Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

memberikan wahana yang memungkinkan perkembangan tersebut. Perkembangan yang pesat telah menggugah para pendidik untuk dapat merancang dan melaksanakan pendidikan yang lebih terarah pada penguasaan hakikat dan konsep IPA, yang dapat menunjang kegiatan sehari-hari dalam masyarakat. Hakikat ilmu IPA menurut Frank dalam Yanti Herlanti adalah membangun sistem sederhana prinsip-prinsip keilmuan, yang dari padanya fakta-fakta yang telah terobservasi yang dapat dijabarkan secara matematis. 3 Oleh karena itu, untuk dapat menyesuaikan perkembangan tersebut menuntut kreatifitas dan kualitas sumber daya manusia dalam hal ini siswa yang harus ditingkatkan melaui jalur pendidikan. Untuk meningkatkan kualitas siswa melalui pengajaran IPA, guru diharapkan tidak hanya memahami disiplin ilmu IPA, tetapi hendaknya juga memahami hakikat proses pembelajaran IPA yang mencakup tiga ranah kemampuan, yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Oleh karena itu, pengalaman belajar IPA harus memberikan pertumbuhan dan perkembangan siswa pada setiap aspek kemampuan tersebut. Perkembangan IPA tidak hanya ditunjukkan oleh kumpulan fakta saja produk ilmiah tetapi juga oleh timbulnya metode ilmiah dan sikap ilmiah. Jadi, metode ilmiah itu merupakan bagian dari IPA termasuk salah satunya IPA-Kimia. Selama proses belajar mengajar sejalan dengan hakikat IPA maka pemahaman siswa terhadap IPA menjadi lebih bermakna. Keberhasilan pembelajaran kimia siswa sendiri ditentukan oleh bagaimana pembelajaran itu berlangsung dengan baik. Dengan adanya proses pembelajaran kimia, diharapkan siswa dapat berfikir secara ilmiah yang merupakan manifestasi dari hasil belajar kimia. Oleh karena itu, penguasaan dan cara penyampaian materi kimia perlu adanya variasi dan persiapan yang matang baik bagi guru maupun siswa. Namun kenyataan sehari-harinya, dalam suatu kelas ketika sesi kegiatan belajar mengajar berlangsung, nampak beberapa atau sebagian besar siswa 3 Yanti, Herlanti, Strategi Pengolahan Bahan Ajar Ilmu Pengetahuan Alam, Jakarta: Jurusan Pendidikan IPA FITK UIN JKT, EDUSAINS Vol. 1 no. 1 Juni 2008, hal. 26 belum belajar sewaktu guru mengajar. Jika masalah ini dibiarkan berlanjut, maka generasi penerus bangsa dalam hal ini para peserta didik akan sulit mencerna apa yang disampaikan oleh guru. Di era pembangunan yang berbasis ekonomi dan globalisasi ini diperlukan pengetahuan dan keanekaragaman keterampilan agar siswa mampu memberdayakan dirinya untuk menemukan, menafsirkan, menilai dan menggunakan informasi serta melahirkan gagasan yang penuh dengan kreatifitas. Kegiatan belajar mengajar adalah salah satu bentuk kegiatan pendidikan yang secara sistematis dan berkesinambungan di dalam sekolah yang dipadukan dengan kegiatan pendidikan yang dilakukan di luar sekolah dalam wujud penyediaan beragam pengalaman belajar untuk semua peserta didik. Kegiatan ini merupakan wadah kegiatan aktif siswa dalam membangun makna atau pengalaman. Mengajar tidak hanya diartikan sebagai proses penyampaian ilmu pengetahuan kepada siswa, yang hanya menempatkan siswa sebagai objek belajar dan guru sebagai subjek, akan tetapi mengajar harus dipandang sebagai proses pengaturan kondisi lingkungan agar siswa belajar. Yang dimaksud belajar itu sendiri bukan hanya sekedar menumpuk pengetahuan akan tetapi merupakan proses perubahan tingkah laku seseorang melalui pengalaman belajar sehingga diharapkan terjadi pengembangan berbagai aspek yang terdapat dalam individu, seperti aspek minat, bakat, kemampuan, potensi dan lain sebagainya. Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, anak kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berfikir. Proses pembelajaran di dalam kelas diarahkan kepada kemampuan anak untuk menghafal informasi, otak anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya itu untuk menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. 4 4 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta : Kencana, 2006 h. xiii Kimia merupakan pelajaran yang sangat penting peranannya didalam dunia pendidikan, karena mata pelajaran kimia berfungsi untuk memahami peristiwa alam yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, menemukan zat- zat yang bermanfaat bagi kesejahteraan umat, mengetahui hakikat materi serta perubahannya, menanamkan metode ilmiah, dan mengembangkan kemampuan dalam mengajukan gagasan-gagasan, dan memupuk ketekunan serta ketelitian kerja. Kimia dipandang sebagai dasar bagi ilmu pengetahuan seperti kedokteran, teknik, farmasi dan lain-lain. Karena melalui belajar kimia dapat dibentuk pola fikir ilmiah. Oleh karena itu, kimia sebagai suatu mata pelajaran di sekolah sangat diperlukan keberadaannya. Kimia menjadi momok karena adanya pandangan yang salah tentang kimia itu sendiri. Selama ini, para siswa menganggap konsep-konsep yang ada di dalam pelajaran kimia sebagai konsep-konsep yang abstrak dan sulit. Akibatnya, konsep-konsep kimia menjadi semakin jauh jaraknya dengan realita keseharian dalam kehidupan mereka. 5 Kesulitan dalam mempelajari kimia sebenarnya berawal dari kurangnya pemahaman dan penguasaan konsep dasar dalam kimia. Untuk menanamkan pemahaman akan konsep-konsep tersebut diperlukan adanya penggunaan sebuah metode ataupun media pembelajaran yang tepat dalam menyampaikan materi kepada siswa dalam proses belajar mengajar, kiranya penggunaan media yang dibarengi dengan metode pembelajaran yang tepat merupakan faktor yang penting dan sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Konsep pembelajaran IPA khususnya kimia menuntut adanya perubahan peran guru. Pada konsep tradisional guru lebih berperan sebagai transformator artinya guru berperan hanya sebagai penyampai pesan dengan menggunakan komunikasi langsung pola ini membuat siswa kurang aktif hanya menerima materi saja, seperti halnya analogi gelas yang siap diisi air. Kondisi ini tidak sesuai dengan konsep pembelajaran instructional. Pembelajaran memandang 5 Atiek Winarti dan Yudha Irhasyuarna, Optimalisasi Peran Laboratorium Sebagai Upaya Menyiapkan Pembelajaran Kimia di SMU Dalam Mengahadapi Abad 21 , Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan 2001, No. 030, Th. VII. h. 354 siswa sebagai individu yang aktif, memiliki kemampuan dan potensi yang perlu dieksplorasi secara optimal. Selain memandang penting peran aktif siswa dalam belajar, pembelajaran juga menuntut peran guru lebih luas. Diantara tugas guru tersebut adalah sebagai desainer pembelajaran dalam kata lain mampu merancang sebuah pembelajaran yang baik dan menyenangkant. 