Rangkuman Aspek Kelembagaan ANALISIS ASPEK KELEMBAGAAN KEMITRAAN PETANI- PERHUTANI DALAM PROGRAM PHBM

interaksi antar pelaku yang terlibat Perhutani, KPBS, petani penggarap, maka diperlukan kesediaan masing-masing pihak untuk saling berbagi peran dan tanggung-jawab sesuai dengan kesepakatan baru yang diatur dalam kontrak. Dalam teori prinsipal-agents relationship kembali ditegaskan, bahwa hubungan kemitraan antara prinsipal dan agen akan menjadi efisien apabila tingkat harapan keuntungan reward ke-2 belah pihak seimbang dengan korbanan masing-masing serta biaya transaksi transaction-cost yang mungkin terjadi dapat diminimalkan. Karena itu tidak ada satu pihak pun yang merasa memiliki dominasi yang lebih besar karena power, penguasaan aset yang lebih besar, penguasaan informasi yang lebih kuat, networking yang lebih bagus daripada pihak yang lain, tetapi semuanya berkedudukan yang sama dan harus taat pada rules of the games yang disepakati bersama. Dengan demikian usulan penguatan kelembagaan sebagaimana tertera pada Tabel Lampiran 14 dan 15 akan efektif, apabila terjalin hubungan kesetaraan antara berbagai pihak yang berinteraksi.

8.3. Rangkuman Aspek Kelembagaan

1. Kerjasama kemitraan yang telah diformalkan dalam wujud kontrak kerjasama antara petani PHBM dengan Perum Perhutani maupun pihak lain, secara konseptual telah dibangun secara baik. Namun dalam implementasinya masih terdapat deviasi akibat penafsiran yang berbeda, pembagian hak kewajiban para pihak yang belum proporsional, sehingga kinerja operasional PHBM pun belum optimum. 2. Dalam teori prinsipal-agents relationship, kontrak kerjasama kemitraan akan efektif apabila ada kesetaraan antara pihak-pihak yang berinteraksi. Dari hasil analisis, posisi petani LMDH sebagai agen dalam kontrak kerjasama kemitraan PHBM masih relatif lebih lemah apabila dibandingkan dengan posisi Perum Perhutani yang bertindak sebagai prinsipal. Karena itu perlu upaya penguatan kelembagaan kontrak PHBM dengan membangun posisi kesetaraan antara pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak. Perum Perhutani sebagai institusi yang lebih kuat dapat melakukan inisiasi untuk meningkatkan pemberdayaan petani agar kelembagaan petani terbangun secara lebih baik. 3. Dari hasil analisis simulasi perubahan faktor-faktor yang berpengaruh pada perilaku ekonomi rumahtangga sebagaimana Skenario 1 sampai Skenario 12, disimpulkan bahwa kebijakan terbaik bagi PHBM Kopi adalah penurunan suku bunga pinjaman sebesar 2 basis poin Skenario 9. Karena itu agar implementasi kebijakan penurunan suku bunga pinjaman tersebut dapat berjalan secara efektif, maka perlu dilakukan penguatan kelembagaan kontrak PHBM Kopi sebagai-berikut : a. Terkait karakteristik batas yurisdiksi, direkomendasikan langkah-langkah sebagai-berikut : a1. Mencegah adanya penyewaan lahan andil agar petani tidak terlena untuk mendapatkan dana cash secara cepat, namun mengalami opportunity-loss untuk mendapatkan dana cash yang lebih besar dari usahatani. Dengan lahan andil yang tetap dikelola, maka petani tetap menjalankan aktivitas usahatani kopi, sehingga berkemampuan untuk membayar kredit dan kewajiban lainnya secara baik. a2 Tidak terburu-buru menerapkan kebijakan perluasan lahan andil bagi petani. Tetapi sebaliknya, mendorong petani untuk memanfaatkan lahan yang dikelolanya secara lebih optimal dan inovatif. a3. Melakukan diversifikasi penanaman hutan lindung sepanjang tidak mengurangi fungsi lindung dari hutan, misalnya penanaman Cabe Bendot dan Terong Kori sebagai tanaman pengisi diantara tanaman kopi dan pohon hutan, karena jenis ini merupakan tanaman berkayuperdu yang dapat membantu fungsi lindung. Dengan demikian, di satu sisi penutupan lahan akan semakin meningkat, sedangkan di sisi yang lain petani memiliki pendapatan alternatif yang lebih baik ketika menunggu masa panen. b. Terkait karakteristik hak dan kewajiban, direkomendasikan langkah- langkah sebagai-berikut : b1. Melakukan rekalkulasi sharing produksi sesuai dengan tipologi komoditas dan siklus produksinya. b2. Menetapkan Key Performance Indicators KPI yang menekankan bahwa ukuran keberhasilan pengelola hutan lindung adalah optimalnya fungsi lindung, bukan pada profit making oriented. Pengenaan sharing produksi bukan sebagai peningkatan income perusahaan, melainkan merupakan dana kolektif untuk reboisasi hutan lindung agar hutan-lindung dapat dikelola secara lebih optimal. b3. Memanfaatkan kapasitas semua institusi untuk bersinergi membina petani, terutama fasilitasi pelatihan keterampilan praktis yang dibutuhkan petani, termasuk keterampilan di dalam pengelolaan kredit secara sehat. b4. Meningkatkan pengamanan areal tanaman kehutanan maupun tanaman kopi dari segala bentuk gangguan terutama pada masa panenan, sehingga keseluruhan panenan dapat menghasilkan cash- surplus yang dapat meningkatkan kesejahteraan petani. b5. Membuka akses yang lebih luas untuk memperoleh kredit mikro disertai upaya peningkatan keterampilan petani dalam pengelolaannya. b6. Mendorong Koperasi LMDH untuk meraih added-value yang tinggi dengan mengolah kopi gelondong menjadi kopi gabahkopi beras. c. Terkait karakteristik aturan representasi menyangkut posisi tawar LMDH yang relatif masih lemah, maka disarankan dilakukan capacity building terhadap KTHLMDH meliputi fasilitasi pendidikan dan penyuluhan, peningkatan keterampilan skill dan pengetahuan knowledge, serta sikap mental mental-attitude petani. 4. Bagi PHBM Rumput-gajah Sapi-perah kebijakan terbaik hasil simulasi atas 12 alternatif skenario adalah kebijakan peningkatan harga jual output Skenario 5. Agar kebijakan Skenario 5 tersebut dapat diimplementasikan secara efektif, maka perlu dilakukan penguatan kelembagaan kontrak kemitraan PHBM Rumput-gajah Sapi-perah sebagai-berikut : a. Terkait karakteristik batas yurisdiksi, direkomendasikan langkah-langkah sebagai-berikut : a1. Mencegah perluasan lahan andil bagi petani secara terburu-buru. Sebaliknya, petani perlu melakukan intensifikasi lahan antara-lain melalui penyediaan bibit rumput-gajah yang unggul oleh KPBS maupun Perhutani, sehingga kualitas susu sapi yang dihasilkan lebih terjamin dan lebih laku di pasaran.. a2. Pemberdayaan empowering terhadap individu petani untuk meningkatkan mutu keluaran rumput-gajah yang lebih tinggi sehingga output susu yang dihasilkan pun akan bernilai tinggi. b. Terkait karakteristik hak dan kewajiban, direkomendasikan langkah- langkah sebagai-berikut : b1. Melakukan pembinaan terhadap petani yang lebih intensif terkait kemampuan mengelola bibit unggul, menerapkan pola pengolahan lahan yang baik, pemupukan dan pemeliharaan rumput-gajah yang memadai, serta perawatan terhadap sapi yang dipelihara. b2. KPBS membantu petani dalam menyangga tunggakan kewajiban sharing produksi pada musim kemarau, membantu teknologi untuk menciptakan bahan makanan berupa rumput-gajah yang diawetkan serta jaminan pembelian susu-sapi petani secara berkelanjutan. c. Terkait karakteristik aturan representasi menyangkut posisi tawar LMDH yang masih relatif lemah di mata KPBS, maka disarankan fasilitasi pemerintah untuk mendorong KPBS mengembangkan unit pengolahan susu menjadi produk turunan yang lebih tinggi sehingga mampu menjamin pasokan dari petani tetap lancar dan menyiapkan emergency-exit untuk mencari sumber pembeli baru di luar KPBS.

