Aturan Representasi Pengaturan Hak Pemilikan

8.1.3. Aturan Representasi

Aturan representasi merupakan perangkat aturan yang menentukan mekanisme pengambilan keputusan organisasi Kartodihardjo, 2008. Dalam proses pengambilan keputusan organisasi, terdapat 2 dua jenis biaya yang mendasari keputusan, yaitu : 1. biaya membuat keputusan akibat prosesi partisipasi dalam membuat keputusan, dan 2. biaya eksternal yang ditanggung oleh seseorangorganisasi sebagai akibat keputusan organisasi itu. Aturan pengambilan keputusan representasi yang sederhana untuk mengatasi masalah ini adalah meminimumkan kedua jenis biaya tersebut. Aturan representasi antara masyarakat LMDH dan Perum Perhutani serta Pihak Ketiga dituangkan secara tersurat maupun tersirat dalam bentuk Surat Perjanjian Kerjasama SPK yang pada intinya berisi kesepakatan para pihak untuk menyumbangkan kemampuan dan kapasitas masing-masing guna menciptakan tujuan akhir kerjasama kemitraan PHBM berupa “hutan lestari dan masyarakat sejahtera”. Tujuan perjanjian kerjasama PHBM yang dibangun adalah terjaminnya kelestarian hutan, optimalisasi fungsi dan manfaat sumberdaya hutan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat, khususnya masyarakat yang tergabung dalam LMDH Kubangsari. Jangka waktu perjanjian PHBM Kopi dapat berlangsung selama tanaman kopi tersebut masih produktif, dengan catatan setiap tahun dilakukan evaluasi oleh pihak-pihak yang terlibat, sehingga dimungkinkan untuk dilakukan adendumperubahan yang disepakati bersama. Hal ini merupakan suatu kemajuan dari perjanjian yang terdahulu, dimana jangka-waktu perjanjian pada awalnya hanya berlaku untuk jangka 1 satu tahun. Adanya kepastian pemanfaatan yang berlangsung jangka-panjang ini menciptakan kemantapan petani dalam pengambilan keputusan memilih sistem PHBM mana yang akan diikuti, jenis komoditas apa yang layak dikembangkan, berapa modalkapital yang dibutuhkan, dan bentuk-bentuk keputusan yang lain. Hubungan kemitraan PHBM antara Perum Perhutani dengan petani LMDH dapat didekati dengan teori Principal-agent relationship Bramasto, 2003, dimana Perum Perhutani bertindak sebagai prinsipal yang mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada LMDH selaku agen. Hubungan kemitraan principal-agent relationship akan menjadi efisien apabila tingkat harapan keutungan reward ke-2 belah pihak seimbang dengan korbanan masing- masing serta biaya transaksi transaction-cost dapat diminimalkan. Proses pengambilan keputusan pihak-pihak yang terkait akan berada pada 2 dua titik ekstrim, yaitu pada titik ekstrim yang satu kegagalan sepenuhnya ditanggung oleh agen LMDH atau resiko ditanggung sepenuhnya oleh prinsipal Perhutani pada titik ekstrim lainnya. Pada kenyataannya, akan tercapai optimalisasi dalam pengambilan keputusan yang meminimalkan risiko pada kedua pihak, baik dilakukan melalui sistem bagi-hasil profit-sharing maupun saling bahu-membahu antara kedua pihak tersebut. Partisipasi atau peranserta secara aktif rumahtangga petani dalam pengambilan keputusan menyangkut kemitraan PHBM, turut menunjang keberhasilan program PHBM tersebut. Partisipasi rumahtangga petani PHBM dimulai dari identifikasi masalah, penyusunan perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, mitigasi kelompok masyarakat terlibat dalam mengukur sekaligus mengurangi dampak negatif dari PHBM, hingga monitoring dan evaluasi. Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan, bahwa tingkat partisipasi KTH dan LMDH dalam semua tahapan proses PHBM telah tumbuh dengan baik, namun peranserta individu rumahtangga petani belum nampak menonjol, kecuali individu-individu tertentu yang memiliki tingkat pendidikan yang memadai dengan daya kritis yang tinggi. Terkesan bahwa secara umum individu petani merupakan anggota masyarakat yang patuh dan taat-azas pada ketentuan- ketentuan yang telah ditetapkan, sehingga terkesan kurang bersikap kritis. Namun pada saat Forum Komunikasi LMDH dibuka, para petani yang merupakan pengurus LMDH banyak yang bersikap kritis dan aktif dalam diskusi. Pengambilan keputusan banyak dilakukan melalui mekanisme musyawarah dan mufakat secara berjenjang, sehingga apa yang dibawa dalam forum pertemuan yang lebih tinggi telah mendapat permufakatan dari para anggotanya. Tetapi dalam pengamatan dan penelitian ini menunjukkan, bahwa proses pengambilan keputusan masih lebih didominasi oleh Perum Perhutani sebagai prinsipal karena memiliki input informasi yang lebih baik, memiliki organisasi yang lebih kuat, serta memiliki sumberdaya manusia yang cukup baik.

8.2. Penguatan Kelembagaan Kemitraan PHBM