diperhitungkan dengan hasil penjualan susu-sapi hasil usahatani PHBM kepada KPBS. Dengan demikian antara petani, KPBS, dan Perum Perhutani terjalin
hubungan ekonomi yang saling-menguntungkan satu sama lain mutual relationship
. KPBS sebagai koperasi yang cukup besar menjamin pemasaran susu-sapi hasil pemeliharaan sapi-perah petani peserta PHBM yang dikumpulkan
di tempat penampungan susu. Lokasi penampungan susu berada dekat dengan lokasi pemeliharaan sapi masyarakat, sehingga setiap hasil susu yang baru saja
diperah fresh langsung bisa dikirimkan ke petugas KPBS. Selanjutnya KPBS mengolahnya menjadi susu olahan yang akan dipasok ke PT Ultra Jaya atau PT
Susu Bendera, sebagaimana mekanisme pada Gambar 15.
PHBM RUMPUT-GAJAH SAPI-PERAH
Gambar 15. Mata-rantai Pemasaran PHBM Rumput-gajah Sapi-perah
4. Pemantauan dan Evaluasi
Pemantauan implementasi kerjasama kemitraan PHBM Kopi maupun Rumput-gajah Sapi-perah dilakukan oleh Kelompok Tani Hutan KTH,
Perum Perhutani, pihak-pihak yang berkepentingan stakeholders sepanjang tahun, dengan tujuan pendampingan, pengawalan, dan pengamatan atas
pelaksanaan program PHBM. Sedangkan evaluasi kemitraan PHBM dilakukan secara periodik oleh LMDH, AsperKBKPH dan AdministraturKKPH Perum
Perhutani bulanan, kuartalan, dan semesteran. Minimal dalam kurun-waktu 6
Petani Rumput- gajah
KPBS
PT Ultra Jaya
Peternak Sapi- perah
PT Susu Bendera
enam bulan dilakukan Forum Komunikasi LMDH dengan sasaran evaluasi meliputi :
a Perkembangan kegiatan PHBM progress-report
b Peningkatan kesejahteraan petani peserta PHBM
c Peningkatan kelestarian sumberdaya hutan
d Peran dan tanggungjawab para pihak yang terlibat, serta dampak program
PHBM terhadap masyarakat dan lingkungan. Fokus dari evaluasi jangka pendek adalah terbinanya KTH secara baik,
tanaman hutan tumbuh dan terpelihara secara baik, serta terjadinya peningkatan pendapatan KTH. Sedangkan titik-berat evaluasi jangka menengah adalah
terbentuknya KTH yang mandiriberswadaya, keterlibatanpartisipasi aktif KTH dalam pengamanan hutan dan meningkatnya manfaat hutan yang dapat dinikmati
oleh masyarakat. Evaluasi jangka-panjang menitikberatkan pada peningkatan kesadaran masyarakat terkait dengan kelestarian sumberdaya hutan dan
menurunnya tingkat gangguan hutan.
5. Sanksi dan Perselisihan
Apabila berdasarkan monitoring dan evaluasi, salah satu pihak tidak mampu memenuhi sebagian atau seluruh kewajiban yang diembannya
wanprestasi, maka yang bersangkutan dikenakan sanksi yang diatur melalui musyawarah dan mufakat. Bentuk sanksi yang dikenakan diantaranya adalah
peneguran lisan, pencabutan hak bertani dan hak pengelolaan, pengurangan nilai bagi hasil, bahkan pembatalan kerjasama. Sebagai contoh, apabila tanaman
kehutanan di lokasi kerjasama PHBM mengalami kematian akibat kelalaian petani seperti tersabit, terpotong, terbakar, maka yang bersangkutan dikenakan denda
berupa uang dengan jumlah yang diatur tersendiri. Demikian pula apabila petani tidak memberikan sharing bagi hasil selama 2 dua periode atau 6 bulan tanpa
alasan yang jelas, akan dikenakan sanksi. Segala bentuk perselisihan diselesaikan melalui mekanisme musyawarah
dan mufakat dalam Forum PHBM Desa, tetapi apabila penyelesaian melalui musyawarah dan mufakat ini tidak tercapai maka penyelesaian dibawa ke
Pengadilan Negeri Bandung Selatan.
6. Pengaturan Hak Pemilikan