Aliran Hak-hak Properti Property Right Aliran Ketimpangan Struktur Agraria Agrarian Structure Traditions Aliran Advokasi Hak Properti Masyarakat Adat Common Property

Selanjutnya menyangkut persoalan tenurial-security dan kepastian hukum, Ellsworth 2000 dalam Afiff 2005 menyatakan bahwa, terdapat 4 empat aliran yang diakui, yaitu :

1. Aliran Hak-hak Properti Property Right

Aliran ini merupakan aliran yang tertua, yang mengasumsikan bahwa hak-hak properti kepemilikan properti seperti individu, privat secara bebas dapat diperdagangkan dan kepemilikan individu merupakan jalan yang terbaik untuk mendorong proses produksi yang lebih efisien. Aliran ini diilhami paham Ekonomi Pasar Free Market Economy yang disponsori oleh Bank Dunia.

2. Aliran Ketimpangan Struktur Agraria Agrarian Structure Traditions

Aliran ini mengasumsikan, bahwa sertifikasi lahan individual tidak secara otomatis akan meningkatkan efisiensi, sehingga tidak selalu menguntungkan petani. Bahkan pada umumnya pemilik lahan yang sangat kaya tuan-tanah seringkali dinilai tidak efisien, sehingga struktur agraria yang adil menjadi sangat penting wujudnya adalah : UU Nomor 5 tahun 1960 yang antara-lain mengatur Land-reform. Aliran ini juga belum memuaskan, karena ide Reforma Agraria Land-reform masih terkait dengan Neoclassical Economics. Disamping itu, sertifikasi lahan di banyak tempat justru memfasilitasi transfer aset dari penduduk miskin ke sejumlah kelompok berada kaya, seperti : perusahaan, pemilik tanah absante, pemodal besar dan pemilik tanah luas.

3. Aliran Advokasi Hak Properti Masyarakat Adat Common Property

Advocates Aliran ini mempersoalkan privatisasi dari tanah-tanah atau aset-aset produksi milik komunal. Menurut pandangan ini, sangat penting dibedakan sumberdaya yang dikelola tidak terurus secara “open-access” dengan pengelolaan properti komunal atau yang sering dikenal di Indonesia dengan istilah tanah ulayat. Dalam pengelolaan sumberdaya secara “open-access”, maka berarti tidak ada pemilikan dan tidak ada yang mengatur pengelolaan. Hal ini berbeda dengan tanahhutan milik bersama tanah ulayat. Aliran ini berpandangan, bahwa tanah-tanah ulayat penting untuk tidak dilakukan privatisasi sebab tanah-tanah tersebut adalah katup penyelamat untuk kelompok masyarakat miskin, khususnya pada masa-masa darurat. Dalam konteks Indonesia, aliran ini sangat kuat dianut oleh mereka yang memperjuangkan hak- hak masyarakat adat.

4. Aliran Institusionalis Instituzionalist