik sehingga kesulitan belajar pun dapat dikurangi. Dengan begitu materi atau konsep yang disampaikan dapat difahami dan hasil belajar pun meningkat.

Gambar 2.2. Bagan Kerangka Pikir

C.Pengajuan Hipotesis

Berdasarkan landasan dan kerangka pikir yang telah dijelaskan di atas maka perumusan hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :

Ho : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa yang menggunakan metode make a match dengan yang menggunakan menggunakan metode snowball throwing.

Ha : Terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa yang menggunakan metode make a match dengan siswa yang menggunakan metode snowball throwing. 

Belajar

Faktor Internal Faktor Eksternal

Penerimaan dan penguasaan konsep meningkat

-Meningkatkan minat dan motivasi siswa

-Mengaktifkan siswa

-Meningkat komunikasi dan kerjasama antar siswa

-Mengurangi kesulitan belajar Metode Make a Match

&

Snowball Throwing


(55)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.Tujuan Operasional Penelitian

Tujuan operasional dari penelitian ini adalah untuk mengetahui secara empirik perbedaan hasil belajar kimia antara siswa yang menggunakan metode make a match dengan siswa yang menggunakan metode snowball throwing dalam pembelajaran kimia.

B.Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tangggal 04 November s/d 09 Desember tahun ajaran 2009/2010. Sedangkan tempat penelitian dilaksanakan di SMA Negeri I Pangkalan yang beralamat di Jln. Raya Pangkalan-Loji Kec. Pangkalan-Karawang 41362.

C.Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian quasi eksperimen, disini peneliti menggunakan dua kelas sebagai objek penelitian, yang pertama kelas diberi perlakuan dengan menngunakan metode make a match (kelas X6) dan kedua kelas yang diberi perlakuan dengan menggunakan metode snowball throwing (kelas X5). Dua kelas tersebut diberikan materi kimia yang sama tetapi diberi perlakuan yang berbeda.

Penelitian ini melibatkan dua variabel, yaitu variabel bebas (independent variable) dan variabel terikat (dependent variable). Variabel bebas dalam penelitian ini metode make a match dan metode snowball throwing sedangkan variabel bergantung atau terikat yaitu hasil belajar kimia siswa kelas X pada mata pelajaran kimia pada pokok bahasan tata nama senyawa dan persamaan reaksi kimia.


(56)

D.Rancangan Penelitian 1. Rancangan Penelitian

Tabel 3.1 Rancangan Penelitian

Pretest Perlakuan Posttest

A1 Metode Make A Match A2

B1 Metode Snowball Throwing B2

Keterangan:

A : Kelas X6 (diberi perlakuan dengan metode make a match) B : Kelas X5 (diberi perlakuan dengan metode snowball throwing)

2. Prosedur Perlakuan

Secara garis besar penelitian yang akan dilakukan ini menngunakan kelompok, yaitu kelompok yang diberikan pengajaran menggunakan metode make a match. dan kelompok yang diberikan pengajaran dengan menngunakan metode snowball throwing.

Sebelum memulai mengajar di kelas, terlebih dahulu menetapkan tujuan pengajaran, mempersiapkan materi yang akan diajarkan dan mempersiapkan kegiatan belajar mengajar sesuai dengan perlakuan yang akan diberikan pada masing-masing kelompok.

Sebelum perlakuan terhadap masing-masing kelompok dilakukan tes awal (pre-test), hal ini dilakukan untuk melihat kemampuan awal siswa terhadap materi yang akan diajarkan. Setelah perlakuan selesai dilaksanakan siswa kembali diberikan tes (post-test), hal ini dilakukan untuk melihat kemampuan dan hasil belajar siswa setelah diberi perlakuan.

E.Populasi dan Sampel

Suharsimi Arikunto mendefinisikan populasi sebagai keseluruhan dari subjek penelitian.1 Maka dalam penelitian ini yang menjadi populasi targetnya adalah seluruh siswa SMAN 1 Pangkalan yang terdaftar pada tahun ajaran       

1

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta:Rineka


(1)

158  

a. amonium hidroksida dan sulfat b. amonium klorida dan amonium sianida c. amonium sianida dan amonium hidroksida d. amonium klorida dan amonium hidroksida e. amonium klorida dan amonium sulfat

7. Bila atom H pada senyawa metana di gantikan oleh gugus –OH, maka nama senyawa tersebut menjadi...

a. metana hidroksida d. alkohol b. meta hidrooksida e. metanol c. hidrooksida metana

8. Diantara senyawa dibawah ini yang bernama asam oksalat adalah ... a. H2CO3 d. H2SO3

b. H2C2O4 e. H2SiO3 c. H2SO4

9. Bila 2 molekul hidrogen direaksikan dengan setengah oksigen, maka akan di hasilkan senyawa...

a. 2 molekul air b. Setengah molekul air c. 1 molekul air

d. 2 molekul hidrogen dan setengah molekul oksigen e. 2 setengah molekul air

10. Contoh rumus kimia dan nama senyawa biner yang terbentuk dari logam dan non logam...

a. NaCl (natrium klorida) d. HCl (hidro klorida) b. NaOH (natrium hidroksida) e. H2O (dihidro oksida) c. MgOH (magnesium hidroksida)