6 Banyak hal yang dapat dikaji untuk mengungkap masalah tersebut, mungkin strategi pembelajarannya yang menyajikan aturan-aturan yang kurang jelas. Masalah lain mungkin karena keterbatasan sarana belajar. Berbagai upaya pun telah ditempuh untuk meningkatkan kualitas pendidikan di indonesia, antara lain perbaikan kurikulum, penyediaan alat peraga dan perubahan metode pembelajaran. Oleh karena itu, kreatifitas seorang guru dalam mengajar kimia menjadi faktor penting agar kimia menjadi mata pelajaran yang menyenangkan dan menarik didalam kelas. Kreatifitas bukanlah suatu bakat tetapi bisa dipelajari dan harus dilatih. Hal yang harus dilakukan oleh seorang guru antara lain dengan menerapkan metode yang sesuai dan berusaha menambah pengetahuan tentang materi kimia itu sendiri. Kegiatan-kegiatan di dalam pembelajaran kimia merupakan upaya untuk bagaimana siswa dapat memahami konsep-konsep kimia. Pemahaman yang diperoleh siswa dalam proses pembelajaran dapat dilihat dari hasil belajar siswa yang diukur dengan memberikan tes kepada siswa sehingga perlu diadakan penelitian untuk mencari metode yang efektif dalam proses belajar di kelas sehingga dapat memberikan alternatif pendekatan atau metode yang memungkinkan untuk diterapkan dalam proses pembelajaran kimia dengan kekhususan pokok bahasan pada pelajaran kimia itu sendiri. Keberhasilan proses kegiatan belajar mengajar dapat diukur dari keberhasilan siswa yang mengikuti kegiatan proses pembelajaran. Keberhasilan tersebut dapat dilihat dari tingkat pemahaman materi dan prestasi belajar siswa. Pembelajaran kimia selama ini belum berhasil meningkatkan pemahaman siswa tentang konsep-konsep dan aturan-aturan kimia. Selama ini siswa 6 Teknik Pembuatan Media dapat diakses di http:kurtek.upi.edumediasources4-teknik pembuatan media.pdf 19-01-09 cenderung menghafal konsep-konsep yang ada dalam kimia, tanpa memahami maksud dan isinya. Dengan demikian pembelajaran kimia disekolah merupakan masalah. Jika konsep dasar diterima murid secara salah, maka sangat sukar memperbaiki kembali, terutama jika sudah diterapkan dalam menyelesaikan soal-soal kimia. Untuk mengantisipasi masalah tersebut, maka perlu dicarikan formula pembelajaran yang tepat, sehingga dapat meningkatkan keaktifan dan pemahaman konsep siswa dalam pembelajaran kimia. Para guru terus berusaha menyusun dan menerapkan berbagai metode pembelajaran yang bervariasi agar siswa tertarik dan lebih aktif dalam belajar kimia. Salah satunya adalah melalui pendekatan dengan metode-metode pembelajaran miasalnya make a match ataupun snowball thrawing. Metode make a match atau metode mencari pasangan merupakan salah satu alternatif yang dapat diterapkan kepada siswa. Penerapan metode ini dimulai dari teknik yaitu siswa disuruh mencari pasangan kartu yang merupakan jawabansoal sebelum batas waktunya, siswa yang dapat mencocokkan kartunya diberi poin. Sedangkan metode pembelajaran snowball throwing merupakan suatu cara penyajian pelajaran dengan cara siswa berkreatifitas membuat soal dan menyelesaikan soal yang telah dibuat oleh temannya dengan sebaik- baiknya. 7 Penerapan metode snowball throwing ini dalam proses pembelajarannya melibatkan siswa untuk dapat berperan aktif dengan bimbingan guru, agar peningkatan kemampuan siswa dalam memahami konsep dapat terarah dengan lebih baik. Berdasarkan uraian di atas penulis mencoba melakukan penelitian dengan mengangkat judul penelitian “Perbedaan Hasil Belajar Kimia Antara Siswa Yang Menggunakan Metode Make A Match Dengan Metode Snowball Throwing” 7 Tarmizi Ramadhan, Pembelajaran Kooperatif “Make A Match”, dapat diakses di: http:www.scribd.comdoc8846497Pembelajaran-Kooperatif-Make-a- Match?autodown=doc. 250109

