c. Membuka akses pasar, yaitu pengaturan harga berupa penetapan Dasar penjualan kayu Hutan Tanaman Rakyat dan kebijakan ekspor.
2.9. Kebijakan Fiskal untuk Mengurangi Kemiskinan
Harga mengurangi kemiskinan dan pengangguran dapat dipandang sebagai salah satu tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan bangsa secara berkeadilan.
Untuk mencapai hal ini secara simultan, beberapa indikator pembangunan yang relevan, khususnya pertumbuhan ekonomi, tingkat pengangguran, dan jumlah
penduduk miskin, perlu ditetapkan secara tepat Bank Indonesia, 2006. Dalam kurun-waktu tahun 1967 hingga 2007, pertumbuhan Indonesia
selalu positif, kecuali pada tahun 1998 adalah minus 13.20 persen. Sejak tahun 2000 pertumbuhan ekonomi belum mencapai tingkat kondisi yang normal,
meskipun cenderung membaik. Fenomena paradoksal pertumbuhan ekonomi ini menimbulkan pertanyaan :”Mengapa terjadi pertumbuhan ekonomi, tetapi
kemiskinan dan pengangguran tetap tinggi ?” . Jawaban pertanyaan tersebut
adalah, bahwa masyarakat golongan bawah kurang mempunyai akses terhadap faktor produksi tenaga kerja, modal, tanah, entrepreneurship. Dalam kegiatan
ekonomi faktor produksi disinergikan untuk menciptakan nilai tambah value- added
, yang agregasinya merupakan Produk Domestik Bruto PDB. Dari perekonomian yang berlangsung, terdapat 2 dua hal yang mungkin
terjadi. Pertama, kesenjangan pendapatan yang semakin tinggi, dikarenakan sebagian kecil masyarakat menguasai faktor produksi dalam jumlah besar,
sedangkan sisanya yaitu penduduk miskin tidak menguasai atau bahkan tidak memiliki samasekali faktor produksi tersebut, sehingga mereka tetap saja
miskin. Kedua, seandainya penguasa faktor produksi tersebut adalah investor
asing, maka hal ini akan mengurangi ”kue” ekonomi domestik. Dari data BPS tahun 2005, PDB Indonesia sebesar Rp 273 triliun, tetapi sebesar Rp 85
triliun masih ”terbang” kembali ke negara asal investor Bank Indonesia, 2006. Dari dua hal di atas, yang terjadi pada saat ini adalah kesenjangan
struktural maupun spasial yang membentuk lingkaran-setan kemiskinan yang sulit diputus. Permasalahannya adalah, bahwa anggaran pemerintah sangat
terbatas sehingga kail dan ikan secara memadai belum mampu disediakan oleh pemerintah. Namun, pada dasarnya yang lebih terbatas lagi adalah ketiadaan
kebijakan pemerintah yang bernuansa pro-poor Bank Indonesia, 2006. Upaya penanggulangan kemiskinan secara konseptual dapat dilakukan oleh
4 empat jalur strategis, yaitu : perluasan kesempatan kerja, pemberdayaan masyarakat, peningkatan kapasitas, dan perlindungan sosial Wihatnolo, 2007.
Agar penduduk miskin baca : anggota rumahtangga miskin menjadi tidak miskin lagi, mereka memerlukan sesuatu yang dapat memberikan penghasilan
atau sesuatu yang dapat meringankan beban konsumsinya. Bila tidak, penduduk miskin terpaksa mengeksploitasi sumberdaya alam, baik yang dalam
penguasaannya maupun milik bersama common-proverty, open access resources
yang mengakibatkan degradasi lingkungan Suryana, 2003. Pemerintah sadar, bahwa penduduk miskin harus mendapat pemihakan.
Karena itu disamping diberikan kail, kepada penduduk miskin juga mendapat bantuan ikan sebagai bekal memancing. Bantuan Langsung Tunai BLT
diberikan dan raskin beras untuk orang miskin serta Bantuan Operasional Sekolah BOS, disalurkan. Pemberdayaan usaha Mikro-Kecil-Menengah
UKMK merupakan pemberdayaan bagi yang sudah mempunyai akses terhadap
faktor produksi. Sedangkan upaya yang penting adalah pemberian akses terhadap faktor produksi bagi penduduk miskin. Upaya inilah yang benar-benar
merupakan the real pro-poor policy. Angka kemiskinan dan tingkat pengangguran akan sulit ditekan apabila
tingkat pertumbuhan ekonomi masih relatif rendah. Upaya menekan pengangguran memerlukan kebijakan-kebijakan yang komprehensif. Kebijakan
moneter yang diterapkan setelah diberlakukannya Undang-undang Nomor 23 Tahun 1999, yang hanya memfokuskan pada pengendalian inflasi dan nilai-tukar
rupiah, sulit diharapkan untuk secara langsung dapat menekan pengangguran. Dengan kata lain, stimulus ekonomi melalui kebijakan moneter sulit dilakukan.
Kebijakan fiskal, dengan demikian akan lebih efektif untuk merangsang perekonomian. Tetapi harus diingat, bahwa ekspansi fiskal untuk merangsang
perekonomian, harus dilakukan secara hati-hati, karena defisit anggaran yang bersifat jangka-panjang akan mengancam fiscal-sustainability.
2.10. Konsep Kelembagaan dan Kemitraan