11. Agar reaksi...

a HNO3 + b H2S → c NO + d S + e H2O

menjadi reaksi yang setara, maka nilai a, b, c, d, dan e berturut-turut adalah...

a. 3, 1, 3, 2, 1 d. 2, 2, 3, 3, 4 b. 3, 2, 4, 3, 2 e. 1, 3, 1, 3, 2 c. 2, 3, 2, 3, 4

12. Kelompok senyawa dibawah ini yang namanya sesuai dengan tata nama IUPAC adalah…….

a. natrium nitrat, kalsium sulfida, besi (III) klorida b. natrium nitrat (V), kalsium sulfida, besi (III) klorida

c. barium sulfat( VI), magnesium karbonat, tembaga (I) oksida d. barium sulfat, magnesium karbonat (VI), tembaga (II) oksida e. barium sulfat, magnesium karbonat (VI), tembaga oksida


(2)

159  

13. Senyawa yang terbentuk dari Fe3+ dan SO24- adalah………. a. Fe4(SO4)2 d. Fe(SO4)3

b. Fe3(SO4)2 e. FeSO4 c. Fe2(SO4)3

14.Senyawa berikut Fe3(SO4)2 mempunyai rumus empiris…… a. Fe3(SO4) d. Fe3/4(SO)

b. Fe3/2(SO2) e. Fe3/8(SO) c. Fe3/2(SO4)

15.Nama senyawa untuk rumus kimia MnO2 adalah……. a. mangan (IV) oksida d. mangana (I) oksida b. mangan (III) oksida e. mangan dioksida c. mangan (II) oksida

16.Berikut ini pernyataan yang benar mengenai rumus molekul……... a. perbandingan massa dan nomor suatu atom

b. perbandingan sederhana nomor massa atom dalam senyawa c. jenis dan perbandingan sederhana atom unsur dalam senyawa d. jenis dan perbandingan atom unsur dalam senyawa

e. jenis dan massa atom dalam senyawa

17.Rumus empiris dari molekul senyawa yang mengandung 12 atom C, 22 atom H, dan 11 atom O adalah……

a. C6H11O11 d. C12H22O11 b. C6H12O10 e. C12H44O22 c. C6H11O11

18.Persamaan reaksi yang belum setara. C2H6 + O2 CO2 + H2O

Di berikan data sebagai berikut.

Maka nilai dari a, b, dan c, agar reaksi tersebut setara adalah...

a. 4, 2, 3 d. 2, 3, 3 b. 4, 3, 2 e. 3, 3, 2 c. 3, 4, 2

19.Unsur logam yang dapat bersenyawa dengan ion Cl- adalah… a. C d. K

b. S e. H c. N

20.Reaksi berikut yang sudah setara adalah……. a. 2Al + H2SO4 → Al2(SO4)3 + H2

b. C3H8 + 5O2 → 3CO2 + 4H2O c. N2 + H2 → NH3

d. 2Cr + H2SO4 → Cr2(SO4)3 + H2 e. 2Fe + O2 → Fe2O3

Atom Ruas kiri Ruas kanan

C 2 B

H 6 2c


(3)

160  

KUNCI JAWABAN

1. B 11. C 2. B 12. A 3. E 13. C 4. C 14. C 5. A 15. E 6. D 16. D 7. E 17. D 8. A 18. A 9. C 19. E 10.A 20. B


(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Perbedaan Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Cahaya Dengan Menggunakan Metode Eksperimen Dan Metode Demonstrasi

1 10 213

Pengaruh model pembelajaran kooperatif metode make A match terhadap pemahaman konsep matematika siswa

4 18 201

Penerapan Metode Pembelajaran make a Match Card dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata pelajaran Fiqh di MTs. Nasyatulkhair Depok

0 6 150

Efektivitas pembelajaran kooperatif model make a match dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS: penelitian tindakan kelas di SMP Islam Al-Syukro Ciputat

0 21 119

Perbedaan hasil belajar biologi antara siswa yang yang diajar menggunakan metode demontrasi dengan metode ceramah : Studi eksperimen di SMPN I Cikarang Barat

0 3 148

Pengaruh pembelajaran Kooperatif tipe Make A match terhadap motivasi belajar matematika

1 8 166

Peningkatan Hasil Belajar IPS Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Siswa Kelas IV SDN Pisangan 03

0 10 174

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Dalam Meningkatkan Minat Belajar Peserta Didik Di SMA Negeri 11 Tangerang Selatan

0 4 11

PERBANDINGAN ANTARA METODE MAKE A MATCH DENGAN METODE THINK PAIR SHARE TERHADAP HASIL BELAJAR Perbandingan Antara Metode Make A Match Dengan Metode Think Pair Share Terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran Ekonomi Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Gatak Sukohar

0 0 18

PERBANDINGAN ANTARA METODE MAKE A MATCH DENGAN METODE THINK PAIR SHARE TERHADAP HASIL BELAJAR Perbandingan Antara Metode Make A Match Dengan Metode Think Pair Share Terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran Ekonomi Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Gatak Sukohar

0 0 16