IX. SIMPULAN DAN SARAN

9.1. Simpulan

1. Kegiatan usahatani PHBM, terutama PHBM Kopi, belum sepenuhnya mampu mengentaskan masyarakat sekitar hutan dari belenggu kemiskinan, tetapi telah berhasil mengatasi perambahan dan perusakan kawasan hutan-lindung melalui program alih komoditas dari bertanam sayur menjadi bertanam kopi maupun rumput-gajah yang lebih ramah- lingkungan. 2. Kegiatan PHBM memiliki prospek yang sangat baik dalam penciptaan nilai-tambah, karena PHBM di dalam kawasan usahatani kopi maupun rumput-gajah sangat layak disinergikan dengan aktivitas luar kawasan pengolahan kopi dan pengolahan susu yang bernilai tinggi. 3. Kebijakan memperluas lahan andil tidak secara otomatis mensejahterakan petani, karena disamping sangat dipengaruhi oleh faktor kemampuan finansial petani, perluasan lahan andil juga dapat berdampak negatif terhadap lingkungan. Karena itu kebijakan perluasan lahan andil perlu dilakukan secara hati-hati, terlebih untuk kasus kawasan hutan lindung. 4. Pengelolaan lahan pola PHBM ditengarahi masih bersifat konvensional, karena produktivitas lahan masih lebih mengandalkan pada kapasitas sumberdaya manusia daripada penggunaan teknologi pemanfaatan input produksi. Karena itu produktivitas lahan masih memungkinkan untuk ditingkatkan apabila dilakukan introduksi teknologi.