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, beberapa masalah yang dapat di identifikasikan dan dijadikan alasan penulis untuk membahas judul penelitian di atas adalah sebagai berikut: 1. Adanya konsep-konsep yang abstrak dalam pembelajaran kimia. Sehingga belajar kimia bagi sebagian siswa merupakan salah satu pelajaran yang dianggap sulit. 2. Ketika Kegiatan Belajar-Mengajar KBM berlangsung, nampak beberapa atau sebagian besar siswa belum belajar sewaktu guru mengajar 3. Kurangnya pemahaman dan penguasaan konsep dasar dalam kimia menjadi alasan utama kenapa materi kimia dianggap sulit oleh sebagian siswa. 4. Keterbatasan akan metode pembelajaran dan lemahnya kemampuan guru mennerapkan metode yang pada akhirnya penerapan metode ceramah menjadi alternatif yang selalu dipilih.

C. Pembatasan Masalah

Dari beberapa pertanyaan yang timbul dalam identifikasi masalah di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa pembelajaran kimia masih jauh apa yang kita harapkan. Penulis juga menyadari dalam melakukan penelitian ini memiliki keterbatasan baik secara tenaga, biaya, maupun waktu. Agar penelitian ini lebih terarah, maka penelitian dibatasi pada permasalahan ”perbedaan hasil belajar kimia antara siswa yang menggunakan metode make a match dengan yang menggunakan metode snowball throwing pada pokok bahasan rumus kimia, tata nama senyawa dan persamaan reaksi”. Subjek penelitiannya adalah siswa kelas X5 dan X6 SMA Negeri 1 Pangkalan Semester I Tahun Ajaran 2009-2010. Adapun hasil belajar yang akan dibandingkan adalah rata-rata hasil belajar siswa dari segi kognitifnya saja.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah yang telah diuraikan sebelumnya di atas, maka masalah yang akan diteliti dirumuskan sebagai berikut: “Apakah terdapat perbedaan hasil belajar kimia antara siswa yang menggunakan metode make a match dengan yang menggunakan metode snowball throwing ?”.

E. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian yang dilakukan ini diharapkan dapat bermanfaat untuk: 1. Bagi peneliti, dapat memperoleh dan menyampaikan informasi tentang perbedaan dari penggunaan metode make a match dan snowball throwing terhadap hasil belajar kimia dan seberapa besar pengaruhnya. 2. Bagi guru bidang studi khususnya kimia dapat menjadikan metode pembelajaran make a match atau snowball throwing sebagai salah satu alternatif untuk menciptakan pembelajaran yang kreatif dan efektif dalam proses belajar mengajar sehingga materi yang disampaikan dapat difahami oleh siswa dengan mudah. 3. Bagi siswa dapat memberikan motivasi belajar, melatih keterampilan, bertanggung jawab pada setiap tugasnya, mengembangkan kemampuan berfikir, meningkatkan interaksi sosial, dan memberikan bekal untuk dapat bekerjasama dengan orang lain baik dalam belajar maupun dalam masyarakat.

BAB II DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKA PIKIR, DAN PENGAJUAN

HIPOTESIS

A. Deskripsi Teoritis

1. Metode Pembelajaran

Metode berasal dari Bahasa Yunani “Methodos’’ yang berarti cara atau jalan yang ditempuh. Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode menyangkut masalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Fungsi metode berarti sebagai alat untuk mencapai tujuan. 1 Metode pembelajaran adalah prosedur, urutan, langkah-langkah, dan cara yang digunakan guru dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Dapat dikatakan bahwa metode pembelajaran merupakan jabaran dari pendekatan. Satu pendekatan dapat dijabarkan ke dalam berbagai metode pembelajaran. 2 Metode merupakan upaya untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. Metode juga digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan. Strategi menunjuk pada sebuah perencanaan untuk mencapai sesuatu, sedangkan metode adalah cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan strategi. Dengan demikian suatu strategi dapat dilaksanakan dengan berbagai metode. 3 Pengetahuan tentang metode-metode mengajar sangat diperlukan oleh para pendidik, sebab berhasil atau tidaknya seorang siswa belajar sangat bergantung pada tepat atau tidaknya metode mengajar yang digunakan oleh guru. Hal ini dimaksudkan agar anak belajar menerima apa yang diberikan oleh guru, belajar secara mekanik, materi seragam, sesuai pola yang telah 1 Oemar Hamalik, Proes Belajar Mengajar, Jakarta : 2001 : Bumi Aksara 2 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Kencana, 2008 h.124 3 Dharma,Surya, Strategi Pembelajaran dan Pemilihannya, Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik Dan Tenaga Kependidikan DEPDIKNAS 2008, hal. 5 11 disepakati, memberikan kebebasan kepada anak untuk berkreasi, berimajinasi, berfantasi, berinovasi sesuai dengan kekuatan dan keunikan anak. Untuk itu perlu adanya alternatif pemilihan penggunaan metode pembelajaran yang lebih konstruktif, menekankan kepada kebebasan anak baik secara individu maupun kelompok yang diliputi oleh motivasi belajar yang didasari oleh sikap senang dalam proses belajar mengajar . Jadi, secara garis besar metode pembelajaran adalah suatu cara atau prosedur yang ditempuh pendidik dalam mengelola pembelajaran, sehingga dicapai tujuan pembelajaran yang efektif dan efisien. Secara umum metode pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi dua macam, yaitu metode pembelajaran kolaboratif dan metode pembelajaran mandiri. 4 Metode pembelajaran kolaboratif merupakan metode pembelajaran yang menerapkan paradigma baru dalam teori-teori belajar khususnya pembelajaran konstruktivisme yang dipelopori oleh Vigotsky. Dia memperkenalkan gagasan bahwa belajar adalah sebuah pengalaman sosial. Pertama individu berpikir secara sendiri-sendiri membuat makna pribadi, kemudian mereka menguji hasil pemikirannya dalam dialog dengan yang lain untuk membangun pengertian yang didiskusikannya. Collaborative Learning juga mendasarkan teori Piaget yaitu Construtivist Theory yang memperkenalkan dengan gagasannya Active Learning. Ia percaya bahwa siswa bekerja lebih baik jika mereka berpikir secara bersama dalam kelompok, merekam pemikirannya, dan menjelaskannya dengan mempresentasikan hasil karyanya. Mereka secara aktif mendorong dengan yang lain untuk berpikir bersama, agar mereka menjadi lebih tertarik dalam belajar. Jadi yang dimaksud metode pembelajaran kolaboratif adalah metode pembelajaran di mana anak belajar dalam satu kelompok dan memiliki rasa saling ketergantungan dalam penyelesaian tugas, bekerja bersama, adanya sharing pengetahuan dan interaksi di antara anggota dalam kelompok. 4 Parwoto, Pengaruh Metode Pembelajaran dan Motivasi Terhadap Kreativitas Anak dalam Bermain Komputer, E-Learning BPPLSP Regional V.

Dokumen yang terkait

Perbedaan Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Cahaya Dengan Menggunakan Metode Eksperimen Dan Metode Demonstrasi

1 10 213

Pengaruh model pembelajaran kooperatif metode make A match terhadap pemahaman konsep matematika siswa

4 18 201

Penerapan Metode Pembelajaran make a Match Card dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata pelajaran Fiqh di MTs. Nasyatulkhair Depok

0 6 150

Efektivitas pembelajaran kooperatif model make a match dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS: penelitian tindakan kelas di SMP Islam Al-Syukro Ciputat

0 21 119

Perbedaan hasil belajar biologi antara siswa yang yang diajar menggunakan metode demontrasi dengan metode ceramah : Studi eksperimen di SMPN I Cikarang Barat

0 3 148

Pengaruh pembelajaran Kooperatif tipe Make A match terhadap motivasi belajar matematika

1 8 166

Peningkatan Hasil Belajar IPS Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Siswa Kelas IV SDN Pisangan 03

0 10 174

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Dalam Meningkatkan Minat Belajar Peserta Didik Di SMA Negeri 11 Tangerang Selatan

0 4 11

PERBANDINGAN ANTARA METODE MAKE A MATCH DENGAN METODE THINK PAIR SHARE TERHADAP HASIL BELAJAR Perbandingan Antara Metode Make A Match Dengan Metode Think Pair Share Terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran Ekonomi Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Gatak Sukohar

0 0 18

PERBANDINGAN ANTARA METODE MAKE A MATCH DENGAN METODE THINK PAIR SHARE TERHADAP HASIL BELAJAR Perbandingan Antara Metode Make A Match Dengan Metode Think Pair Share Terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran Ekonomi Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Gatak Sukohar

0 0 16